Sekitar jam 5 sore Irish baru keluar dari kelasnya. Dirinya sudah janjian dengan Edo bertemu di tempat parkir karena Irish harus segera ke kafe.
Ini malam minggu, jadwal Irish mengisi live music di kafe tempatnya bekerja.
"Ris anterin ke meja 5 ya." Karin menyerahkan nampan berisi pesanan pada Irish.
"Oke."
"Lo pesen ngga?" Tanya Irish pada Edo setelah mengantarkan pesanan tadi.
"Cappuccino aja."
Irish mengatakan pesanan Edo pada Karin.
"Lo yakin mau nunggu di sini?" Tanya Irish lagi sambil meletakan pesanan Edo di meja dihadapan Edo.
"Lo kerja aja ngga usah mikirin gue."
Irish mengangkat bahunya sekilas lalu pergi ke arah dapur.
Satu jam sudah Edo duduk sambil menyibukan diri dengan ponselnya. Cappuccino pesanannya juga sudah habis diminumnya. Edo melirik sebentar jam tangannya, sudah jam 8 malam.
Disapukan pandangannya ke penjuru kafe namun tidak ditemukan keberadaan Irish dimanapun.
"Ngga mungkin udah pulang, mungkin lagi sibuk."
Cahaya ruangan kafe sedikit meredup. Suara petikan gitar dari salah satu sudut kafe menarik perhatian seluruh pengunjung termasuk Edo.
Di sebuah panggung kecil yang berada disudut ruangan, seorang gadis sedang duduk sedikit menunduk sambil memetik gitar dipangkuannya.
Postur badannya sangat familiar di mata Edo.
"Irish?" Gumamnya.
I always needed time on my own
I never thought I'd need you there when I cry
And the days feel like years when I'm alone
And the bed where you lie
Is made up on your side
When you walk away I count the steps that you take
Do you see how much I need you right now?
When you're gone
The pieces of my heart are missing you
When you're gone
The face I came to know is missing too
When you're gone
The words I need to hear to always get me through the day
And make it OK
Irish memejamkan matanya.
I miss you...
Tepuk tangan pengunjung kafe membuat Irish membuka matanya kembali.
Lagu selanjutnya kembali dimainkan dibantu karyawan kafe lain yang memainkan piano.
"Ternyata permainan gitar lo bagus juga." Ucap Edo diperjalanan mengantar Irish pulang.
"Pujian tulus apa cuma buat kegeeran?" Tanyanya ketus.
"Ya terserah lo anggapnya apa."
Irish melirik sebentar ke arah Edo lalu menatap ke luar jendela. "Thanks."
Edo tersenyum kecil.
"Lo lagi kangen seseorang?"
Irish kembali menatap Edo yang masih fokus menyetir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile
Romance"Kamu adalah pelangi indah yang muncul ketika hujan reda. Tidak akan kubiarkan seorangpun membuat warna indahmu pudar."