Epilog

114 5 0
                                    

   "Bila nanti saatnya telah tiba
Kuingin kau menjadi istriku
Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan
Berlarian kesana-kemari dan tertawa
Namun bila saat berpisah telah tiba
Izinkanku menjaga dirimu
Berdua menikmati pelukan di ujung waktu
Sudilah kau temani diriku"

    "Kamu yakin dia ada di gate 3-A, coba kamu lihat lagi chattan nya." Lucky menatap kasihan pada perempuan di sebelah nya. Dari setengah jam yang lalu mereka berdiri di depan terminal gate 3-A bandara Soekarno Hatta. Menjemput Leon dan adik nya. Leon melanjutkan kuliah nya di London. Bukan hanya karena Lucy yang tinggal disana.  Leon pun lulus dengan nilai baik dan menjadi business man.

Sudah setengah jam juga mereka menunggu bersama orang-orang yang ingin menjemput keluarga teman atau rekan kerja mereka.. Sebuah papan karton yang bertuliskan Leonard & Lucy -London sedari tadi ia angkat tinggi-tinggi berlawanan dengan desak-desakan orang-orang.

Nadya menyeka keringat yang mengucur dari dahinya, "Gak mungkin aku salah baca, tadi tulisan nya terminal 3-A kok." Sangkal nya ia menarik nafas lelah.  "Kamu pasti cape ya, kamu tunggu di kafetaria aja deh biar aku yang nunggu Leon disini."

Lucky berdecak, ingin protes tapi dia tak enak. Leon sudah di anggap sebagai abang sendiri bagi Nadya. Itu sudah mendarah daging padanya, apalagi anak ini dari dulu keras kepala. "Engga aku bakal nemenin kamu. Nih minum dulu." Lucky menyodorkan softdrink. Nadya segara  meminumnya hingga tandas.

Tak butuh waktu lama lagi, dari kejauhan datanglah sosok jangkung Leon bersama seorang perempuan yang terlihat sangat mirip Nadya. Postur tubuh mereka yang tak terlalu tinggi, gestur muka mereka yang sedikit tembem dan menggemaskan. Hanya saja kulit Lucy yang keturunan barat sehingga nampak putih rambutnya juga berponi dan pirang beda dengan Nadya yang berwarna cokelat pekat poni nya di panjangkan dan di belah tengah. "Tuh kan aku gak salah baca." Nadya tersenyum puas.

   "Abang Leoonn...." teriak Nadya bersemangat, ia langsung menghambur ke pelukan Leon. Lucky yang melihat nya hanyah bisa mengelus dada. Maaf yaaa abang lama." Leon mengusap kepala Nadya dengan sayang.

   "Eh ini Lucy kan ade kamu? Hai welcome back to Indonesia. Kamu pasti adenya Leon kan." Sapa Nadya mengalihkan pandangan nya pada Lucy.

    "Iya aku Lucy. Oh kamu Nady yang sering skype sama bang Leon? Dia udah cerita banyak tentang kamu. Akhirnya ya kita bisa meet up." Jawab Lucy menyegir kuda. Kelihatan nya Lucy senang sekali bisa melihat langsung orang yang sering abang nya bicarakan. Terlebih lagi, Lucy bisa langsung menilai sifat Nadya sangat ramah dan hangat persis seperti yang Leon ceritakan.

Rahang Lucky mengeras. "Oh...pantes kamu jarang mau face time sama aku. Karena Leon?" Protes nya cemberut.

   "Cemburu nih ye. Sorry ky, tapi kan lo udah milikin dia seutuhnya." Ledek Leon menepuk-nepuk pundak Lucky.

    "Kalian udah tunangan?" Lucy melirik Lucky, "dan kamu tunangan ka Nadya?" Tanya nya penasaran.

   "Iya itu gua Kenalian Lucky." Balas Lucky mengulurkan tangan nya. "Nad kamu ternyata mirip ya sama dia." Tambah nya tertawa kecil.

    "Emang!  Leon juga sering bilang gitu." Mereka beriringan jalan ke parkiran yang tak jauh dari gate.

   "Kita ngambil tuxedo sama baju Lucy dulu ke butik Rahel kan?" Tanya Lucky ketika mereka sudah di mobil, saat ini mobil yang di kendarai Lucky sedang menuju ke kawasan jakarta selatan tepatnya ke butik milik Rahell.

    "Iya ky, tadi Rahell chat aku habis dari butik nya dia mau ngajak makan nasi padang yang ada di sebelah butik nya. Pasti bang Leon udah bertahun-tahun kan ga makan nasi padang." Nadya menyahut.

All about UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang