Sajak Seonggok Rindu

37 2 0
                                    

Sajak seonggok rindu ..
Di antara selimut dingin pegunungan yang sendu ..
Aku berujar di antara gurauan pedang emas dan kapas putih di langit ..
Aku berdebat bersama hempasan angin perindu ..
Tentang kerinduan dalam hatimu yang menyelimuti tiap sisi terajumu ..
Tentang perjumpaan yang hanya mampu digapai lewat angan ..
Tentang kecemburuan mahluk langit akan ikatan di antara kita yang kelabu ..
Tentang pusaran kehidupan tempat kita hanyut berdua ..
Adakah itu semua?

Aku bertanya ..
Pada setiap bulir embut di atas bunga Edelweiss ..
Pada setiap jengkal selimut dingin pegunungan ..
Pada setiap jamahan tangan langit ..
Adakah rindumu yang tersimpan di antara bias senyummu nun jauh di balik tirai kuarsa?

Sepi tanpamu ..
Mona yang kuseduh tiap pagi sumringah karena tuannya gulana ..
Karena ia adalah sosok pencemburu ..
Tak ingin dimadu!
Kecuali ..
Ya, kecuali oleh Nyi Ayu yang bergaun sutera putih nyaris transparan ..
Sering kali mereka menertawakanku kala gundahku mencapai ubun-ubun semak belukar di atas kepalaku ..
Terbahak sambil bergoyang hingga perut mereka bak dikocok ..

Tahukah kau, wanita hujanku?
Pagi ini, rindu yang tersimpan di antara relung hati perlahan membanjiri lubuk hatiku yang terdalam ..
Mataku mungkin tak menitikkan air mata ..
Namun paru-paru ini terendam oleh air mata ..
Air mata rindu yang datang dari hati dan kini membanjiri paru-paruku ..
Sungguh, perkara rindu ini lebih pelik daripada mahligai skripsi!

Bandung, 31 Desember 2016.

Wanita HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang