part 5

2.6K 187 5
                                    

Aku begitu kaget saat aku membuka kado tersebut berisi sebuah boneka hello kitty yg disiram darah atau pewarna merah dengan sebuah pisau tertusuk di tengahnya.

Hello kitty adalah boneka kesukaanku. Dan menurutku ini sudah benar-benar keterlaluan. Orang benar-benar berniat menerorku.

Sebuah kertas terjatuh dari dalam kado saat aku melemparkannya. Aku mengambil kertas tersebut. Anehnya kertas tersebut masih utuh putih tanpa bekas warna merah sedikitpun.

Perlahan aku membuka kertas itu aku begitu penasaran dengan apa yang tertulis di dalamnya.

"Ini adalah peringatan pertama bagimu yang telah melupakanku!!!"

Aku langsung teringat akan orang yang seharian ini mengirimi aku pesan dan menelponku tapi aku tak tahu siapa dia. Jima aju mengenalnya pasti nomornya ada di kontak telponku.

"Ada apa non?" tanya pelayan yang mungkin mendengar teriakanku tadi.

"Buang kado itu. Dan lain kali kalau ada yang mengirim apa pun tanpa jelas siapa pengirimnya jangan diterima," perintahku.

"Baik non," kata pelayanku.

Aku segera mematikan televisi dan beranjak ke kamar. Aku masih memikirkn siapa yang mengirimi aku boneka tadi.

Aku rasa aku tak pernah memiliki musuh dengan siapa pun itu. Dalam bisnis pun aku selalu bersaing secara sehat.

Aku membanting tubuhku ke atas tempat tidur yang nyaman. Kembali aku aku memikirkan semuanya.

Dering ponselku membuyarkan pikiranku dari semuanya. Aku menatap layar ponselku, ternyata dia lagi. Dia yang aku sendiri tak tahu siapa dia.

"Hallo," kataku saat telpon aku angkat.

"Hallo sayang, kamu sudah mendapat kirimanmu?"

"Apa maumu?"

"Ingat aku dan kembali padaku,"

"Jika kau tak mau memberitahuku, aku tutup telponnya,"

Semenit dua menit aku menunggu dia memberitahukan siapa namanya. Tapi dia sama sekali tak berbicara sepatah katapun. Akhirnya aku menutup telponnya.

Orang itu benar-benar telah mengusik hidupku. Dia mengusik ketenangan yang selama ini aku jaga dengan baik.

Aku tertidur dengan semua pikiranku yang berkecamuk kesana kemari. Aku benar-benar tak menyangka bahwa dalam waktu yg bersamaan aku mengalami semua ini.

****
Krrriiiiinnnngggg....lagi-lagi wakerku mengganggu tidurku. Aku berusaha menggapai meja disamping tempat tidurku.

Aku mencarai-cari wekerku disana untuk eku lempar seperti biasanya. Setelah aku cari-cari ternyata wekerku tak ada ditempatnya biaaa ia terdiam.

Wekerku terus saja berbunyi tak henti. Suara nyaringnya terus memekakan telingaku.

Ah....shit....kali ini mau tak mau aku harus bangun dari tempat tidur dan mencari weker sialan itu. Setelah aku bangun aku melihat weker itu berada diatas meja kerjaku.

"Pantas aku tak menemukannya, ternyata kau disana rupanya," kataku sambil berjalan ke atas mejaku dan mematikan weker itu.

Jika aku telah bangun dari tempat tidur, aku tak bisa kembali dan terpejam walau hanya beberapa saat.
Aku langsung mengambil handukku dan pergi ke kamar mandi.

Tok...tok....terdengar suara orang mengetuk pintu kamarku.

"Siapa?" kataku dari dalam kamar mandi.

"Ini saya non," terdengar suara pelayanku dari balik pintu.

"Ada apa?" tanyaku.

"Ada tuan Akihiko non," kata pelayanku.

Akihiko? Untuk apa dia pagi-pagi seperti ini sudah datang ke rumah? Sepertinya aku tak mempunyai janji temu dengan siapa pun d rumah, apalagi dengan Akihiko.

"Ya sudah suruh dia menungguku. Kamu tolong beresin kamarku ya?" kataku masih menikmati acara mandiku.

"Baik non," kata pelayanku.

Kedatangan Akihiko yang tiba-tiba membuatku tak dapat menikmati mandi pagiku berlama-lama.

Setelah selesai mandi aku segera mematutu diriku di depan cermin. Aku mengenakan celana kerja dan blazer berwarna pulple dan dipadu dengan tanktop putih di dalamnya.

"Mr.Akihiko maaf membuat anda menunggu," kataku sambil menemui Akihiko.

"Tidak apa-apa nona, saya yang salah karena saya tidak mengabari nona terlebih dahulu nona...O ya, ini untuk nona," kata Akihiko memberika sebuket mawar merah yang sangat indah.

Aku yang seorang Cleopatra rasanya tak pernah mendapatkan sebuket mawar merah di pagi hari seperti ini.

"Terima kasih Mr.Akihiko," kataku

"Nona, sarapannya sudah siap," kata pelayanku.

Aku memang tadi memintanya untuk menyiapkan sarapan agar aku bisa sarapan sebelum berangkat.

"Mari Mr. kita sarapan bersama," ajakku pada Akihiko.

Nasi goreng yang masih panas telah terhidang di atas meja makan. Aku segera berjalan menuju meja makan. Rasanya perutku mendadak sangat lapar dan ingin segera diisi.

Kami makan bersama, sepertinya Akihiko sangat menyukai nasi goreng. Mungkin karena di Jepang tak ada nasi goreng, berbeda dengan di Indonesia yang nasi goreng ada dimana-dimana.

"Nice....ini benar-benar enak, di Jepang tidak ada makanan seperti ini," kata Akihiko saat dia selesai menyantap makanannya.

Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya. Aku tahu kalau di Jepang memang tidak ada nasi goreng.

Aku dan Akihiko melanjutkan pembicaraan di ruang tamu. Tak ada satu pun pembicaraan mengenai pekerjaan hingga aku bertanya-tanya atas dasar apa Akihiko datang sepagi ini.

Aku ingin bertanya mengenai hal itu, tapi aku takut dia tersinggaung hingga akhirnya aku hanya diam mendengarkan dia berbicara.

Aku melihat jam yang terpasang di dinding. Jam menunjukkan pukul 07.30 itu tandanya aku aku harus segera berangkat ke kantor.

Jam 09.00 nanti aku ada meeting penting dengan clien. Ya....beberapa hari ini aku memang disibukkan dengan meeting, hingga rasanya aku ingin mengambil cuti dan pergi berlibur.

"Maaf Mr. saya harus berangkat ke kantor," kataku.

"Biar saya antar," katanya.

"Terima kasih Mr. saya akan menyetir sendiri," jawabku.

Setelah mengantar Akihiko ke pintu aku segera kembali masuk ke kamarku dan mengambil beberapa berkas yang harus aku bawa ke kantor.

Tak lupa sebelum berangkat ke kantor aku berpesan beberapa hal kepada pelayan di rumah. Terutama jika ada kiriman misterius seperti kemarin.

Kali ini aku ke kantor menggunakan Honda Jazz setelah STNK Ferariku ditahan polisi.

Memang Indra berniat mengembakikannya, tapi aku tak menginginkan hal itu. Aku akan menyelesaikan kewajibanku karen telah melanggar lalu lintas.

Aku menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. Aku tak dapat menjalankan mobilku dengan kecepatan tinggi karena ini bukan ferrari. Mobil tak di desain untuk membelah jalanan dengan kecepatan tinggi.

Ppprrrriiiittttt......lagi-lagi terdengar suara peluit polisi. Ah....shit....sekarang apalagi.

Aku segera menepikan mobilku dan membuka kaca samping mobilku. Aku mencoba melihat apa yang sedang terjadi. Ah...ternyata hanya sedang ada razia.

"Selamat pagi nona," kata polisi yang menghampiriku.

Aku melihat polisi tersebut. Dan lagi-lagi....Indra yang berada disamping mobilku. Ah sepertinya hidupku hari ini tak akan setenang dulu.

Kenapa dua hari ini aku selalu dan selalu bertemu dengan yang namanya Indra A Putra. Seolah ibu kota terlalu sempit bagi kami berdua.

CLEOPATRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang