part 12

1.9K 150 5
                                    

Aku kembali ke kamarku dengan semua penat yang aku rasakan. Semua kesedihan yang menggelayut di dadaku dan di mataku. Aku benar-benar terpukul dengan kehilangan papa. Aku masih tak merelakan dia pergi begitu saja dari hidupku, hidup mama.

Aku tak kuat jika harus melihat mama terus menerus dalam keadaan seperti ini. Aku tak kuat jika melihat mama terus meratapi kepergian papa. Bukan tak boleh mama bersedih karena kepergian papa, tapi sampai kapan mama akan terpuruk dalam kesedihannya? Sampai kapan mama akan terus menyendiri di kamar.

Tok...tok...tok...terdengar sebuah ketukan di pintu kamarku. Siapa yang mengetuk pintu kamarku selarut ini? Aku yakin pasti ada sesuatu yang begitu mendesak hingga harus menggangguku. Aku segera berjalan ke arah pintu dan membukanya. Aku melihat salag satu pelayanku sedang berdiri dengan paniknya.

"Ada apa?" tanyaku.

"Nyonya non, nyonya," kata dia terbata-bata.

"Ada apa dengan mama? Kenapa kamu panik?"

"Barusan.....barusan saya ke kamar nyonya untuk membawakan makan malamnya, tapi....tapi nyonya tak ada,"

"Apa? Mama tak ada di kamarnya?"

"Iya non,"

Aku langsung berlari menuju kamar mama. Aku mendengar semua saudaraku masih berbincang-bincang di ruang keluarga, ada suara canda dan tawa dalam perbincangan mereka. Kesal memang saat kami dalam keadaan terguncang seperti ini mereka malah asyik bercanda dan tertawa. Tapi setidaknya masih ada orang yang bisa tertawa di rumah ini setelah apa yang terjadi pada kami.

Aku langsung masuk ke kamar mama. Aku memanggil mama sambil membuka setiap ruangan yang ada di kamar mama. Kamar mama terdiri dari 4 ruangan yaitu ruang tidur, toilet, ruang kerja dan ruang pakaian sekaligus ruang rias mama.

Setelah aku membuka semua ruangan di kamar, aku tak menemukan mama sama sekali. Aku khawatir mama melakukan sesuatu yang tak di inginkan. Aku segera berlari ke ruang keluarga, berharap mama ada disana bersama sanak keluarga yang lainnya.

"Om, Tante, lihat mama gak?" tanyaku pada mereka.

"Mamamu kan di kamar Cle," jawab Om Hans.

"Gak ada om, aku kira mama disini,"

"Lho kemana mamamu,"

"Mbak tolong ambilkan tas di kamarku, aku tunggu di garasi," kataku kepada pelayan yang memberitahukanku bahwa mama tak ada di kamar.

"Baik non," jawabnya.

Tanpa menghiraukan kepanikan semua keluargaku, aku langsung berlari keluar rumah. Aku mencari mama di sekeliling rumah, tapi semuanya nihil.

"Ini....." kataku kaget saat melihat sebuah tali terpasang tepat di bawah kamar mama.

Shit.....kenapa aku tak memeriksa balkon dari tadi? Aku segera berlari menuju garasi. Disana ada supir dan pelayanku yang tadi aku minta untuk mengambil tasku.

"Ini non tasnya," kata pelayanku sambil memberikan tasku. Aku langsunh mengecek isi tasku, semuanya lengkap mulai dari dompet, ponsel, dan satu barang yang tak pernah aku tinggalkan.

"Mobilku sudah siap pak?"

"Sudah non, hanya yang jazz sepertinya butuh service non, sudah sebulan belum di service,"

"Baiklah, aku pakai yang ferrari. Mana kuncinya?"

"Ini non,"

"Oh iya, liat mama keluar?"

"Tidak non,"

"Siapa yang datang setelah saya?"

"Tukang bunga non mengantar bungan dari Tuan Devan,"

Jadi tak ada yang melihat mama pergi meninggkan rumah. Tak ada yang tahu keberadaan mama. Tapi bagaimana mungkin tak ada yang melihat kepergian mama? Penjagaan di depan sangat ketat, belum lagi para  pengawal papa dan mama selalu berjaga sepanjang malam.

Aku segera masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobilku. Aku kembali memikirkan bagaimana mama bisa pergi dari rumah tanpa diketahui orang lain. Atau lebih tepatnya bagaimana orang itu menculik mama tanpa ada seorang pun yang curiga padanya.

Kali ini aku menjalankan mobilku dengan kecepatan yang sangat rendah untuk ukuranku. Aku membelah jalanan ibu kota, aku coba mencari mama dimana-mana, tapi aku tak dapat menemukan mama. Aku sangat frustasi dengan apa yang menimpaku saat ini. Pertama papa meninggal, kemudian sekarang mama tiba-tiba menghilang entah kemana.

Aku terus menjalankan mobilku, berharap aku akan menemukan mama. Tapi sepertinya aku benar-benar tak dapat menemukannya. Mama seolah-olah hilang dibtelan bumi.

Aku menghentikan mobilku di sebuah tempat yang sangat sepi. Entah apa yang aku pikirkan hingga aku memutuskan untuk berhenti di tempat seperti ini. Tempat yang begitu sepi dan aku hanya sendirian disini, tanpa ada yang menemani.

Aku hanya berpikir bagaimana keadaan mama saat ini. Apakah mama telah makan? Apakah mama baik-baik saja?

Triinngg....terdengar suara ponselku berbunyi menandakan ada smsku. Oh God....jangan dari psikopat gila itu lagi. Aku sedang tak ingin berurusan dengan dia.

Dengan perasaan was-was dan jantung yang berdegup kencang aku memberanikan diri untuk membuka sms yang masuk ke ponselku.

"Cle....kamu dimana? Mamamu sudah ditemukan dan dia bertanya tentang kamu terus. Om telpon dari tadi gak kamu angkat,"

Syukurlah ternyata itu adalah sms dari Om Hans dan mama telah ditemukan. Tapi bagaimana bisa mama ditemukan, dimana mama ditemukan? Tak mungkin jika mama ditemukan begitu saja.

Aku kembali menatap layar ponselku, ternyata benar banyak sekali panggilan masuk ke ponselku. Tanpa membalas pesan dari Om Hans, aku langsung memutar arah dan kembali ke rumah.

****
"Mama mana om?" tanyaku pada Om Hans saat aku telah sampai di rumah.

"Di kamarnya Cle, mamamu bary saja tidur, dokter terpaksa memberi obat penenang pada mamamu agar dia bisa istirahat,"

"Lalu mama ketemu dimana om?"

"Tadi temanmu yang mengantarkannya Cle, om gaj tahu mamamu ditemukan dimana,"

"Temanku? Siapa?"

"Om lupa bertanya namanya Cle, hanya dia bilang temanmu,"

"Makasih om,"

Aku segera beranjak dari hadapan Om Hans, aku ingin segera menemui mama. Aku ingin segera memastikan kondisi mama saat ini. Apakah dia baik-baik saja atau tidak?

Aku membuka pintu kamar mama, aku melihatnya tengah tertidur dengan tenangnya. Wajahnya sangat tenang seperti tak ada satu masalah pun yang menimpa mama. Padahal aku tahu mama sangat kehilangan papa.

Selama ini mereka memang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tapi aku tahu bagaimana rasa cinta mama dan papa begitu besar satu sama lain. Aku tahu mama sangat kehilangan papa, aku tahu mama rapuh tanpa papa.

Sekarang akulah penopang mama. Akulah sumber semangat mama satu-satunya. Mau tak mau aku harus bisa menjadi pribadi yang lebih tegas lagi, lebih kuat lagi. Aku bukan hanya harus menopang kehidupan mama, tapi jug harus menopang perusahaan yang papa tinggalkan. Aku harus bisa membuat semuanya baik-bauk saha dan tidak terganggu sama sekali walau pun papa telah tiada.

CLEOPATRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang