"Udah gue bilang kan buat jaga makan dan istirahat, skripsi bukan berarti lo lupa kesehatan!" Omel Edo melihat Irish nampak pucat duduk di kantin.
Mereka sudah masuk semester akhir dan sedang dalam masa penyusunan skripsi. Berat badan Irish sampai turun beberapa kilo karena memforsir untuk menyelesaikan skripsinya.
"Edo gue pusing jangan teriak-teriak dong," Irish melipat tangannya diatas meja lalu menenggelamkan kepalanya disana.
Edo menghela nafasnya pelan. "Lo makan dulu, setelah ini gue beliin vitamin, malam ini lo jangan lembur dulu."
Irish melirik sedikit ke arah cowo dihadapannya yang sudah beberapa tahun ini menjabat sebagai pacarnya juga sedang menatapnya intens. Irish mengambil salah satu tangan Edo lalu menggenggamnya.
"Maaf ya Edo."
Edo mengusap punggung tangan Irish dengan ibu jarinya membuat Irish sedikit mengantuk. "Gue kayaknya butuh tidur sekarang." Irish kembali membaringkan kepalanya diatas meja bersandar dilengan kirinya, sedangkan tangan kanannya masih menggenggam tangan Edo.
Irish kembali menegakan badannya saat Edo berdiri dari tempat duduknya mengajak Irish ikut bersamanya.
"Mau ke mana Do?"
Edo hanya diam hingga mereka sampai di samping mobil Edo. Edo membuka pintu belakang lalu meminta Irish masuk. Edo pun ikut duduk di bangku penumpang belakang, bersama Irish.
"Mau ngapain?"
"Lo tidur jam berapa semalam?"
Irish nampak menimbang untuk menjawab, takut Edo kembali marah padanya.
"Jawab aja Irish gue ngga akan marah."
"Gue baru tidur subuh." Irish menundukan wajahnya tidak berani menatap Edo. Ia tahu Edo marah untuk kebaikannya oleh karena itu Irish tidak protes sama sekali saat Edo mengomel.
Bukannya marah, Edo justru menarik lembut Irish hingga bersandar di dadanya. Irish merasa nyaman disana apalagi Edo juga mengusap puncak kepala dan punggung tangannya seperti di kantin tadi.
"Lo tidur aja, gue bakal jagain lo di sini."
Hati Irish berbunga-bunga mendengar ucapan Edo. Tidak lama dirinya pun terlelap.
***
Dua tahun berlalu setelah Edo serta Irish dan juga sahabat mereka yang lain mendapat gelar sarjana.
Siang ini para bandit beserta Irish berkumpul di rumah Kevan, melaksanakan sebuah rencana.
"Gue udah persiapkan semuanya." Ucap Kevan ditengah rapat.
"Lo yakin Van sama rencana ini?" Tanya Irish.
"Udah sangat yakin Rish! Gue yakin bakal bikin Adis terharu malam ini!" Ucap Kevan penuh keyakinan.
"Amin..." Ujar Edo, Al dan Adit bersamaan.
Kevan berencana melamar Adis sore ini bertepatan dengan kepulangan Adis kembali ke Indonesia. Semua rencana sudah diatur Kevan jauh-jauh hari atas bantuan Ana, mama Adis yang dengan sengaja membocorkan kepulangan putrinya pada Kevan. Awalnya Ana tidak mau memberitahu atas permintaan Adis namun karena Kevan mengatakan ingin memberikan kejutan lamaran di bandara, maka Ana mengatakannya.
"Yuk berangkat sekarang." Ajak Adit setelah melihat jam tangannya.
"Pokoknya ngga boleh gagal!"
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile
Romance"Kamu adalah pelangi indah yang muncul ketika hujan reda. Tidak akan kubiarkan seorangpun membuat warna indahmu pudar."