Sudah 10 menit Edo mondar mandir di ruang tamu kontrakan Irish. Hari ini mereka akan menghadiri acara syukuran lahirnya anak kedua kakak perempuan Edo, Tephie.
"Om."
Edo menghentikan kegiatan mondar-mandirnya dan menatap sosok kecil berusia 2 tahun yang sejak tadi memperhatikannya.
Keinan. Keponakannya, anak pertama kakaknya. Edo berjalan mendekat dan berlutut dihadapan Keinan yang sedang duduk di sofa.
Edo memang sengaja mengajak Keinan menjemput Irish atas permintaan kakaknya.
"Ada apa Kei?"
"Kei haus."
Edo tersenyum kecil mengusap puncak kepala keponakan kecilnya.
"Yuk ke dapur." Edo menggandeng Kei mencari minum ke dapur rumah Irish.
Irish keluar dari kamar setelah Edo dan Kei kembali.
"Yuk." Ajak Irish setelah melihat Edo dan Kei muncul.
"Ante." Panggil Kei.
Irish tersenyum kecil sedikit membungkukan badannya untuk menatap Kei yang berdiri disamping Edo.
"Iya ganteng, yuk kita ke rumah Kei."
Kei tersenyum lalu melepas gandengannya dari Edo dan menggenggam tangan Irish.
"Ah lucunya." Ucap Irish dengan nada gemas.
Edo tersenyum melihat keponakannya terlihat sangat menyukai Irish.
Selama acara berlangsung, Kei tidak pernah lepas dari Irish. Nampak tenang berada digendongan Irish. Kei memang bukan anak yang sangat aktif seperti anak batita pada umumnya, ia memiliki pembawaan yang tenang persis seperti Papanya. Meski memiliki sifat tenang, Kei bukan tipe anak yang sulit bergaul.
Kei menolak saat Edo mau menggantikan Irish sejenak menggendong Kei.
"Ngga apa Do, dari pada nanti dia marah." Ucap Irish memeluk Kei yang berusaha bertahan digendongan Irish dengan memeluk leher Irish.
"Ah Kei, masih kecil udah tau aja yang cakep." Celetuk Edo dengan nada sebal.
Irish terkekeh mendengarnya, "heh, jangan bilang cemburu sama ponakan sendiri."
"Habis lengket banget dari tadi, gue aja ngga bisa selengket itu."
Irish kembali terkekeh lalu menoyor pelan pipi Edo, "dasar ya ngomongnya."
Edo ikut terkekeh.
"Nanti kalo kita nikah mau punya anak berapa?" Tanya Edo saat keduanya sedang duduk berdua saja di halaman belakang rumah Tephie. Keinan sudah diambil alih oleh omanya.
Wajah Irish memerah mendengar pertanyaan tiba-tiba Edo, "jauh banget lo ngomongnya."
"Kan perencanaan masa depan sayang." Edo mengerlingkan sebelah matanya pada Irish.
"Emang gue mau nikah sama lo?" Tanya Irish sambil menahan groginya.
"Harus mau lah." Ucap Edo dengan nada yakin.
"Kalau gue ngga mau gimana?" Irish kembali bertanya.
Edo mendekatkan bibirnya ke dekat telinga Irish, "gue bakal buat lo mau menikah sama gue, sweetheart."
Wajah Irish semakin memanas, mungkin sudah seperti kepiting rebus bersamaan dengan bulu kuduknya yang berdiri karena mendengar bisikan Edo dengan nada yang menggodanya.
Selama ini Irish pikir Edo sosok yang dingin--kecuali bersama keluarga dan sahabatnya, namun semakin lama mengenalnya, mulai banyak hal baru yang Irish lihat dari Edo dan hal itu hanya Edo lakukan ketika bersama dirinya seperti yang tadi ia lakukan.
Edo terkekeh kecil melihat perubahan ekspresi kekasihnya setelah membisikan satu kalimat tadi.
"Lo jangan pasang wajah gitu." Ucap Edo.
Irish menatap Edo bingung.
"Lo jangan pasang wajah malu gitu, ntar gue khilap." Lanjut Edo.
Irish menatap ngeri kekasihnya.
Edo terkekeh, "maksud gue khilap cubitin pipi lo karena gemes, hayoo lo mikir ngeres tadi ya?" Sindirnya.
Irish nampak salah tingkah, "heh siapa juga yang mikir ngeres?!! Lo juga kenapa ngomongnya ambigu gitu!" Ucap Irish dengan tatapan sebal.
"Ambigu? Berarti bener kan kalo lo mikir yang iya iya?" Edo masih belum puas menggoda Irish. Wajah Irish kembali memerah.
Irish berdiri dari kursinya, "au ah!" Lalu bersiap melangkah pergi namun belum sempat Irish melangkah, Edo sudah kembali menarik pergelangan tangannya membuat Irish terduduk di pangkuan Edo.
Wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja. Bisa Irish rasakan hangat nafas Edo.
"D-Do?"
Edo menutup bibir Irish dengan telunjuknya lalu memeluk Irish.
"Biar begini dulu ya." Bisik Edo.
Irish hanya diam dan menurut menerima pelukan Edo.
"Sampai kapanpun gue ngga akan pernah lepasin lo Rish, sampai kapanpun. Lo wanita pertama diluar keluarga yang berhasil menempati tempat spesial dihati gue Rish jadi gue ngga akan pernah mau melepaskan lo dari sisi gue."
Ada perasaan hangat yang Irish rasakan, Irish membalas pelukan Edo.
"Lo selalu bisa buat gue jatuh cinta setiap hari Do." Ucap jujur Irish.
Edo tersenyum, "itu juga yang gue rasain Rish."
Mereka terus berpelukan selama beberapa menit, merasakan bahagia yang mereka miliki saat bersama.
"Udah kali mesraannya."
Edo melepas pelukannya dari Irish begitupula Irish namun Edo belum mau melepas Irish dari pangkuannya.
"Ganggu aja lo Dit." Sewot Edo.
Adit terkekeh, dibelakangnya juga muncul Kevan dan Al. Ketiganya duduk dibangku taman yang tak jauh dari Irish dan Edo.
"Banyak anak kecil yang datang hari ini, jangan ngajarin yang ngga bener." Ucap Kevan.
"Bilang aja lo yang sirik." Sindir Edo, Irish terkekeh begitu pula yang lain.
"Rese lo." Kevan menoyor pundak Edo.
"Ante."
Irish turun dari pangkuan Edo dan berlutut di rumput saat Keinan berlari kecil mendekatinya.
"Halo ganteng!" Irish memeluk Kei dan mencium gemas pipi chubbynya.
"Mamam." Ucap singkat Keinan.
"Kei laper?"
Keinan mengangguk singkat.
"Katanya Kei mau makan sama ante Irish." Ucap Fely yang tiba-tiba ikut muncul.
Irish tersenyum pada Kei, "yuk sayang makan." Irish berdiri lalu menggandeng tangan Keinan, bersama Fely, mereka kembali masuk ke dalam rumah Ardi.
"Lo juga makan sana Do, calon istri lo kan lagi belajar menjaga anak tuh." Ujar Adit yang langsung dijawab dengan kekehan oleh Edo.
"Yuk makan deh, gue juga udah laper." Al berdiri dari tempatnya duduk.
"Sama, gue juga." Timpal Kevan yang juga ikut berdiri.
Keempat sahabat ini mengikuti Irish yang sudah lebih dulu masuk ke rumah.
***
SPESIAL PART 2 KELAR.. MASIH ADA SPESIAL PART LAGI KOK, TUNGGU YAA... ^^
S-Part 2 - END
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile
Romance"Kamu adalah pelangi indah yang muncul ketika hujan reda. Tidak akan kubiarkan seorangpun membuat warna indahmu pudar."