#6

2.7K 188 0
                                    

Sekitar jam 5 sore Irish baru keluar dari kelasnya. Dirinya sudah janjian dengan Edo bertemu di tempat parkir karena Irish harus segera ke kafe.

Ini malam minggu, jadwal Irish mengisi live music di kafe tempatnya bekerja.

"Ris anterin ke meja 5 ya." Karin menyerahkan nampan berisi pesanan pada Irish.

"Oke."

"Lo pesen ngga?" Tanya Irish pada Edo setelah mengantarkan pesanan tadi.

"Cappuccino aja."

Irish mengatakan pesanan Edo pada Karin.

"Lo yakin mau nunggu di sini?" Tanya Irish lagi sambil meletakan pesanan Edo di meja dihadapan Edo.

"Lo kerja aja ngga usah mikirin gue."

Irish mengangkat bahunya sekilas lalu pergi ke arah dapur.

Satu jam sudah Edo duduk sambil menyibukan diri dengan ponselnya. Cappuccino pesanannya juga sudah habis diminumnya. Edo melirik sebentar jam tangannya, sudah jam 8 malam.

Disapukan pandangannya ke penjuru kafe namun tidak ditemukan keberadaan Irish dimanapun.

"Ngga mungkin udah pulang, mungkin lagi sibuk."

Cahaya ruangan kafe sedikit meredup. Suara petikan gitar dari salah satu sudut kafe menarik perhatian seluruh pengunjung termasuk Edo.

Di sebuah panggung kecil yang berada disudut ruangan, seorang gadis sedang duduk sedikit menunduk sambil memetik gitar dipangkuannya.

Postur badannya sangat familiar di mata Edo.

"Irish?" Gumamnya.

I always needed time on my own

I never thought I'd need you there when I cry

And the days feel like years when I'm alone

And the bed where you lie

Is made up on your side

When you walk away I count the steps that you take

Do you see how much I need you right now?

When you're gone

The pieces of my heart are missing you

When you're gone

The face I came to know is missing too

When you're gone

The words I need to hear to always get me through the day

And make it OK

Irish memejamkan matanya.

I miss you...

Tepuk tangan pengunjung kafe membuat Irish membuka matanya kembali.

Lagu selanjutnya kembali dimainkan dibantu karyawan kafe lain yang memainkan piano.

"Ternyata permainan gitar lo bagus juga." Ucap Edo diperjalanan mengantar Irish pulang.

"Pujian tulus apa cuma buat kegeeran?" Tanyanya ketus.

"Ya terserah lo anggapnya apa."

Irish melirik sebentar ke arah Edo lalu menatap ke luar jendela. "Thanks."

Edo tersenyum kecil.

"Lo lagi kangen seseorang?"

Irish kembali menatap Edo yang masih fokus menyetir.

PluviophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang