Aku tertegun dengan semua jawaban Devan dan Riana. Aku tak menyangka jika mereka tega melakukan semua ini hanya karena hal sepele yang bahkan aku tak tahu, tapi aku harus menanggung semuanya hingga aku harus kehilangan papa.
Air mataku mulai meleleh membasahi kedua belah pipiku, apa aku ketakutan? Tidak, aku bukan menangis karena takut, tapi aku menangis karena menyesal telah mengenal mereka.
"Kenapa kamu nangis hah?" tanya Riana.
Aku menatapnya tajam dalam ke remangan kamar mama. Aku mencoba mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada diri sahabatku itu. Tapi aku tak menemukan apa pun.
"Jawab aku!" kata Riana sambil menjambak rambut panjangku.
Aku meringis menahan sakit dan perih. Aku tak menyangka jika Riana akan melakukan ini padahal dia yang selalu membantuku merapikan rambut.
"Kenapa kamu melakukan ini Ri? Tak cukupkah kamu mengambil Aldo dariku?" tanyaku setelah beberapa saat terdiam.
"Cukup kamu bilang? Kamu tahu bagaimana hancurnya aku saat aku tahu kamu jadian dengan Indra?" kata Riana.
"Dan kamu juga tahu betapa hancurnya aku saat kehilangan Aldo," kataku tegas.
"Hancur kamu bilang? Hancur dengan merubah penampilanmu?" Tanya Riana sinis.
Ya, setelah kehilang Aldo aku bukan terpuruk seperti orang lain. Hatiku memang sakit, tapi itu menjadi batu loncatanku untuk menjadi lebih baik lagi. Aku semakin giat belajar hingga merubah penampilanku.
"Bereskan saja Dev, aku malas melihag dia lagi," kata Riana sambil berjalan ke arah sofa.
Devan menjauhkan senjatanya dari kepalaku dan mengeluskannya pada pipiku. Tangannya menarik pinggangku ke dalam dekapannya.
Aku tercekat dengan apa yang dilakukan Devan. Aku mengira dia akan menarik platuk senjatanya, tapi ternyata dia melakukan hal laib padaku.
"Kamu biasa di pegang seperti ini kan oleh pacarmu?" kata Devan sambil tangannya mulai naik ke bagian atas tubuhku.
"Lepas Dev, aku bukan pelacur," kataku marah dengan apa yang dilakukan Devan.
"Buka pelacur kamu bilang? Lalu apa saat aku melihatmu berciuman dengan Indra dan Aldo dulu?" kata Devan.
Duar
Aku benar-benar kaget Devan mengetahui saat Indra dan Aldo mencium bibirku beberapa tahun lalu.
Devan menarik tanganku ke sisi lain tempat tidur mama. Berbagai pikiran sudah berkecamuk dalam pikiranku atas apa yang akan Devan lakukan padaku setelah ini.
Bruk
Devan melemparkan tubuhku ke atas tempat tidur. Aku mundur mencoba menghindari serangan Devan karena aku tahu apa yang akan dia lakukan padaku setelah ini.
Sssrrreeettt
Devan menarik kakiku untuk mendekat ke arahnya. Kemudian dia menurunkan tubuhnya ke arah tubuhku. Aku meronta, mencoba melawan Devan yang kian mendekat.
"Angkat tangan jangan bergerak," kata Indra dari belakangku sambil mengangkat senjatanya ke kepala Devan yang hendak menciumku.
Dia terlihat begitu kaget tat kala menyadari bahwa yang ada di tempat tidur mama bukan mama, melainkan Indra.
Riana tercekat dan berusaha untuk berlari, namun seseorang yang bersembunyi di dekat lemari di kamar tidur mama dengan cekatan menarik tangan Riana ke belakang.
"Kamu...," kata Devan sambil mundur ke belakang.
Aku menggulingkan badanku ke kiri dan memberi ruang untuk Indra berdiri dari tempat tidur. Aku masih dapat melihat wajah terkejut dari wajah Devan dan Riana walau dengan penerangan yang kurang.
Aku berdiri dari tempat tidur dan berjalan ke arah saklar lampu. Kunyalakan lampu kamar tidur mama untuk melihat bagaimana wajah Riana dan Devan dengan jelas.
Kulangkahkan kakiku menghampiri Riana yang telah di borgol oleh seorang polisi. Mataku nanar menatap dia yang masih tanpa wajah berdosa menatapku dengan penuh ke angkuhan.
Plak
Aku menampar Riana dengan sangat keras. Apa aku menamparnya karena perkataan dia padaku? Tidak bukan karena itu, karena apa yang telah dia lakukan kepada mama.
"Kurang baik apa aku sama kamu Ri?" tanyaku dengan berteriak.
Selama ini aku memang sering kali memaafkan kesalahan Riana padaku. Sering kali menutupi kesalahan yang dia lakukan dan hal lainnya.
Aku tak pernah sedikitpun marah padanya. Tapi kali ini dia benar-benar sudah sangat keterlaluan hingga aku tak bisa lagi memaafkan dia.
"Kurang baik apa aku sama kamu? Kamu suka Indra? Kenapa kamu tak pernah bilang sama aku? Aku tahu kamu menikah dengan Aldo pun setelah kamu menyembunyikannya selama beberapa tahun tapi aku tetap memaafkanmu walau sempar marah sesaat. Tapi kamu, kamu melukaiku, menyakitiku," kataku masih dengan amarah.
"Kamu terluka? Apa seterluka aku saat aku tahu kamu bersama dengan Indra?" kata Riana masih dengan wajah angkuhnya.
Plak
Sebuah tamparan mendarat dengan keras di pipi cantik Riana. Apa aku yang menamparnya? Bukan, Indra yang menampar Riana.
Selama aku mengenal Indra, aku tak pernah melihat dia semarah ini. Wajahnya berubah menjadi merah padam menahan amarah yang siap meledak bagai gunung merapi yang meletus.
"Kamu tahu dari awal aku hanya menganggapmu teman Ri, bahkan jauh dari sebelum aku berpacaran dengan Cle, kamu sudah tahu perasaanku padamu," kata Indra.
Aku hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Indra. Aku sungguh tak menyangka sebelumnya jika Indra telah tahu bagaimana perasaan Riana padanya.
Wajah Riana seketika berubah menjadi pucat pasi. Dia sepertinya tak pernah menyangka jika Indra akan semarah itu kepaladanya. Dia ingin membantah semua perkataan Indra, tapi percuma karena Indra sudah tahu semuanya tentang dia.
"Bawa mereka ke kantor," kata Indra setelah beberapa saat terdiam.
"Siap," kata beberapa orang polisi yang memang sedari awal telah berada di kamar mama.
Indra memang bukan dari satreskrim, tapi dia memaksa untuk ikut dalam operasi ini karena dia mengkhawatirkan kondisiku. Dia takut jika aku akan shock saat mendengar semua pengakuan Devan dan Riana.
Sepeninggal para polisi itu, aku langsung jatuh lemas. Aku tak pernah menyangka jika sahabatku yang begitu aku percayai mampu menyakitiku seperti ini. Mereka yang selalu ada dalam suka dan dukaku justru malah menyakitiku separah ini.
"Are you ok Cle?" tanya Indra sambil memegang pundakku.
"I'm ok,"
"Kita ke rumah sakit sekarang?"
"Sebentar Dra, aku ganti pakaian dulu,"
"Baiklah aku tunggu kamu di depan,"
Aku berjalan bersama Indra keluar dari kamar mama. Indra turun ke lantai dasar dan aku pergi ke kamarku untuk berganti pakaian.
Aku masih sangat terguncang dengan kenyataan yang baru saja aku alami. Aku masih tak dapat mempercayainya jika mereka mampu melakukan hal seperti itu kepadaku.
Praanngg
Kulempar semua pigura berisi photoku bersama Riana dan Devan. Aku sungguh tak ingin melihat photo orang yang telah membunuh papa menghiasi kamarku.
"Cle," teriak Indra yang telah berada di dalam kamarku. Dia segera berlari menghampiriku dan merengkuhku di dalam pelukannya.
"Kenapa mereka jahat banget sama aku Dra?"
"Tenanglah Cle, semua sudah berlalu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
CLEOPATRA
Mystery / ThrillerDia.....laki-laki brengsek itu tiba-tiba muncul di hadapanku, berusahan menemuiku. Entah apa yang di inginkan laki-laki itu dengan menampakkan batang hidungnya di hadapanku. Aku yang masih tergoncang dengan kemunculan laki-laki brengsek itu, tiba-ti...