16::Choice

69 10 1
                                    


#16

"Kemarin kau ubah benci jadi cinta sekarang berubah cinta jadi kecewa. Kukira cinta itu indah tetapi ternyata tak seindah itu.
Katanya cinta tak pernah salah, tak akan pernah berubah walau kadang hati terksakiti oleh salah."

Dengan pikiran yang masih tersulut antara bingung dan sedih, Anggi keluar dari ruangan dokter Robert. Apa yang baru dilihat, dan di dengarnya, telah menyayat hati nya. Tidak cukupkah masalah Arisya kemarin melukai sahabatnya?Kenapa harus sahabatnya yang menerima cobaan ini? Di sini Anggi sadar, ternyata hanya karena cinta dan perasaan seseorang rela terluka.

"Nggi? Lo habis dari ruangan dokter Robert? Apa katanya?" Rahell dengan langkah terburu-buru mendekat ke arah Anggi, yang sedang terduduk di kursi ruang tunggu, kedua tanga nya bertumpu menutupi wajahnya berusaha meredam tangis.

"Lo kenapa nggi?" Tidak mendapat respon dari Anggi, Rahell memegang kedua bahu Anggi isakan dari perempuan itu semakin menjadi.

"Jangan di paksain dia buat jawab ell, biarin dia tenang dulu." Nasihat Marcell mengelus pundak Rahell lembut.

"Nadya sama Lucky gak papa kan?" Kata Rahell mendekap Anggi, tangis nya ikut pecah.

Marcell mengambil ponsel Iphone berwarna hitam nya di saku jaket, dengan cepat jari besar itu menelefone seseorang.

Tuunt..

Bunyi sambungan terus berbunyi, beberapa detik kemudian barulah suara seseorang terdengar.

"Al sekarang juga lo ke runah sakit, gue Rahell, sama Anggi ada di ruang tunggu deket loby selatan." Tukas Marcell, lalu mematikan ponselnya.

□□□

"Duduk." Perintah Ashley melihat kedatangan Putri di taman belakang rumahnya. Putri menurut dan menduduki kursi di hadapan Ashley.

"Lo liat siapa yang ada di sana?" Papar Ashley memberikan ponselnya pada Putri, masih dengan kebingungan Putri mengambil ponsel dari tangan Ashley. Di sana ada sebuah hotnews dari aplikasi berita. Mulut Putri tak henti-hentinya membaca seluruh kalimat, matanya membulat.

Kecelakaan maut yang di alami dua orang remaja perempuan. Diketahu identitasnya salah satu korban berinisial N dan pengemudi mobil berinisial R. Di tambah korban penyelamat seorang remaja laki-laki yang ikut terluka karena menyalamiti kedua korban tersebut remaja itu berinisial L.

Air mata Putri tidak dapat lagi terbendung, tangisanya menyeruak membajari pipinya. Di sana tertera foto Nadya, Rafa, dan Lucky di salah satu rumah sakit. Kondisi mereka sangat mengenaskan.

"Apa yang temen lo lakuin ke sahabat gue. Salah temen gue apa? Sebenarnya lo semua lakuin ini ke kita karena apa?" Tanya Putri emosinya sebentar lagi memuncak.

"Asal lo tahu bukan sahabat lo aja yang jadi korban. Tapi sahabat gue juga!" Tutur Ashley menunjuk foto Rafa.

"Tapi temen lo itu kan yang nyelakain temen gue? Lo bisa ngatain gue murahan atau apalah, tapi temen lo sendiri lebih murahan. Cuma karena masalah cowok, dia ngorbanin nyawanya." Kata Putri sesenggukan.

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Putri, tamparan itu berasal dari Marsha. "Jaga ucapan lo, dia kayak gini gara-gara Nadya deket sama Lucky. Dan Lucky jadi ninggalin dia." Rutuk Marsha sebal.

"Gausa nangis. Sahabat gue juga jadi korban. Tapi setelah gue tanya dokter, sahabat lo mengalami trauma berat pada otak. Dia koma. Kalo lo mau sahabat lo selamat, lo harus lakuin satu permintaan dari kita." Ujar Nathalie, menambah sesak dada Putri.

"Cuma satu permintaan, dan itu gak sulit." Intan ikut menimbrung.

"Oke tapi kalo sampe sahabat gue kenapa-napa jangan harap, gue cuma diem." Setuju Putri menghapus air matanya.

"Yang penting lo mau lakuin satu permintaan ini. Itu semua bisa di atur." Jelas Ashley meyakinkan.

"Apa permintaan nya?"

□□□

Aldi berlari di sepanjang koridor rumah sakit besar ini, matanya mencari-cari diamanakah ruang tunggu yang di maksud Marcell? Di dekat pintu lobby selatan, Aldi menemukan sosok Marcell, Rahell, dan Anggi.

"Hhhhh gimana keadaan mereka?" Tanya Aldi kelelahan.Marcell membawa Aldi menjauh dari Rahell dan Anggi.

"Nadya koma, dan Rafa kritis." Jelas Marcell.

"Kapan kecelekaan nya?" Tanya Aldi lagi mukanya sudah berubah serius.

"Tadi malam antara jam 2 sama jam setemgah tiga pagi. Rafa yang ngedarain mobil, kayanya emang dia sengaja. Gak ada penyebab nya juga."

"Gila si Lucky, bikin dua cewek frustasi kaya gini." Cetus Aldi mengurut pangkal hidung nya

"Gak ada bedanya juga kan sama lo, bedanya lo tiga cewek sekaligus. Risya, Putri, dan Della. Lo beruntung Risya udah bisa move on. Putri? gue denger dia nolak Raihan cowok mostwanted sma Pancasila, dia tim andalan anak futsal." Komentar Marcell tersenyum simpul.

Glek!

Putri masih suka sama gue. Batin Aldi menarik kesimpulan.

"Putri? Ngomongin soal Putri, dia diamana sekarang?" Tanya Aldi merenyitkan alis.

□□□

Ruangan serba putih, berisi peralatan medis terdapat dokter di hadapan nya membuat jantung Putri berdetak melebihi ritme nya. Ashley dan Nathalie di samping nya, menatap Putri tajam seolah menyuruhnya fokus mendengar penjelasan dari dokter di hadapan mereka.

"Kalau memang itu keputusan terbaik bagi kalian, besok saya akan menjadwalkan operasi nya. Bagaimana anda sudah siap Putri?" Putus dokter itu fokus menulis di agenda miliknya.

Putri diam dalam keheningan, ia menghela nafas kecil dengan gue bantuin mereka, gue gak bakal mati.

"Siap dokter."

A/N
Yup gue udah memutuskan siapa yang gak selamat xixi. Yang sudah baca cerita ini sampai part ini, dan belum di masukkin ke perpustakaan kalian jangan lupa masukkin ya! Sekian dari gue~

830 words
14:50
Minggu 4 juni 2017

All about UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang