#25

2.1K 145 1
                                    

Karin duduk di kasur Irish. Tak jauh darinya, si pemilik kamar sedang duduk di karpet, fokus pada laptop di depannya yang ditaruh di atas meja pendek.

"Lo lagi apa sih Ris?"

"Kerja." Sahut Irish singkat.

"Lo kerja apaan dah? Serius amat kayaknya."

Irish melirik sekilas sahabatnya, "kan gue pernah cerita sama lo kalau sekarang gue yang jadi admin sistem di kantor bokap gue."

"Nah ini lo ngerjain apaan?" Tanya Karin lagi.

"Gue lagi cek sistemnya, memastikan ngga ada akses ilegal yang masuk."

Karin mengangguk padahal dirinya tidak paham apa yang dimaksud Irish.

"Gimana kabar hubungan lo dan Edo?"

Irish meninggalkan laptopnya dan duduk di samping Karin.

"Baik kok, sejauh ini lancar aja."

"Bagus deh." Karin menepuk pundak Irish, "moga langgeng sampe kakek nenek."

Irish terkekeh, "nikah aja belom udah bilang sampe kakek nenek."

"Itu doa tau."

Irish kembali tertawa, "iya iya amin."

Karena pekerjaan Irish sudah beres untuk saat ini, maka Karin mengajak Irish makan siang karena sebentar lagi mereka harus ke kafe.
.
.

"Gue balik duluan ya!"

"Tumben Dit jam segini udah balik." Ucap Kevan melihat Adit yang sudah berdiri dari kursinya dan bersiap meninggalkan kantin.

"Gue lagi ada urusan penting, jadi duluan ya."

"Oke!" Jawab semuanya bersamaan, Adit berlari kecil menuju ruang parkir kampus.

"Tumben yah Adit pu--" ucapan Irish terpotong karena Edo tiba-tiba mengusap ujung bibirnya dengan ibu jari kanannya membuat Irish sedikit terkejut.

"Tolong lah Do, jangan pamer kemesraan di sini." Protes Al.

"Gue cuma bersihin sudut bibir pacar gue kok." Sahut Edo dengan wajah datar.

Irish hanya diam di tempatnya, wajahnya bersemu merah karena mendapat serangan mendadak dari Edo.

"Irish sampe merah gitu wajahnya."

Ucapan Kevan membuat wajah Irish semakin seperti tomat, ditambah lagi Edo yang tau-tau menempelkan keningnya pada kening Irish dengan wajah tenangnya.

"Ngga demam kok, tapi kenapa merah gini?"

"Jebur ke laut gih Do." Kevan menatap jengah pada Edo, "kayaknya nih anak sejak pacaran otaknya jadi konslet deh."

Kevan dan Al menghabiskan minuman mereka lalu berpamitan keluar dari kantin.

"Hati-hati yah Rish!" Ucap Al dan Kevan bersamaan sebelum meninggalkan kantin.

Irish segera membuka laptopnya, mengalihkan fokusnya dari Edo. Saat ini kondisi jantung Irish sedang tidak stabil akibat perlakuan Edo tadi.

"Lo lagi apa?" Tanya Edo sambil menggeser duduknya lebih dekat dengan Irish.

Bukannya fokus, Irish malah semakin salah tingkah. "C-Cek sistem kantor Papa. Do, jangan terlalu deket gini juga, gue ngga bisa fokus nih, kalau salah bahaya soalnya." Pinta Irish akhirnya sambil menahan perasaannya.

Edo terkekeh kecil lalu kembali menggeser duduknya sedikit menjauh, "maaf maaf."

Irish menghela nafas lega lalu kembali fokus pada laptopnya yang sudah menyala.

PluviophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang