Semua pegawai kantor Reynand sedang disandra. Mereka duduk di lantai menjadi satu, disekitar mereka para pria berjas hitam menodongkan senjata. Kapan saja mereka bisa menembak jika ada yang berani melawan.
"Permisi." Adis datang bersama Irish dengan wajah santai. Saat melihat para Pria tersebut, Adis membuat wajah pura-pura takut namun Irish tidak pura-pura.
Para pegawai tidak ada yang mengenali Irish karena Irish belum pernah datang ke kantor Papanya.
"Siapa kalian?" Pria itu menodongkan pistolnya ke arah Adis dan Irish.
"Lima orang."
"Santai dong Om, masa tega nodongin senjata ke kami sih, kami kan perempuan Om." Sahut Adis sambil mengangkat kedua tangannya ke depan dada.
"Duduk kalian ke sini!" Perintah salah satu pria.
Irish dan Adis menurut, Adis mengambil tempat di dekat kaki salah satu pria bersenjata.
Sesekali Adis melirik ke arah tempat persembunyiannya tadi, Kevan dan Edo menunggu kode dari mereka.
"Siap Ris?" Bisik Adis.
Irish mengangguk ragu. Adis tersenyum meyakinkan Irish kalau tidak akan ada masalah.
Dengan cepat Adis menendang kuat tulang kering pria di depannya. Senjata di tangannya terlempar saat pria tersebut jatuh ke depan. Adis langsung menangkap senjatanya dan menembakan ke arah pria yang lain.
Tembakan Adis mengenai lengan mereka membuat mereka tersungkur kesakitan.
Kevan dan Edo keluar dari persembunyian dan mengambil senjata keempat pria tersebut. Irish juga ikut mengambil.
"Perhitungan lo pas banget."
"Gue tembak ke bagian vital mereka, jadi setelah ini mungkin mereka akan sulit untuk memegang senjata lagi." Jelas Adis.
Edo menepuk pundak Irish, "begitulah kalau dokter memegang senjata."
Irish terkekeh.
Setelah menyelamatkan para pegawai, mereka kembali ke lantai selanjutnya.
"Jadi ke mana kita sekarang?" Tanya Edo melihat lantai selanjutnya yang kosong.
"Ke ruangan Papa." Sahut Irish.
Mereka kembali menaiki tangga ke ruangan Reynand.
Begitu sampai di dekat ruangan Reynand, terlihat Rafa sedang ditahan oleh dua orang pria yang sama tampilannya dengan pria-pria sebelumnya.
"Cuma dua." Ucap Adis santai.
Adis menembak salah satu betis pria tersebut membuatnya tersungkur.
"Siapa itu?!" Tanya pria yang menahan Rafa. Adis dan yang lain kembali sembunyi.
"Giliran gue." Ucap Edo. Adis mengangguk.
Edo kembali mengintip dan menodongkan senjata namun ditahan karena pria tersebut lebih dulu melepaskan tembakan.
"Keluar sekarang atau pria ini aku bunuh!"
Irish sedikit terkejut akan ucapan pria tersebut.
"Tenang Ris, tetap fokus." Ucap Edo. Irish mengangguk.
Adis maju lebih dulu sambil mengangkat kedua tangannya yang memegang senjata.
"Jatuhkan senjatamu atau dia ku tembak!"
Adis meletakan perlahan senjatanya di lantai lalu berjalan mendekati pria tersebut.
"Adis!" Pekik Edo setengah berbisik. Kevan cemas melihat kenekatan Adis begitupula Irish.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile
Romance"Kamu adalah pelangi indah yang muncul ketika hujan reda. Tidak akan kubiarkan seorangpun membuat warna indahmu pudar."