19::Holding On

37 8 0
                                    

#19

"You're gonna miss me when im gone."


Perlahan-lahan ranjang tidur Rafa di dorong keluar oleh beberapa suster, dari ruang operasi. Lucky, Ashley, Marsha, kedua orang tua Rafa dan beberapa orang terdekat Rafa lain nya yang sedari tadi sedang menunggu operasi Rafa kini tersenyum puas.

Melihat tim operasi dokter Robert menyambut mereka dengan senyuman hangat, sudah tidak di ragukan lagi. Operasi Rafa pasti berjalan lancar. "Selamat operasinya berjalan lancar. Tapi setelah ini, kami akan lebih memperketat perawatan pasien. Dia memerlukan istirahat total, sampai keadaan nya benar-benar pulih." Sambut dr Robert menjabat tangan kedua orang tua Rafa.

Mereka bernafas lega, "terimakasih dokter, telah berusaha dengan sebaik mungkin." Balas ibunda Rafa merintikkan air mata bahagia nya. "Sudah menjadi kewajiban bagi saya bu. Kalau begitu saya pamit dulu, ada jam praktek sebentar lagi." Tutur dr Robert kemudian meninggalkan mereka.

"Terimakasih atas doa kalian, Rafa bisa selamat." Ujar Eric ayah Rafa tulus. "Om, tante bisa kita bicara sebentar?" Tanya Ashley, paham apa yang dimkasud Ashley mereka bertigapun beranjak ke ruang IGD.

Di dalam sana, Putri terbaring lemah wajahnya pucat pasi. Mungkin ini efek karena datahnya berkurang banyak. "Nak bagaimana kedaanmu?" Tanya ibunda Rafa mengelus pucuk kepala Putri dengan hati-hati.

Putri mengerjapkan matanya beberapa kali, pandangan nya tertuju pada wanita paruh baya ini. "Aku baik tante." Jawabnya dengan suara kecil. Bahkan lebih mirip seperti bisikan.

"Terimakasih nak kamu sudah membantu Rafa. Kami berhutang budi padamu." Papar Eric, Putri mengeleng lemah. "Bagaimanapun juga Rafa teman saya juga."

"Kami sudah mengirim uang ke rumah sakit untuk pengobatan temanmu Nadya selama satu tahun penuh. Ashley yang bertanggung jawab dengan kebutuhanmu di appartement. Kami tidak bisa berlama-lama disini, sebentar lagi kami harus menghadiri Rapat. Sekali lagi terimakasih banyak nak." Ujar ibunda Rafa panjang lebar, beliau bersama Eric suaminya berlalu pergi menyisakan Ashley dan Putri.

"Lo harus banyak istirahat." Ucap Ashley membuka suara, ada jeda panjang sebelum Putri menjawabnya. "Please izinin gue jenguk Nadya." Pinta Putri menatap manik Ashley memohon.

Antara menginzikan atau tidak, Ashley menimang-nimang permintaan Putri. "Oke tapi gue yang anter."

□□□

Hembusan nafas kecil terdengar memecah keheningan kamar rawat inap Nadya. Wajah damai tidurnya masih terlelap di alam mimpi, belum ada tanda-tanda dia akan bangun.

Srekk

Pintu terbuka dan munculah Anggi dan Rahell, seperti biasanya mereka berdua akan menunggu Nadya sadar. Meskipun entah kapan hal itu terjadi. "Hallo Nadya gimana kabar lo? Elo kurusan ya nad." Seloroh Rahell sambil mengganti bunga mawar di vase bunga yang telah mengering, dan mengganti nya dengan bunga matahari.

"Lo ga bosen nad tidur terus? Gak kangen apa sama kita-kita." Dengus Anggi menyengir kuda.

Tidak ada yang menjawab mereka. Hanya bunyi peralatan medis, bersahut-sahutan. "Lucky kemarin dia udah sadar. Hari ini Rafa lagi di operasi, semoga operasinya lancar. Lo bangun dong nad, biar bisa ketemu Lucky." Cerita Anggi mengelus tangan Nadya lembut.

All about UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang