Akhirnya hari ini aku melangkahkan kakiku untuk memberikan kesaksian di kepolisian. Tidak, aku ke sini bukan hanya untuk memberikan kesaksian saja, tapi juga untuk menemui Devan.
Aku masih memiliki banyak pertanyaan untuk Devan tentang Mamanya. Dan tentu saja aku juga memiliki pertanyaan untuk Riana.
Setelah memberikan kesaksian selama beberapa jam, kini akhirnya aku sedang duduk dengan hati berdegup kencang. Aku sedang menunggu Polisi yang membawa Devan untuk menemuiku.
Aku tidak sendirian untuk menemui Devan, tapi aku ditemani oleh seorang Polisi. Tidak, dia bukan Indra karena Indra sedang menjalankan tugasnya sebagai seorang Polantas.
Perlahan aku melihat Devan didampingi oleh seorang Polisi berjalan ke arahku. Wajahnya sedikit kuyu dan lemah, mungkin dia belum tidur semalaman karena harus melakukan pemeriksaan.
Saat melihatnya ada rasa iba di dalam hatiku. Aku kasihan melihat dia yang pernah menjadi orang terdekat dalam hidupku harus menderita seperti ini.
Seandainya saja Devan bisa lebih terbuka padaku tentang semuanya, mungkin dia tak perlu merasakan semua hal ini. Aku merasa telah gagal menjadi seorang sahabat bagai Devan dan Riana.
"Hai Dev, apa kabar?" tanyaku saat Devan telah duduk di hadapanku.
Tak ada satu jawabanpun yang dilontarkan Devan. Dia hanya menatapku dengan wajah yang sulit aku artikan. Ada rasa kesal, marah, dan benci yang terukir begitu jelas di wajahnya.
"Kamu beruntung bisa selamat dariku Cle," kata Devan.
Aku menangkap sedikit nada yang tidak enak dari kata-kata Devan. Dia seperti masih menyimpan dendam dan akan terus berusaha untuk menyakitiku, melenyapkanku.
"Kamu kenapa berbuat seperti ini Dev? Aku punya salah apa sama kamu hingga kamu berniat menghabisi kedua orang tuaku dan diriku?" tanyaku tanpa basa-basi lagi.
"Punya salah apa kamu bilang? Salahmu itu sangat besar Cle. Kamu selalu tidak peka dengan perasaan orang dan sikapmu itu yang membuatku kehilangan Mama," jawab Devan.
Deg
Jantungku berdegup dengan sangat kencangnya. Aku tak mengira jika Devan masih akan memberikan jawaban seperti semalam, jawaban tidak aku mengerti.
"Apa hubungannya antara sikapku dengan kematian Tante Dev?" tanyaku masih kebingungan.
"Apa hubungannya kamu bilang? Kamu ingat, saat kamu ulang tahun yang ke-20 aku sibuk memberikan surprise yang begitu mewah dan megah?" kata Devan.
Seketika pikiranku melayang pada kejadian beberapa tahun lalu. Memang benar, saat ulang tahunku yang ke-20 Devan memberikan surprise yang super wah dan megah. Saat itu aku bertanya untuk apa membuat pesta ulang tahun seperti itu, dan dia hanya menjawab bahwa itu dilakukannya karena aku adalah sahabatnya yang spesial.
"Ya aku ingat, kenapa?" tanyaku setelah beberapa saat terdiam.
"Yang aku gunakan saat itu adalah uang untuk berobat Mama, dan kamu masih saja tak memahami kalau aku suka sama kamu. Karena uang itu aku gunakan untuk pestamu, Mama jadi tidak dapat melakukan pengobatan dan akhirnya meninggal," terang Devan.
Aku tak pernah menyangka ada nilai yang harus dikorbankan dibalik megahnya ulang tahun saat itu. Aku tak pernah meminta pesta ulang tahun itu pada Devan karena orang tuaku masih mampu melakukan hal itu. Tapi saat itu entah bagaimana Devan berhasil membuat pesta itu, apalagi saat itu aku sendiri tidak mengadakan pesta karena kedua orang tuaku masih di luar negeri.
"Kenapa kamu memberi surprise seperti itu Dev? Apa aku memintanya padamu? Tidakkan?," tanyaku.
"Kamu memang tidak memintanya, tapi aku ingin memberikannya dengan harapan kamu akan mengerti perasaanku dan menerima cintaku,"
"Surprise tidak perlu dengan pesta yang megah Dev, kamu bisa dengan sepotong kue dan setangkai mawar,"
"Kamu terbiasa dengan semua kemewahan Cle, orang tuamu kaya raya, jadi aku memberikan pesta yang megah,"
"Bukan pestanya Dev, tapi ketulusannya. Apa selama kita bersahabat aku pernah menuntutumu dengan materi? Tidak kan?"
Seketika Devan terdiam mendengar perkataanku yang terakhir. Mungkin dia baru terpikir bahwa aku tak pernah meminta materi kepada siapa pun.
"Aku kecewa sama kamu Dev. Bukan hanya karena telah melenyapkan nyawa Papa, tapi juga telah menggunakan uang pengobatan Tante untuk hal tak penting seperti ulang tahunku," kataku lagi.
"Buatmu tak penting, tapi buatku penting," kata Devan sambil berusaha untuk melukaiku.
Dengan sigap polisi yang menemaniku segera menenangkan Devan dan mencegahnya melakukan sesuatu yang di luar batas. Kini satu yang aku pahami, apa pun perkataanku tak akan pernah diterima oleh Devan.
***
Aku sedang menatap ke dalam tenangnya air danau yang berwarna kehijauan. Saat aku sedang banyak pikiran, maka tempat ini selalu menjadi tempat terbaikku untuk menghempaskan semua perasaanku.
Kuhirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Pertemuanku dengan Devan dan Riana benar-benar telah membuat pikiran dan emosiku terkuras.
Setelah aku tak menyangka dengan jawaban Devan, aku masih mendapatkan jawaban yang sama dengan semalam dari Riana. Alasan Riana dendam padaku tetap karena Indra.
Aku tak paham bagaimana Riana melakukan semua itu padaku hanya karena seorang pria. Pria yang bahkab telah menyakitiku dan jika dia mau, dia bisa mengambil Indra saat itu.
"Tak akan pernah ada yang paham jika sudah berhubungan dengan cinta," kata seseorang dibelakangku.
Aku membalikkan badanku dan menemukan Mr. Akihiko telah berdiri di sana. Kata-kata yang dikatakan Mr. Akihiko sangat benar, cinta yang membuat Devan dan Riana berbuat seperti itu. Aku yakin Mr. Akihiko tak tahu mengenai permasalahan yang sedang aku hadapai
"Mr. Akihiko," sapaku dengan sebuah senyuman yang dipaksakan.
Dia berjalan perlahan ke arahku dengan senyuma yang sangat menawan. Ditangannya ada sebuket mawar merah yang begitu indah dan cantik.
"For you," katanya.
"For me?"
"Yes, i love you Miss. Cleopatra,"
"Maaf Mr., saya tidak dapat menerima ini jika ini agar saya menerima cinta anda," kataku sopan.
"No Miss. Cleo, ini untuk anda walau anda menolak perasaan saya,"
Aku tersenyum pada Mr.Akihiko, setidaknya dia dapat memahami dan menerima penolakanku.
Seandainya dia datang sebelum kejadian ini, mungkin aku akan menerima cintanya tanpa memperhatikan apakah aku mencintainya atau tidak.
Tapi kejadian kemarin benar-benar telah merubahku. Aku tak lagi menerima cinta seorang pria jika aku tak mencintainya. Aku tak ingin melukai orang lain lagu karena pada akhirnya semuanya akan kembali padaku.
Aku terlibat sedikit perbincangan ringan dengan Mr.Akihiko. Dia memang seorang pria yang dapat menerima keputusanku dengan berlapang dada. Dia pun tidak mencampurkan antara pekerjaan dan perasaannya hingga perjanjian bisnis kami masih tetap berlanjut.
Setelah Mr. Akihiko undur diri, kembali aku menatap tenangnya air danau. Perlahan semua beban yang ada di dalam pikiranku terbang bersama angin yang berhembus pelan.
Jika aku masih diberi kesempatan untuk memiliki seseorang, maka biarkan aku memiliki orang yang benar-benar aku cintai dan dia mencintaiku.
***
The endSetelah cerita ini selesai, mungkin saya akan membuat cerita baru atau menyelesaikan cerita saya yang lain.
Sampai ketemu di cerita lainnya dan selamat menunaikan ibadah puasa
KAMU SEDANG MEMBACA
CLEOPATRA
Mystery / ThrillerDia.....laki-laki brengsek itu tiba-tiba muncul di hadapanku, berusahan menemuiku. Entah apa yang di inginkan laki-laki itu dengan menampakkan batang hidungnya di hadapanku. Aku yang masih tergoncang dengan kemunculan laki-laki brengsek itu, tiba-ti...