part 3

3K 218 4
                                    

Aku melihat seseorang yang aku kenal tengah duduk di meja yang tak jauh dari meja tempat aku dan Riana duduk.

Cerita kelam itu seolah kembali membayangi hidupku. Dia...ya dia yang mengambil peranan yang sama besarnya dengan Indra dalam menjadikanku sebagai seorang 'Cleopatra'.

Tak sadar aku membanting sendokku ke atas meja. Rasanya luka itu masih begitu menganga di dalam hatiku. Luka itu kembali mengeluarkan darah yang tak dilihat orang lain.

"Cle...kendalikan emosimu," kata Riana menenangkanku.

Aku mencoba menarik nafasku. Mencoba mengatur setiap amarah yang siap meledekkan apa saja yang ada di dekatku.

Sejauh mana aku mencoba mengendalikan amarahku tapi aku tak dapat melakukannya. Sekeras apa pun aku coba menutup semua luka itu tapi tetap saja tak bisa.

Luka itu terlalu dalam. Luka itu terlalu besar. Sebanyak apa pun kain kasa yang digunakan untuk membalutnya tetap tak akan bisa membalut luka itu.

Aku...seorang Cleopatra Wiliams yang terkenal sebagai seorang perempuan tangguh dan dapat menaklukan setiap lelaki yang aku mau memiliki luka yang begitu dalam.

Aku segera memanggil pelayan dan membayar semua makanan yang aku dan Riana santap. Aku segera berdiri dari tempat dudukku.

Aku tahu dia melihatku. Aku tahu dia menyadari kehadiranku. Aku tahu saat ini dia menatap ke arahku.

Ingin aku melangkahkan kakiku ke arahnya dan menampar pipinya dengan sangat keras. Tapi tidak....aku tak ingin mengotori tanganku dengan kelakuan yang begitu memalukan.

Cleopatra Wiliams, dikenal orang sebagai perempuan yang selalu menjaga nama baiknya. Seorang perempuam tenang dan anggun.

Aku harus selalu dan selalu menjaga image yang telah aku bangun sejak orang-orang mengenalku sebagai marketing manager perusahaan Wiliams 2 tahun lalu.

Aku berjalan menuju pintu depan cafe. Aku berusaha untuk tak melihatnya,tak menoleh padanya dan menyimpan semua amarahku.

"Cle...Cleo....," terdengar seseorang memanggilku.

Aku menoleh asal suara itu. Aku melihat Doni, temanku saat kuliah duduk tepat disamping meja orang itu.

Shit.....kenapa Doni harus melihatku berada disini dan duduk di dekat dia? Mau tak mau aku harus melihatnya dan berharap dapat berdiri dengan teguh saat melihatnya.

Aku sunggingkan seutas senyum pada Doni. Aku baru saja akan kembali beranjak dari cafe saat seorang pelayan menghampiriku dan memberiku secarik kertas.

"Sinilah sebentar Cle jangan buru-buru ke kantor, kita ngopi dulu. Doni."

Mau tak mau aku harus menghampiri Doni. Tak mungkin aku menolak ajakannya dengan berteriak.

Aku angkat daguku ke atas untuk menunjukkan bahwa aku perempuan yang tegar. Aku lenggangkan kakiku melangkah melewati meja-meja dan menghampiri Doni.

"Maaf Don aku ada meeting jadi tak bisa ngopi sama kamu," tolakku.

"Masa aku ngopi sendirian, temeninlah," kata Doni memaksa.

"Sama Riana saja bagaimana Don?" usulku.

"Aku gak bisa, aku ada janji sama clien," tolak Riana.

"Jadi....aku ngopi sendiri ni," kata Doni.

"Lain kali saja ya," kataku.

Dengan ujung mataku aku dapat melihat dia tengaj menatapku. Tidak....aku tak boleh menatapnya. Aku tak boleh membiarkan diriku dikuasai amarahku.

Tanpa menatapnya aku langsung pergi dari cafe. Aku tak peduli pada apa pun dan siapa pun yang memanggilku atau apa pun itu.

Saat sampai kantor aku langsung mengambil tas dan kunci mobilku. Aku hanya ingin menenangkan diri sejenak agar aku tak menumpahkan semua amarahku disini.

"Nona...." kata sekertarisku saat melihatku keluar dari ruanganku.

"Kenapa?" tanyaku.

"Jam 13.30 ada meeting dengan clien dari Jepang," jawabnya.

Ah shit.....kenapa ketika aku sedang emosi seperti ini aku harus ada janji meeting. Sepertinya hari ini benar-benar hari sial bagiku.

"Bisa diundur tidak?" tanyaku.

"Tidak bisa nona, mereka sudah membuat janji dari 2 bulan lalu," jawabnya.

Aku tarik nafas dalam-dalam. Aku mencoba mengendalikan semua emosiku. Sepertinya ini akan menjadi hari yang panjang bagiku.

"Baiklah, siapkan ruang meeting. Dan simpan 1 berkas diatas meja saya sekarang, saya perlu mempelajari lagi semuanya," kataku.

Aku masuk kembali ke ruanganku. Berulang kali aku coba menarik nafas dalam dan membuangnya. Perlahan aku dapat mengendalikan semua emosiku.

Aku pelajari semua berkas untuk meeting siang ini. Tidak terlalu sulit karena semua memang aku yang menyiapkan proyek ini dari awal.

Jam menunjukkan pukul 13.20. Aku segera menuju ruang meeting. Aku sangat tahu kalau orang Jepang sangat tidak suka jika kita telat.

Benar saja, clien dari Jepang itu telah berada di ruang meeting. Ini yang membuatku senang bekerja sama dengan orang Jepang, mereka sangat menghargai waktu.

Ada satu pria yang tak ku kenali. Dia bernama Akihiko, putra semata wayang clienku.

Dia sosok pria yang cukup bersahaja. Walau dia orang kaya dan pewaris utama, tapi sikapnya tidaklah sombong dan arogan.

Selama meeting dia terus memperhatikanku. Entah dia memperhatikan presentasiku atau memperhatikan diriku.

"Senang bekerja sama dengan anda," kata Akihiko saat kami selesai meeting.

Aku sangat tertegun mendengar dia berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Aku tak mengira jika dia bisa bahasa Indonesia.

"Saya juga senang bekerja sama dengan Anda," kataku menjabat tangannya.

"Saya harap kerja sama kita terus berlangsung," kata Akihiko.

Aku tersenyum mendengar perkataannya. Aku mencoba melepaskan tanganku yang sedari tadi digenggamnya.

"Maaf Mr.Akihiko," kataku.

Dia seolah mengerti apa yang aku maksud . Dia segera melepaskan tanganku dan meminta maaf karena telah menjabat tanganku terlalu lama.

Sepeninggalnya Akihiko, aku kembali ke ruanganku dan mengambil tas serta kunci mobilku. Memang, jam kantor belum selesai. Tapi aku butuh ketenangan.

"Cle....mau kemana kamu?" tanya mama yang melihatku tergesa-gesa keluar dari ruanganku.

"Aku pergi dulu mah," kataku sambil membisikkan sesuatu ke telinga mama.

"Hati-hati Cle..." kata mama.

Terima kasih mama, untuk saat seperti ini mama mau mengerti putrimu. Mama tidak memikirkan uang dan pekerjaan.

Aku segera menuju parkiran dan menuju mobilku. Aku tak terlalu sulit mencari mobilku, karena di hanya mobilku saja yang berwarna merah menyala.

"Nona Cleopatra," terdengar seseorang memanggilku.

Aku menoleh ke arah suara yang memanggilku. Aku melihat Akihiko tengah berdiri di dekat mobilnya, sebuah BMW keluaran terbaru.

"Ya Mr.Akihiko, ada yang bisa saya bantu?" tanyaku.

"Nona mau makan malam bersama saya?" tanya Akihiko.

Aku mengernyitkan kening karena agenda makan malam ini tak ada dalam agenda bisnisku dengan mereka. Agenda bisnis kami hanya meeting tadi siang. Tapi dia....dia mengajakku makan malam.

"Mungkin lain kali Mr. Saya masih ada keperluan, permisi," kataku sambil masuk mobil dan menjalankannya dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Aku hanya ingin pergi dan menghilang dari sini. Aku hanya ingin menyendiri dan tak mau diganggu untuk alasan apapun.

CLEOPATRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang