Ada apalagi dia menelponku? Apakah dia akan membuat ulah lagi sama seperti beberapa tahun yang lalu? Atau dia ingin berbicara soal kejadian itu hingga memutuskan menelponku di kantor?
Aaaggghhhhhhh......ini benar-benar membuatku gila. Aku juga salah yang tak pernah mengira bahwa aku akan kembali bertemu dengannya. Seharusnya dulu aku operasi plastik saja agar orang-orang di masa laluku tidak mengenaliku. Ya aku bisa menjadi barbie yang mukanya tirus dan pinggangnya kecil.
Shit.....berpikir apa aku ini? Pikiran gila itu kenapa harus datang dalam otakku yang sedang kacau ini. Semua ini gara-gara Indra dan si pria brengsek itu.
Huuffttt.....aku atut nafasku dan mengendalikan semua emosi di dalam jiwaku agar Indra tak mengetahuinya. Aku harus berbicara dengan tenang, harus!!
"Hallo," kataku dengan suara yang berusaha dibuat setenang mungkin.
"Cleopatra Williams?"
"Ya saya sendiri, ada apa?"
"Maaf saya mengganggu jam kerja anda. Apakah betul mobil berplat nomor B 4673 HW adalah mobil milik orang tua anda?"
Deg.....perasaanku tiba-tiba tidak enak saat mendengar plat mobil papa disebutkan oleh Indra yang seorang polisi lalu lintas.
"Iii...ya itu mobil papa saya, ada apa ya?" tanyaku harap-harap cemas.
"Mobilnya mengalami kecelakaan di turunan, sepertinya remnya blong,"
Apa? Rem mobil papa blong? Tidak, itu seauatu yang tidak mungkin. Aku tahu dengan pasti mobil papa selalu dicek kondisinya. Bahkan sebelum mobil itu keluar dari rumah pasti di pastikan semuanya dalam kondisi baik termasuk rem. Tapi kenapa rem mobil papa biaa blong?
"Lalu.....lalu bagaimana dengan kondisi papa?"
"Pak Hendri di bawa ke rumah sakit dan supirnya meninggal di tempat,"
"Lalu mama?"
"Hanya ada dua orang di dalam mobil,"
"Baiklah terima kasih," aku langsung menutup telpon dari Indra dan segera membereskan semua barangku.
"Jas, batalkan semua meeting sampai seminggu ke depan!" peribtahku melalui telpon.
"Tapi nona, lusa ada meeting dengan Mr. Akihiko dan nona tahu dia tak suka jika di undur,"
"Bilang sama dia, ayah saya kecelakaan jadi saya tak bisa meeting. Dia pasti mengerti kalau dia manusia," kataku lalu menutup telpon dan beranjak dari ruanganku.
Kenapa? Kenapa bisa seperti ini? Aku tahu betul tadi pagi pak supir mengecek semuanya dan semuanya baik-baik saja. Tapi bagaimana mungkin remnya blong hingga menyebabkan kecelakaan.
Aku segera masuk ke dalam mobilku dan menjalankannya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Aku sudah tak lagi memikirkan berapa kecepatan maksimuk di jalan raya, aku hanya berpikir bagaimana caranya agar aku sampai ke rumah sakit dengan cepat.
Tiba-tiba ponselku berbunyi dengan sangat nyaring. Aku melihatnya ternyata dari mama.
"Ya mah,"
"Kamu dimana Di?"
"Aku dijalan mah mau ke rumah sakit. Mama dimana?"
"Ke rumah sakit? Siapa yang sakit?" tanya mama. Aku baru ingat kalau mama belum diberitahu bahwa papa kecelakaan dan sekarang kondisinya kritis.
"Papa mah, papa kecelakaan?"
"Apa? Papa kecelakaan?" tanya mama yang seolah tak percaya jika papa kecelakaan.
"Ya mah, tadi pulang dari bandara papa kecelakaan. Katanya remnya blong,"
"Ya sudah mama pulang dari singapura sekarang,"
Aku baru tahu ternyata sepulang dari Malaysia papa langsung ke Indonesia dan mama ke Singapura. Setidaknya mamaku baik-baik saja, semoga.
Tapi kenapa? Kenapa papa harus mengalami kecelakaan? Aku yakin ada yang mengotak-ngatik rem mobil papa. Aku tahu supir papa tak pernah ceroboh, setiap hari dia mengecek semuanya. Bukan hanya mobil papa yang dia cek, semua mobil d rumah di cek. Lalu kenapa, kenapa semua ini bisa terjadi?
Siapa? Siapa yang tega membuat papa kecelakaan seperti ini? Apa saingan bisnis papa? Tidak....mereka tak sebejat itu sampai berusaha melenyapkan nyawa orang hanya karena bisnis. Dan mereka tahu jika tak ada papa masih ada mama. Dan jika tak ada mereka masih ada aku.
Mereka sangat tahu dengan pasti bahwa banyak clien yang berpaling ke perusahaan kami berkat pemasaranku, berkat presentasiku yang mereka sukai. Semua berkat kerja kerasku. Mereka tak akan bisa menghancurkan perusahaan hanya dengan mencelakai papa.
Ya Tuhan....jagalah papaku, sembuhkan dia. Aku tak ingin kehilangan papa secepat ini. Aku masih butuh papa. Kuatkan papaku Tuhan dalam melewati semuanya.
Tanpa terasa air mataku membasahi pipiku. Luka yang mendalam akibat kecelakaan yang papa alami benar-bemar menggores hatiku. Aku selalu dan selali berusaha menguatkan diriku sendiri. Bagaimana pun aku seorang Williams, aku harus kuat harus tegar, demi papa, demi mama.
*****
Aku langsung berlari menuju ruang ICU dimana papa tengah dirawat karena kecelakaan. Aku sangat khawatir dengan keadaan papa. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi pada papa."Papa mana Dra?" tanyaku pada Indra yang tengah berdiri di luar ruang ICU.
"Dia di ICU Cle,"
Aku langsung berjalan melewati Indra untuk masuk ke ruang ICU, tapi Indra menahan tanganku.
"Lepasin Dra, aku mau ketemu papa,"
"Papamu lagi ditangani dokter, sabarlah,"
Aku hanya bisa bernafas kesal dengan perkataan Indra. Tapi aku mencoba untuk memahami dan mengerti bagaimana kondisi papa saat ini yang benar-benar memerlukan penanganan dokter.
Aku terus berjalan mondar-mandir di depan ruangan ICU menunggu dokter atau suster keluar dari sana. Sedikit-sesikit aku menoleh jam tanganku. Rasaya jam ini bergerak dengan sangat lambat.
"Keluarga bapak Hendri Williams," panggil seorang dokter dari ruang ICU.
"Saya putrinya," kataku sambil menghampiri suster dokter.
"Ada pendarahan di otak Pak Hendri jadi harus segera dilakukan operasi,"
"Lakukan saja dok,"
"Tapi kemungkinan berhasilnya 50:50,"
"Lakukan saja dok,"
"Baik mbak silahkan ikut suster untuk mengurus beberapa administrasi,"
Aku mengikuti langkah suster yang diberikan tugas untuk mengantarku membereskan semua adminiatrasi yang berhubungan dengan operasi papa. Aku sudah tak memikirkan apa-apa apalagi, yang ada dipikiranku hanya bagaimana caranya agar papa segera sembuh.
Krriiiinnnggg.....ponselku berbunyi dengan nyaring, ternyata dari mama.
"Ya mah,"
"Bagaimana papamu?"
"Ada pendarahan di otak jadi harus segera di operasi. Ini Cle lagi mau urus administrasinya,"
"Di Singapur saja Cle operasinya,"
"Kelamaan mah, Cle takut papa kenapa-kenapa. Mama kapan pulang?"
"30 manit lagi mama berangkat,"
"Mama hati-hati dan suruh supir cek keadaan mobil sebelum jalan dari bandara. Cle gak mau kejadian yang sama menimpa mama,"
"Ya sayang,"
Setelah mama menutup telponnya aku berjalan cepat mengikuti langlah sang suster. Aku bereskan semua administrasi berkaitan dengan operasi papa. Selesai semuanya aku langsung kembali ke ruang ICU dan mengikuti papa ke ruang operasi.
Wajah papa begitu pucat, dia terlihat begitu kesakitan. Ya Tuhan.....aku tak sanggup melihat papa kesakitan seperti itu. Derai air mata lagi-lagi membasahi pipiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLEOPATRA
Mystery / ThrillerDia.....laki-laki brengsek itu tiba-tiba muncul di hadapanku, berusahan menemuiku. Entah apa yang di inginkan laki-laki itu dengan menampakkan batang hidungnya di hadapanku. Aku yang masih tergoncang dengan kemunculan laki-laki brengsek itu, tiba-ti...