Part 23

2.1K 147 21
                                    

Flashback

Aku masih terduduk di ruang keluarga rumah Indra. Aku menunggu dia yang sedang mengambil air untukku. Aku masih tak percaya jika ada orang yang mengikutiku selama ini.

"Minumlah Cle," kata Indra sambil menyodorkan segelas coklat panas padaku.

Aku segera menerima gelas yang Indra berikan padaku. Aku meminumnya sedikit untuk membuat perasaanku tenang.

"Di rumah ada siapa saja Cle?" tanya Indra setelah aku menyimpan gelasku di atas meja.

"Hanya ada Riana, security dan tentu saja asisten rumah tangga,"

"Gak ada yang lain?"

"Gak ada,"

"Ok bentar ya, kamu nyalain saja televisinya dan buat kamu senyaman mungkin,"

Indra kemudian berlalu dari hadapanku dan entah dia pergi kemana. Aku pun menyalakan televisi dan memindah-mindah chanelnya, tapi sayang tak ada acara yang menarik perhatianku.

Kusandarkan kepalaku ke sandaran kursi, aku masih merasa cemas terhadap keadaan mama. Sempat terbersit dalam pikiranku untuk pulang dan meninggalkan Indra. Tapi enrah kenapa kakiku rasanya sangat berat untuk beranjak dari rumah Indra.

20 menit sudah berlalu sejak Indra meninggalkanku, entah kemana dia sekarang. Beberapa kali aku memanggil nama Indra, tapi tak ada jawaban sama sekali.

Kembali aku melihat photo yang di kirimkan oleh peneror itu, seketika aku menjadi sangat khawatir dengan mama.

"Mau kemana Cle?" tanya Indra yang baru saja memasuki ruang keluarga dan melihatku akan beranjak dari sana.

"Aku mau pulang Dra, aku khawatir sama mama,"

"Duduklah dulu sebentar, aku ingin berbicara sesuatu sama kamu,"

Dengan berat hati aku kembali duduk dan mencoba menunggu Indra menjelaskan semuanya.

"Siapa saja yang tahu seluk beluk kamu dan keluargamu Cle?" tanya Indra menelisik.

"Riana dan Devan, mereka sahabatku,"

"Mereka tinggal dimana?"

"Riana di sini, kalau Devan di luar,"

"Alamat mereka?"

"Riana di Jalan Gajah Mada dan Devan di Jalan Yos Sudarso, kenapa?"

"Aku sebenarnya meminta rekanku untuk menyadap ponselmu dari kemarin. Dan nomor peneror itu aktif di sekitar jalan Yos Sudarso,"

"Gak mungkin Devan Dra, Devan lagi di luar,"

"Coba kamu telpon nomor luar Devan,"

Aku mengikuti apa yang Indra sarankan padaku. Berulang kali aku memcoba menelpon Devan tapi nomornya tak aktif sama sekali.

"Gak aktif," kataku pasrah.

"Maaf Cle, kami mencurigai dia dan Riana sebagai pelakunya," kata Indra.

Mendengar nama mereka disebut, aku seakan tak percaya jika mereka mampu melakuka  hal seperti itu. Mereka adalah sahabat yang selalu ada dalam suka dan dukaku.

Aku menundukkan kepalaku dan tak terasa ada sebuah butiran bening yang membasahi pipiku. Ya, aku terluka dengan perkataan Indra yang mengatakan bahwa mereka kemungkinan terlibat.

Aku mengenal mereka bukan hanya setahun dua tahun, tapi bertahun-tahun. Dan rasanya mereka tak memiliki motif sedikit pun untuk melakukan semua kejahatan itu. Apalagi kepada papa, tak ada keuntungan yang mereka terima  dengan menghabisi nyawa papa.

CLEOPATRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang