#19

2.2K 160 0
                                    

Pagi-pagi sekali para bandit dan Irish mendapat pesan singkat dari Adis yang mengabarkan bahwa dirinya sudah sampai dengan selamat di Jerman.

Namun pesan untuk Edo sedikit berbeda.

Adistya Widi: pokoknya gue pulang nanti kalian udah jadian!

Edo menatap datar pesan dari sepupunya ini. Lalu mematikan layar ponselnya tanpa membalas.

Libur semester telah usai, Edo dan yang lain kembali ke rutinitas mereka. Kuliah.

"Liburan lo gimana Ris?" Tanya Karin saat bertemu Irish di kantin.

Irish menatap Karin dengan senyum lebarnya, membuat Karin sedikit takut kalau sohibnya ini sedang kerasukan.

"Hebat bangeeettt Kariiiinnn!" Pekik Irish girang.

"Masa? Ceritalah!" Ucap Karin penasaran.

Irish menceritakan liburan hebatnya di Bandung pada Karin. Ekspresi Karin berubah-ubah saat mendengarnya. Ngeri dan takjub.

"Lo yang matiin bom itu?"

Irish mengangguk semangat.

"Gila, makan apa dah lo bisa jenius gitu."

"Komputer di jus." Jawab Irish asal.

"Sinting!" Karin memukulkan buku ke puncak kepala Irish membuat Irish terkekeh.

"Ah nyesel gue ngga kenalan sama kembaran Adit." Lanjut Karin.

"Dia orangnya menakjubkan, ngga heran Kevan cinta sama dia." Komentar Irish.

Obrolan mereka terhenti saat Irish lebih dulu pamit untuk masuk kelas. Karin pun demikian.
.
.

Irish duduk diam sedikit menunduk di salah satu meja di sudut kafe. Di depannya ada Reynand dan Rafa.

Beberapa menit lalu, kakak dan Papanya datang ke tempat kerjanya.

"Kamu kerja di sini?" Tanya Reynand membuka percakapan.

Irish mengangguk. Kafe masih sepi karena belum lama buka.

"Papa mau kamu berhenti." Ucap Reynand tiba-tiba membuat Irish mengangkat wajahnya dengan mata membulat.

"Ngga! Irish ngga mau!"

"Papa mau memperbaiki semuanya, Papa tau Papa salah selama ini sama kalian, Papa mohon Irish pulang lagi ke Bandung."

"Tapi bukan begini caranya Pa!" Irish sedikit meninggikan suaranya membuat Rafa memberinya tatapan tajam namun Irish tidak takut.

"Papa sudah lihat kontrakanmu, Papa mau kamu tinggal lagi di rumah."

Irish tersenyum miring, "kenapa baru sekarang Papa bilang begini? Kenapa baru sekarang Papa mencari Irish?! Ke mana Papa selama ini?!"

"Irish--"

"Papa pikir ini mau Irish buat jauh dari rumah?! Papa pikir mau Irish buat merantau ke kota orang?! Dan Papa pikir hati Irish ngga sakit saat Papa bahkan tidak peduli ke mana Irish akan berkuliah?!"

"Karena itu Papa ingin sekarang kamu kembali ke Bandung."

"Terlambat Pa--" mata Irish memanas, "terlambat kalau Papa baru sadar sekarang, Irish sudah mendapat banyak keluarga baru di sini, dan Irish ngga mungkin pergi dari sini begitu aja karena Irish udah cinta dengan keadaan Irish sekarang!"

Irish berdiri di tempatnya lalu melangkah pergi namun tangannya ditahan oleh Rafa.

Bendungannya akhirnya jebol, Irish menumpahkan semua perasaannya saat ini. Karin hanya bisa melihat dari balik dapur tanpa mau ikut campur.

PluviophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang