23::The turth

39 7 0
                                    

#23

"Jangan egois, aku pengen bahagia juga. Meskipun bukan sama kamu yang cuma bisa ngasih banyak harapan semu."

-Lucky pov-

Di sini sekarang keberadaanku dan Rafa, di kafetaria dekat taman Rumah sakit. Menemani Rafa membaca novel, dan mendengarkan Rafa bercerita menganai novel yang di bacanya. Sekaligus di temani secangkir mocchalatte, di pangkuanku ada gitar accoustic yang ku pinjam dari salah satu pegawai disini.

     Mulutku bersenandung menyanyikan lagu all of me lagu kesukaan Rafa. Semestinya aku merasa bahagia dengan ke adaan ini. Menghabiskan banyak waktu dengan orang yang ku sayang, tapi ketika pandanganku tak sengaja melihat dua remaja di taman. Mereka sedang tertawa, dan saling mengejar dadaku terasa sesak. Seolah pasokan udara yang ada di paru-paruku terenggut hilang.

Dia terlihat bahagia sekali, wajahnya berseri-seri beda dengan semalam yang memperlihatkan luka dan rasa kecewa nya padaku. Nadya tertawa lebar, di sebelahnya sosok cowok berwajah timur berlari mengejar Nadya.

     Aku tidak suka, dia bahagia seperti itu selain bersamaku. Katakan saja aku orang yang paling egois, bila ku ingat wajah bahagiaanya minggu lalu saat kami berdua main ice skating waktu itu rasanya aku kangen. Omongan Rafa tidak ku hiraukan lagi, mataku tetap fokus menatap jendela, tanganku mengepal di bawah meja.

    "Jadi menurut lo si cowok terlalu bodoh menyadari perasaan nya, apa emang gak semestinya dia begitu?" Pertanyaan Rafa mengenai novel itu, terdengar sindiran bagiku. Kepalaku mulai memans.

     "Ra kita balik ke kamar rawat inap aja ya, sebentar lagi waktunya minum obat." Nasihatku, persetan dengan pertanyaan itu.

     "Ah iya ayo kita balik." Aku mendorong kursi rodanya, masuk ke gedung rumah sakit. Tiba di kamar rawat inapnya, dua orang suster tersenyum menyambut kami. Ini saatnya dia minum obat, aku meninggalkan nya pergi ke taman.

-Author pov-

Nadya menyedok es krim nya dengan semangat lalu melahapnya, "cokelat itu rasa favorite gue dari dulu, gue lebih suka rasa cokelat menurut gue cokelat itu rasa yang enak ketimbang rasa stroberi." Celotehnya dengan susah payah menelan es krim.

    "Yep gue juga suka cokelat. Waktu gue kecil, nyokap suka bikinin cookies di tabur permen warna-warni. Itu makanan favorit gue, sejak itu i feel fall in love with chocholate." Tanggap Leon menikmati lelehan es krim di dalam mulutnya.

     "Gue gak tahu kenapa gue bisa suka rasa cokelat, waktu kecil gue sama abang gue suka makan es krim. Tapi abang gue sibuk nyelesain kuliahnya di london sekarang." Cerita Nadya menunduk sendu.

     "Gue merasa beruntung, punya sahabat yang ada saat gue sakit. Walaupun gue belum bisa inget sepenuhnya, tapi gue yakin gue bisa sembuh." Lanjutnya tersenyum.

    "Lo cewek sok tegar dasar, gue tahu kok rasanya jadi lo. Sini-sini gue pinjemin bahu gue buat lo." Kata Leon menangkup pipi Nadya, dan menyandarkan nya di bahu nya.

    "Wangi lo enak, kayak parfume cokelat gitu." Leon terkekeh mendengarnya.

Lucky menatap tajam dua orang yang tak jauh di depan nya, langkah kaki nya berderap menghentak aspal. Sampai di hadapan mereka, Lucky memandang tak suka ke arah Leon. Sedangkan Nadya masih menikmati sandaran nya di bahu Leon, mata cewek itu terpejam menikmati angin sore. Tidak sadar kehadiran Lucky.

    "Kita perlu bicara." Ujar Lucky, Nadya membuka matanya. Gadis blasteran Amerika itu terkejut, kenapa dia bisa bertemu dua kali dengan cowok aneh ini?

    Leon yang memperhatikan rahang Lucky mengeras, dan tatapan heran dari Nadya hanya bisa diam memperhatiakan keduanya. Tanpa berminat ikut campur

    "Maksudnya apa ya? Tadi pagi gue udah ngomong, mungkin lo salah orang. Gue gak kenal lo." Jawab Nadya se-jujurnya. Dan itu membuat amarah Lucky memuncak. "Jangan kayak gini, gue tahu lo sengaja ngehindar dari gue kan. Tapi lo gak perlu cari tempat pelarian ke orang lain." Tegasnya meninggikan suara.

    "Gue udah bilang gue gak kenal lo. Dan gue gak ngerti sama ucapan lo, jangan maksain kaya gini." Sahut Nadya ikut membentak, emosinya ikut terpancing.

  Lucky tertawa hambar, tawa yang menyimpan rasa sakit dan menertawakan dirinya sendiri. "Jadi ini yang lo mau, kita sama-sama jadi orang asing. Lucu ya lo nad, minggu kemarin lo bilang lo sayang sama gue. Secepat ini lo udah berlabuh sama laki-laki lain huh." Dengus Lucky mengatur nafasnya.

Leon meneliti tatapan Lucky, dan manik mata Nadya. Setelah menelaah perkataan mereka, Leon menyimpulkan mungkin mereka pernah menjalin hubungan. Dan ada yang memutuskan hubungan mereka secara sepihak.

    "Bisa gak sih coba lo jelasin ke gue apa masalahnya, dan kenapa gue bisa ber-urusan sama lo. Siapa lo, dan kenapa kita bisa kenal. Gue udah pernah nanya ke lo awal kita ketemu di kantin, apa gue pernah kenal lo? Tapi lo malah jawab yang aneh-aneh." Sergah Nadya.

Lucky semakin kesal dibuatnya, kepalan tangan nya semakin kuat hingga urat-urat di punggung tangan nya dapat terlihat jelas. Di hadapanya nya, Nadya menunduk takut untuk menatap mata elang Lucky.

Ini udah di batas kendali. Tanggap Leon dalam pikiran nya. Ia bangkit dari kursi, menghadapkan tubunya dengan Lucky yang berbading beberapa senti saja. Di tatapnya Lucky dari atas hingga ke bawah, "hey dude why you so rude to her. Can you tell what the problem? Look she's dont know what happened to you."  Tukas Leon bersikap santai.

    "Who are you? You just somoane new in her life. You dont know the problem. Can you shut up hmm?" Jawab Lucky melempar tatapan rendah pada Leon.
    
    "Sorry but she's mine. Go away..." sergah Leon sambil melingkarkan tangan nya di pinggang Nadya dengan posesif.

Awalnya Lucky terperangah dengan pengakuan Leon, namun dia tidak yakin Nadya bisa secepat ini untuk memilih Leon. Dulu saja ia sangat sulit untuk menaklukan Nadya dari sifat cueknya, tapi hanya selang beberapa hari Leon bisa menjadi prioritas gadisnya.

    "I can't belive you. I konw you lie to me. Tell me that's not real Nadya."

    "Just tell him now." Bisik Leon di telinga Nadya.

     "Yes he's right."

A/N
B

entar lagi kayanya tamat ni
gadeng Xixi :)


All about UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang