part 9

2K 157 1
                                    

Aku terus berjalan mondar-mandir di depan ruang operasi. Aku benar-benar begitu ketakutan dengan apa yang akan terjadi pada papa. Tapi aku selalu dan selalu berdo'a agar papa baik-baik saja, agar papa kuat.

Mataku terus saja menatap lampu di depan ruang operasi dan jam yang bertengger diatasnya. Uuhhh.....rasanya jam itu begitu lambat bergerak hingga membawa perasaanku semakin jauh dan semakin dalam dengan kesedihan yang aku rasakan.

"Cle duduklah," kata Indra.

Duduk???? Sepertinya aku tak ingin duduk saat ini. Membayangkan aku duduk di sebelahnya saja sudah membuatku mual dan ingin mengeluarkan semua isi perutku.

"Cle..." kata Indra lagi sedikit memaksa.

Huuufffttt.....mungkin benar kata Indra, lebih baik aku duduk dan menunggu operasi selesai. Aku tak pernah tahu operasi itu akan selesai. Jika aku tak duduk mungkin aku pun akan ambruk dan sakit.

"Cle....."

"Hhmm..."

"Soal dulu...."

"Aku sedang tak ingin membahasnya Dra,"

"Tapi Cle...."

"Pleace Dra,"

Indra memang sangat baik, dia menemaniku dikala papa sedang dalam musibah. Tapi....itu hanya sebagai tugas dia untuk mengurus korban kecelakaan.

Tidak....kewajiban dia, tugas dia, hanya mengantar korban ke rumah sakit dan menghubungi keluarganya bukan menemani keluarganya menunggui korban kecelakaan.

Entah apa yang sebenarnya Indra inginkan dariku. Aku tak pernah tahu apa yang dia mau saat itu. Luka itu masih menganga di dalam sini, dihatiku. Aku masih tak dapat menerima kehadiran dia yang secara tiba-tiba ingin masuk ke dalam kehidupanku tanpa mempedulikan apa yang aku rasa.

Krriiinnnggg.....terdengar suara ponselku berbunyi. Aku menatap layar ponselku dengan nanar, ternyata itu dari Akihiko.

"Ya Hallo," kataku saat aku mengangkatnya.

"Nona Cleo, saya baru saja mendapat kabar kalau ayah nona kecelakaan, apa itu benar?"

"Ya Mr.Akihiko, jadi saya minta maaf, saya tidak dapat meeting dengan anda besok,"

"Tidak apa-apa saya mengerti,"

"Terima kasih. Permisi Mr. saya sedang di rumah sakit," kataku lalu menutup telpon.

"Ternyata kamu sibuk juha ya," kata Indra sesaat setelah aku menutup telpon.

"Eh.."

"Kehidupanmu bagaimana sekarang?"

Entah apa maksud dia bertanya seperti itu. Dia tahu betul bagaimana kondisiku saat ini. Aku sedang sedih, sedang terpukul atas apa yang menimpaka papa. Tapi dia....dia seenaknua bertanya mengenai kehidupanku.

"Cle...."

"Hhmmm..."

"Jawablah,"

"Aku tak ingin menjawabnya,"

Ya....aku memang tak ingin menjawab pertanyaan dia. Untuk apa aku menjawab pertanyaan bodoh dan hanya sekedar basa-basi seperti itu.

Basa-basi? Ya.....aku berpikir bahwa pertanyaan Indra adalah sekedar basa-basi biasa saja, pertanyaan itu begitu lumrah di katakan semua orang kepada seseorang dari masa lalunya.

Dan aku ingin sama dengan orang-orang itu. Aku ingin move on, melupakan semua apa yang telah terjadi padaku dimasa lalu. Melupakan semua yang dialami oleh seorang Cleopatra Williams, putri tunggal Hendri Wiliams pemilik Williams Company yang begitu naif dan lugu.

Tring....ponselku berbunyi satu kali menandakan ada pesan masuk ke ponselku. Aku melihatnya sejenak, ternyata dari nomor yang tak ku kenal. Aku membiarkan sms itu begitu saja tanpa membacanya. Aku sudah muak dengan nomor itu.

Tring.....lagi-lagi ponselku berbunyi. Aku kembali melirik ponselku, lagi-lagi sms dari nomor yang tak ku kenal.

Kesal....itu yang aku rasakan. Aku mengambil ponselku dan membuka pesan itu. Aku sudah bersiap dengan semua umpatanku, tapi aku mendadak terdiam saat membuka pesan tersebut.

"Bagaimana dengan hukumanku Cleo sayang? Kamu suka?"

Hukuman? Apa yang dia maksud dengan hukuman? Aku merasa tak kenapa-kenapa dan aku merasa baik-baik saja kecuali. Ya papa, benar dugaanku bahwa rem mobil itu disengaja. Tapi siapa? Siapa orang yang telah melakukan hal keji itu?

Tring...lagi-lagi ponselku berbunyi.

"Itu hukuman karena kau mengacuhkanku.
Oh iya hampir lupa, polisi yang disampingmu sangat tampan, apa kau akan melaporkanku?
Kau pasti akan melaporkannya.
Eits....tunggu dulu sayang jangan terburu-buru jika kau masih sayang mamanu."

Shit......dia benar-benar brengsek berani-beraninya dia melibatkan orang tuaku dalam urusannya denganku. Apa keinginan dia sesungguhnya?

Aku mencoba menelpon nomor tersebut. Nomor itu tersambung, tapi orang itu tak mengangkatkannya. Aku terus berusaha menelponnya, tapi orang brengsek  itu benar-benar mengangkatnya.

"Cle mau kemana?" tanya Indra saat aku beranjak dari tempat dudukku.

"Aku ke belakang sebentar," kataku sambil melangkahkan kakiku.

Aku melangkahkan kakiku menyusuri setiap lorong yang ada di rumah sakit. Tujuanku hanya satu, menemukan orang yang telah mencelakai papa.

Aku telah menyusuri setiap lorong bahkan halaman dan tempat parkir rumah sakit untuk menemukan orang itu, tapi semuanya nihil. Orang itu seolah hilang ditelan bumi.

Triinnggg...terdengar pomselku berbunyi. Aku segera melihatnya, ternyata pesan dari orang itu.

"Untuk apa mencariku sayang? Kamu tak akan menemukanku kalau aku tak menemuimu."

"Aaaggghhhhh...." aku berteriak frustasi karena pesan orang tersebut.

Dengan langkah gontai aku kembali ke depan ruang operasi. Di dalam masih berlangsung operasi papa. Aku kembali duduk menunggu operasi itu usai.

"Kok lama Cle?" tanya Indra membuyarkan semua pikiranku.

"Eh...."

"Kamu sakit?"

"Tak usah sok perhatian Dra,"

"Aku bukan....."

"Sudahlah Dra, aku tak butuh perhatianmu. Pulanglah kembali ke tugasmu!" kataku memotong pembicaraan Indra.

Aku kali ini memang benar-benar tak ingin diperhatikan siapa pun. Aku ingin mencoba menguatkan diriku sendiri dalam menghadapi semua cobaan ini.

Apakah.....apakah aku harus mengatakan semua ini pada Indra? Dia pasti dapat membantuku untuk menemukan siapa pelaku teror itu yang telah membuat papa celaka.

Tidak.....aku tak bisa membahayakan nyawa mama untuk mengetahui siapa yang melakukan semua itu. Kondisi papa masih kritis, aku tak boleh membuat mama dalam kondisi berbahaya juga.

Aaaggghhhh......ini benar-benar membuatku hampir gila. Orang gila itu benar-benar berniat untuk menghancurkan siapa pun orang yang dekat denganku. Aku harus mampu mencegah jatuhnya korban berikutnya.

Aku benar-benar tak dapat berpikir dengan jernih ketika kondisi seperti ini terjadi. Aku benar-benar tertekan dengan kondisi ini, pikiranku bercabang dengan banyak hal.

Kriiinnggg.....ponselku berbunyi menunjukkan adanya panggilan masuk. Aku segera melihatnya, ternyata dari mama. Aku segera mengangkatnya.

"Mama di depan Cle, papamu dimana?" tanya mama saat aku mengangkat telpon.

"Papa masih di ruang operasi mah, mama tanya saja kepada perawat dimana ruang operasinya. Aku tak ingin meninggalkan papa,"

"Ya sayang mama kesana sekarang," kata mama lalu telpon ditutup.

Aku sedikit dapat bernafas lega saat tahu kalau mama sudah sampai di tumah sakit dengan selamat tanpa suatu kekurangan apa pun.

CLEOPATRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang