Irish memejamkan matanya saat Grey menodongkan pistol dan bersiap menembaknya.
"Irish beritahu kodenya!" Pekik Rafa.
"Mama."
"IRISH!"
Bersamaan dengan teriakan Edo, beberapa suara letusan terdengar. Grey mengurungkan niatnya menembak karena beberapa anak buahnya roboh di dekatnya.
"Kurang ajar! Siapa itu?!"
Suara langkah kaki terdengar mendekat dari arah pintu.
"Maaf ya terlambat, tapi jagoan selalu datang terakhir kan?"
"Adis?" Edo yang pertama kali bersuara saat sepupunya berdiri di samping Kevan.
Adis memegang tangan Kevan yang menggenggam pistol, "pistol itu buat nembak bukan pajangan doang." Sindir Adis membuat Kevan menatapnya sebal.
"Beraninya gadis bocah sepertimu ikut campur di sini!" Sergah Grey menodongkan pistolnya pada Adis.
"Wey Pak Tua, saya ini mahasiswi kedokteran bukan bocah, tuh mata bawa ke THT gih!"
Grey menggeram di tempatnya mendengar ucapan Adis. "Kurang ajar!"
"Padahal gue udah rajin minum susu, tapi emang badan gue kayak gini gimana dong?" Lanjut Adis.
"Tenang aja lo udah imut segini kok." Bisik Kevan lalu menodongkan pistol pada Grey.
"Ish Kevan." Adis menahan dirinya agar tidak blushing karena ucapan Kevan lalu kembali fokus menyelamatkan Irish.
"Sampai kapanpun aku ngga akan pernah kasih kode itu!" Irish masih bersikeras.
"Jangan dikasih Ris, lo tenang aja, Pak Tua itu ngga akan bisa bunuh lo selama ada gue di sini!" Adis menodongkan pistolnya pada Grey.
"Percaya diri sekali kamu." Ejek Grey dengan smirknya.
"Jelas! Seorang Radistya selalu percaya diri selama berdiri di tempat yang benar!"
Edo membawa Reynand untuk berlindung, Rafa juga mencari tempat aman setelah diberi kode oleh Kevan. Al mengikuti Edo.
Satu peluru diletuskan oleh Grey ke arah Adis namun berhasil dihindari. Adis memberikan tembakan balasan tepat menyerempet pergelangan kaki Grey.
"ARGH! Habisi mereka!"
Anak buah Grey yang tersisa menyerang Adis dan Kevan. Beberapa pukulan dari pria yang tidak memegang senjata dan peluru yang ditembakan berhasil keduanya hindari. Beberapa anak buah Grey sampai jatuh ke dalam kolam setelah ditembak oleh Adis.
"Di mana Adit?" Tanya Kevan saat keduanya berdiri saling memunggungi sambil bersiap kembali menyerang.
"Sedang di jalan bersama polisi." Jawab Adis, Kevan mengangguk lalu kembali menyerang, begitupula Adis.
Dalam waktu beberapa menit semua berhasil ditumbangkan. Adis mendapat sedikit memar dan luka disudut bibirnya karena sempat lengah.
"Lo ngga apa?" Tanya Edo cemas menghampiri sepupunya dipinggir kolam.
Adis tersenyum sambil meringis karena luka sobek dibibirnya. "Mendingan lo selamatin Irish Do."
Edo mengangguk, namun belum Edo bergerak, sebuah peluru kembali ditembakan oleh Grey. Peluru tersebut memutuskan tali yang mengikat pergelangan tangan Irish hingga Irish jatuh ke dalam kolam yang dalam.
"IRISH!" Adis bersiap melompat ke kolam namun Edo menahan Adis dan menjauhkannya dari pinggir kolam. Edo menggantikan Adis menolong Irish.
Tepat saat Edo masuk ke dalam kolam, polisi datang dan meringkus Grey serta anak buahnya yang memang dibiarkan hidup oleh Adis dan Kevan. Mereka hanya dilumpuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile
Romance"Kamu adalah pelangi indah yang muncul ketika hujan reda. Tidak akan kubiarkan seorangpun membuat warna indahmu pudar."