20::Never let you go

31 7 0
                                    

#20

"I want u forever even we'are not together."

Kilauan sinar matahari menelesup masuk melalui jendela kamar rawat inap Nadya, pagi ini dia terbangun dengan perasaan sedih. Sedih karena merasa bersalah pada sahabatnya, entah kenapa kemarin pikiran nya terasa kosong, dan hampa. Sekarang ingatan nya sudah mulai membaik, ia mengingat semua kejadaian sebelumnya. Terutama tengtang mimpinya.

    Yang ia inginkan saat ini adalah bertemu Lucky, bagaimana kabarnya sekarang? Apa dia baik? Setahu Nadya Lucky sudah siuman. Mungkin nanti dia perlu di antar suster ke kamar Lucky.

Drrt drrt drrt

Ponsel Nadya bergetar membuyarkan lamunan nya, dilihatnya username si penelfone, ternyata itu telfone dari Aldi.

     "Hallo nad lo udah bangun? Gimana udah mendingan?" Tanya Aldi takut kalau ingatan Nadya belum pulih.

     "Iya all gue udah bangun, alhamdulillah gue merasa baikan sekarang. Nanti lo sama yang lain ke sini ya, gue sendirian di sini. Gak ada yang bisa di ajak ngobrol." Sahut Nadya semangat.

    "Baguslah ingatan lo udah membaik. Nanti gue kabarin ke anak-anak ya nad, gue gak janji bisa dateng. Gue ada urusan nanti siang."

   "Oh ya all, ngomong-ngomong Putri kemana ya? Kemarin kok gua gak liat dia?"

Aldi mengigit bibir bawahnya, haruskah Aldi memberitahu Nadya kalau selama ini Putri menghilang bagai di telan bumi. Penjelasan ke luar kota dari pembantu rumah Putri, tidak cukup untuk memberi keterangan kepergian nya selama ini. Lantas kemana perginya dia?

    "Putri nanti dateng jenguk lo kok nad, tenang aja. Tapi gak sekarang. Hati-hati disana ya nad, gue mau siap-siap pergi dulu." Salam Aldi memetuskan sambungan.

Nadya sempat bingung apa yang di katakan Aldi, tapi yasudahlah anak itu memang terkadang membingungkan.

□□□

    "Udah bangun, sarapan yuk." Lucky tersenyum menatap Rafa, di bukanya gorden jendela hingga cahaya matahari menembus ke dalam kamar.

Rafa membuka matanya, saat dia terbangun Lucky lah yang berada di sisinya saat ini. Tidak tahu harus senang, atau sedih. Rafa masih bingung dengan mimpi yang di alaminya. Saat Lucky mengatakan mereka akan menjalin persahabatan dengan Nadya. Kemudian Nayda menghilang begitu saja, meninggalkan sepucuk surat.

     "Er...ky lo tahu siapa yang rela mencangkok ginjal nya buat gue? Gue pengen ngucapin  terimakasih ke dia." Tanya Rafa setibanya di kantin rumah sakit.

    "Nyokap, sama bokap lo gak ngasih tahu identitas nya. Intinya kata dokter dia perempuan, dan identitasnya gak mau di umbar. Dia mau identitas dia sebagai privasi, yang penting sekarang lo udah sehat kan?" Terang Lucky mengelus punggun tangan Rafa seiringan bibirnya tersenyum merekah.

    "Iya alhamdulillah ky. Ehmm tapi ky, kok gue gak liat Nadya ya? Bukan nya kita bertiga satu rumah sakit. Dia udah sadar belum ya?" Gumam Rafa, Lucky di hadapanya terkesiap. Dari dua hari semenjak ia siuman, Lucky juga belum tahu mengenai kabar Nadya.

     "Nanti kita jenguk dia sama-sama. Sekarang habisin dulu aja makanan nya." Saran Lucky mengalihakan pembicaraan. Rafa menurut, lalu kembali fokus pada bubur ayam di hadapan nya.

All about UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang