Part 18

1.8K 138 16
                                    

"Aku titip mama sama kamu, jaga dia baik-baik dan jangan pergi sebelum aku pulang," kataku pada Riana sambil memasukkan dompet dan ponselku ke sebuah tas kecil.

"Baik Cle,"

"Dan ingat, jangan tinggalkan mama walau hanya sebentar, harus dalam pengawasan!"

"Kamu mau kemana?"

"Aku pergi dulu ada urusan penting,"

Aku beranjak dari kamarku dan segera berlari menyusuri setiap meter  dari rumahku.

Ku ambil kunci mobilku dan segera masuk ke balik kemudi mobil Jazzku. Tak kuhiraukan setiap tanya dari pelayanku.

Pikiranku hanya ingin segera bertemu dengan Indra dan mengetahui apa yang dia tahu tentang kematian papa.

Ku jalankan mobilku dengan kecepatan tinggi membelah jalanan ibu kota yang sudah mulai lancar.

Kembali jiwa riderku muncul ke permukaan untuk menyalip beberapa kendaraan yang ada di dehadapanku.

Aku sungguh tak tenang dengan semua keadaan ini. Bukan hanya karena penasaran dengan apa yang akan Indra katakan tapi juga karena terpaksa aku meninggalkan mama.

Akhirnya aku menepikan mobilku di halaman sebuah caffe yang cukup nyaman.

Aku segera masuk ke dalam caffe dan mencari sosok Indra. Aku edarkan pandanganku ke segela arah hingga akhirnya aku melihat sosok yang aku cari tengah duduk di pojokan caffe.

Kulangkahkan kakiku dengan langkah yang lebar agar segera sampai di hadapan Indra.

"Sudah lama ya?" tanyaku sambil menarik kursi di hadapan Indra.

"Belum kok, paling baru lima menit. Kamu mau pesan apa?"

"Steak dan jus strawberry saja, aku belum makan,"

"Masih sama ya seperti dulu?...Mbak, steak dan jus strawberry 1,"

"Masih sama seperti dulu?" ulangku dalam hati.

Aku tak pernah menyangka jika Indra masih mengingat apa yang aku suka padahal sudah bertahun-tahun kami tidak bersama.

Ah...sudahlah mungkin itu hanya kebetulan saja bukan karena dia yang mengingat semua tentangku.

"Cle...hai Cle," kata Indra membuyarkan lamunanku.

"Eh...he...ada apa Dra?" tanyaku terbata-bata.

"Hhhmmm...kamu lagi pikirin apa sampai gak fokus?"

"Aku...aku hanya memikirkan mama saja,"

"Yang bener?"

Ingin aku terus berbohong pada Indra, tapi aku tahu itu tak akan berhasil karena Indra memang bisa menilai seseorang dari gestur tubuh dan mata.

Aku berusaha untuk mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan beberapa pertanyaan ringan seperti kabar dan pekerjaan dia.

Ketika pesanan kami telah datang, aku langsung melahapnya karena aku memang sudah sangat lapar akibat belum sempat makan sesuatu sejak selesai makan siang tadi.

"Kamu mau bicara apa Dra?" tanyaku di tengah-tengah makan.

"Habiskan saja dulu," perintah Indra tanpa menatapku.

Dia masih sama seperti dulu, tak suka berbicara di saat sedang makan. Oh Tuhan, kenapa aku masih saja mengingat kebiasaan dia?

"Cle, maaf dulu aku membuatmu kecewa, bukan maksudku melakukan semua itu," kata Indra.

CLEOPATRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang