Satu beban saat harus menulis Cleopatra. Alasannya karena saya sulit mendapat feel dan mood di cerita ini. Tapi saya harus menyelesaikannya
Benar-benar mereka sudah tak ingin lagi bekerja di perusahaanku hingga mengatakan semuanya pada mama.
Apa mereka tidak jelas dengan semua peringatanku tadi siang, bahwa aku akan memecat siapa pun yang mengatakan peristiwa itu kepada mama.
Gigiku mulai bergemeletuk menahan setiap emosi yang ada di dalam diriku. Aku sangat marah kepada siapa pun yang mengabarkan peristiwa tadi siang kepada mama.
Aku sangat tahu jika kondisi kejiwaan mama masih belum stabil dan sekarang mama harus menerima guncangan lagi hanya karena kabar tak pemting itu.
"Kamu kenapa Cle?" tanya mama.
"Cleo tidak kenapa-kenapa mah, Cleo baik-baik saja. Mama sudah makan?"
"Sudah sayang,"
"Obatnya sudah di minum?"
"Mama gak sakit Cle,"
"Mah? Minumlah obatnya untuk Cle,"
"Mama tidak..."
"Please mah,"
"Baiklah,"
Kulihat mama meminum obat yang diberikn dokter kepada mama agar kondisi mama segera stabil.
Mama tidak gila, mama juga tidak depresi, hanya kehilangan papa membuat kejiwaan mama sedikit terguncang.
Kucium kening mama sebelum aku meninggalkannya untuk beristirahat dan memasuki kamarku sendiri.
Kulemparkan tas kerjaku ke atas tempat tidur dan menyimpan beberapa berkas di atas meja kerja yang ada di kamarku.
Aku memang lebih memilih meja kerja di kamar ketimbang di ruang kerja papa di lantai dasar.
Kurebahkan badanku yang masih lengket oleh keringat ke atas tempat tidur yang empuk dan nyaman.
Kuhirup wangi seprai bernuansa flower yang baru di ganti oleh salah satu asisten rumah tangga di rumah.
Kupejamkan mataku dan kembali terbayang semua pengakuan sahabatku tadi siang.
Aku masih tak habis pikir bagaimana Riana dan Aldo mampu membohongiku selama ini?
Riana sahabatku, dia sangat tahu bagaimana keadaanku saat Aldo tiba-tiba menghilang dan meninggalkanku.
Tapi ternyata dia sendiri yang telah membuatku hancur dan terluka. Sahabat seperti apakah dia sesungguhnya?
Baru kuingat jika sejak Aldo meninggalkanku, Riana selalu menolak jika aku akan main ke rumahnya. Tapi kenapa aku begitu bodoh hingga tak menyadari semua ini?
Tok...tok...tok...sebuah ketukan terdengar sangat jelas di pintu kamarku.
"Non, ada Non Riana di bawah," kata asisten rumah tanggaku.
Untuk apalagi dia datang kesini? Belum puaskah dia menyakiti hatiku dengan begitu dalam?
"Bilang saya tak ingin bertemu," kataku.
"Cle...sebegitu bencinyakah kamu sama aku? Apakah persahabatan kita sungguh tak berarti bagimu?" terdengar suara Riana di balik pintu.
Entah sejak kapan dia ada di sana. Aku sungguh tak ingim bicara dengannya tapi dia malah ada di sana.
"Pulanglah aku tak mau bicara," kataku.
Hening...tak ada suara lagi yang kudengar di balik pintu kamarku. Mungkin Riana memang telah mengikuti keinginanku untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLEOPATRA
Mystery / ThrillerDia.....laki-laki brengsek itu tiba-tiba muncul di hadapanku, berusahan menemuiku. Entah apa yang di inginkan laki-laki itu dengan menampakkan batang hidungnya di hadapanku. Aku yang masih tergoncang dengan kemunculan laki-laki brengsek itu, tiba-ti...