9::Love & Secret

129 16 8
                                    

#9 Nadya pov


"Untuk apa kau datang memberi kebahagiaan sesaat, toh akhirnya kau akan meninggalkan luka seperti yang lalu."



Kata 'terpukau' saja tidak cukup untuk mendeskripsipkan pemandangan yang ku lihat. Serasa mimpi, kalo benar itu mimpi aku ingin memohon pada tuhan agar kelak terbangun nanti dia tidak perlu menerima sakit pada kenyataan.

Lihatlah Rahell berpelukan mesra dengan Marcell. Iya tentu saja Marcell si cowok es. Kebayang tidak, selama Rahell, bahkan kami bersahabat dengan si cowok es itu. Jarang sekali hal ini terjadi, mengobrol saja Marcell terlihat enggan.

Apalagi berpelukan seperti ini? Hey sepertinya ini bukan mimpi, tadi saja Putri dan Aldi bernyanyi duet di atas pangung, dengan santai nya mereka bernyanyi tidak peduli reaksi dari penonton.

Lalu...apa ini? Kejadian ke-mesraan mereka di satukan dalam hari yang sama? Oh tenang saja Nadya, ada Anggi di sebelahmu. Dia terlihat tenang-tenang saja, ya walau tadi sempat terpekik.

Putri yang sebelum nya bersama Rahell, membalas dengan kedipan mata. Apa maksudnya? Sudahlah nad, sabarkan diri dengam istighfar.
Lagipula pesta ini cukup menyenangkan.

Banyak makanan, musik mengalun indah, dan... dia ada di sini. Stop lewati bagian itu, fokus pada piring dan lauk menggiurkan di depanku. Anggi mengajakku duduk di dekat Putri, aku menstujuinya toh kami bisa melihat Rahell bersama-sama.

"Gilaak man! Kesambet apa Marcell bisa kayak gitu? Assalam..." celetuk Anggi meremas-remas ujung gaun nya gemas.

"Iya tuh, mereka kan gak pernah deket. Romantis banget ya!" Timbrungku sambil menyuapkan se sendok nasi ke dalam mulut.

"Yah..malam ini, hati Marcell telah di cerahkan sesuatu." Tanggap Putri lagi-lagi ambigu. Emang ini anak, puitis banget ketua eskul B.indo mah beda.

"Bodoamat put."

"Eh iya put makan sono lu, badan makin kurus aja entar." Kataku protes, Putri tergelak dan berlalu untuk mengambil makan malam juga.

"Nad nad?" Anggi memanggilku.

"Hmm?!"

"Pengin ke toilet anter yuk, gc gak tahan ni!" Pinta Anggi memelas, aku berdecak kesal. Anggi pake acara mendadak kebelet segala. Ribet kan.

Kami berjalan asal-asalan, melirik satu persatu pintu rumah Ashley. Siapatahu ada seseuatu tanda kalo itu toilet. Nihil harapan kami cuma-cuma.

"Eh tau gak toilet di mana?" Paparku ke salah satu pelayan minuman.

"Itu di sana kak!" Tunjuk pelayan itu mengarah ke angka jarum jam 4. Kami mengucapkan terimakasih, kemudian meloyor ke toilet.

Aku menunggu Anggi di depan, bersender di tembok mengamati orang berlalu lalang.

When your legs don't work.

Like used to be before.

And i can't sweep you off you feet.

Lantunan lagu thiking out loud, ku dengar samar-samar di balik pintu yang berada di sebrang toilet. Di rumah ini setiap tempat di bagi menjadi beberapa bagian, ada halaman belakang untuk konser musik kecil-kecilan, dance floor di ruang tenggah, rooftop sebagai tempat pangan barbekyu dan masih banyak tempat lain nya.

All about UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang