Adistya Widi: Jangan lupa kasih gue ipar pas gue balik ya Do!
.....
Edo tersenyum membaca pesan singkat dari sepupu kesayangannya.
"Tuh baca Do, baca pesan Adis!"
"Gue udah baca Al," ujar Edo sinis.
"Ah baru juga satu setengah tahun lebih udah kangen sama Princess gue," Kevan bicara sendiri.
"Bukan cuma lo kali, kita juga," sela Adit.
"Udah udah, nanti juga kalau sempat dia pulang, ayo buruan deh udah mau masuk." Edo mendahului Adit, Kevan dan Al mencari kelas mereka.
BRUK!
Ketiga bandit di belakang Edo sedikit terkejut saat tiba-tiba Edo menabrak seseorang.
"Kau tidak apa?" Edo mengulurkan tangannya, namun yang mau ditolong hanya memandangnya dengan mata menyipit lalu seketika nampak panik dan berdiri tanpa menyambut tangan Edo.
"maaf saya buru-buru." Ucapnya singkat lalu berlari."Wah pangeran Alfredo ditolak tangannya, hal langka nih," ujar Al setelah gadis yang tadi ditabrak Edo meninggalkan mereka.
"Liat tuh cewe jadi keinget Adis, persis banget stylenya." Ucap Kevan melihat arah perginya cewe tadi.
"Wooh Van, awas lu berpaling dari adek gue," ancam Adit berdiri di hadapan Kevan.
Kevan terkekeh, "selow Dit, hati gue mah udah mentok di Adis seorang, dan perlu diketahui, yang kali ini bukan gue pemeran utamanya, tapi--"
Kevan melirik ke arah seorang bandit yang entah kemana pikirannya sejak bertemu gadis tadi.
"Edo?" Al sedikit terkejut melihat Edo bisa teralihkan untuk pertama kali oleh seorang cewe.
"Yuk guys kita udah telat," Adit mendahului yang lainnya. Al dan Kevan mengikuti Adit tanpa menganggu Edo.
.
."Perayaan guys!!" Adit mengangkat tinggi gelas jus alpukatnya, Al dan Kevan mengikuti lalu ketiganya melakukan cheers.
Edo melihat ketiga temannya dengan tatapan datar, "kalian berlebihan!"
"Adis harus tau!" Kevan mengambil ponselnya namun direbut Edo yang menatapnya dengan tatapan mengancam.
Kevan terkekeh, "santai Do santai, kita ngga bakal ngadu ke Adis sebelum lo berhasil deket sama cewe itu, ya ngga guys?"
"Yoi Van," sahut Adit dan Al bersamaan.
"Geez!" Edo menghabiskan minumannya lalu meninggalkan ketiga bandit yang masih senang menggodanya.
Edo mengacak rambutnya, masih belum percaya akan hal bodoh yang dilakukannya pagi ini hanya karena seorang gadis yang baru ditemuinya.
Setelah meninggalkan kantin tadi, Edo pulang ke rumahnya dan mengendap di kamarnya hingga jam makan malam.
"Dek turun, ayo makan!" Stephie, kakaknya yang kebetulan mampir ke rumah memanggilnya untuk makan malam.
"Lo belum mandi dek?" Tephie menatap adiknya yang masih nampak kusut saat membuka pintu kamarnya.
"Bawel deh kakak," Edo merangkul pundak Tephie lalu mengajaknya turun ke ruang makan.
"Kamu bau tau dek," ledek Tephie sambil menutup hidungnya.
Edo melirik sebal kakaknya.
"Mandi gih dulu," Tephie melepas rangkulan Edo lalu mendorong pelan adiknya ke kamar mandi di dekat ruang makan karena keduanya sudah terlanjur turun, "kakak tunggu di ruang makan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile
Romance"Kamu adalah pelangi indah yang muncul ketika hujan reda. Tidak akan kubiarkan seorangpun membuat warna indahmu pudar."