Setelah bertemu kangen dengan kedua orang tuanya, Adis mengajak Irish dan keempat bandit ke kamarnya.
"Ah kangennya!" Adis membaringkan badannya dikasur.
Irish menatap ke sekeliling kamar Adis. Beberapa piala terpajang rapi di sebuah etalase. Bingkai bingkai foto berisi gambar si pemilik kamar dan keempat cowo yang dikenal Irish terpajang di dinding dan meja belajar Adis.
Selama perjalanan, Adis dan Irish banyak mengobrol. Menurut Irish, Adis anak yang sangat menyenangkan. Tak heran keempat cowo yang saat ini juga berada di kamarnya terlihat sangat menyayanginya.
"Lo mandi dulu gih Dis." Suruh Adit pada adik kembarnya.
Adis bangun dari kasurnya, mengambil handuk di tangan Adit lalu masuk ke kamar mandi.
Adit dan yang lain duduk di sofa kamar Adis sedangkan Irish di sisi tempat tidur Irish.
"Itu Adis yang waktu itu nyaranin lo ke rumah sakit." Jelas Edo.
Irish mengangguk, "iya dia udah cerita kok tadi dijalan."
"Emangnya lo pernah konsultasi apaan Ris sama Adis?" Tanya Adit.
"Waktu itu gue ngga enak badan, Edo minta gue konsultasi sama Adis lewat telpon." Jawab Irish tanpa mengatakan bahwa Edo sampai menginap di rumahnya. Ia tidak ingin menjadi bahan ledekan sahabat-sahabat Edo.
Adit ber-oh-ria mendengar jawaban Irish. "Kalau gitu gue mau buat minum dulu, lo mau minum apa Ris?"
"Samain aja deh."
"Oke."
Adit keluar dari kamar Adis menuju ke dapur.
Adit kembali ke kamar setelah Adis selesai mandi dan berbaring di tempat tidurnya lagi. Irish masih duduk di tempat yang sama atas permintaan Adis.
"Anggap aja kamar sahabat sendiri kayak mereka Ris, jangan malu-malu." Ucap Adis saat Irish akan berpindah duduk ketika Adis kembali berbaring di kasurnya.
"Jadi lo libur berapa lama Dis?" Tanya Edo.
"Libur gue panjang kali ini, sekitar tiga minggu."
"Panjang banget liburan lo." Timpal Al.
"Yah there's something sih di kampus jadi agak panjang liburnya, dah lah pokoknya gue liburan panjang kali ini jadi harus dimanfaatkan karena liburan selanjutnya belum tentu gue bakal balik."
Keempat bandit mengangguk bersamaan.
Irish mulai bisa mengikuti alur percakapan para bandit ini. Rasa canggungnya juga sudah berkurang.
"Lho Adis tidur?" Irish baru sadar Adis sudah tidak ikut mengobrol sejak beberapa menit lalu.
"Dia kecapean, kita keluar dulu deh."
Semua mengikuti Adit keluar dari kamar agar Adis dapat istirahat.
.
."Eehhh?!" Irish terkejut saat pagi-pagi Adis sudah di depan kontrakannya.
"Pagi Iriiissh!" Adis tersenyum sumringah.
"Pa-Pagi Dis, dari mana tau alamat ini?"
"Edo!" Adis masih memberikan senyuman lebarnya.
Irish tersenyum kecil lalu mempersilahkan Adis masuk. Irish ke dapur sebentar membuatkan Adis minum, sedangkan Adis bermain dengan peliharaan kecil Irish.
"Ada apa nih?" Tanya Irish memberikan secangkir teh pada Adis.
"Gue lagi suntuk banget di rumah, jadi sengaja tanya Edo alamat lo dan mau ajak jalan-jalan." Adis memamerkan sederet gigi rapinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile
Romance"Kamu adalah pelangi indah yang muncul ketika hujan reda. Tidak akan kubiarkan seorangpun membuat warna indahmu pudar."