BUNGKAM RISAUKU!

15 1 0
                                    


Akankah ada detik madu?
Kau meniti noktah temaram menuju cahaya
Bersamaku dalam belantara anak manusia

Gemintang berjajar di angkasa
Kala kau terdiam
Biarkan kukecup keningmu

Hingga saat ini aku menantikannya
Bersembunyi di bawah bayang-bayang diriku
Dalam sunyi bersama bayang-bayangmu

Sampai detik khatam
Saat itu pula aliran sajakku untukmu akan lunas
Saat itu pula tambatan jangkar senja akan bungkam

Mungkin, aku akan melupakan napasku dan napasmu yang beradu di Padang Ilalang
Mungkin, aku akan menghilang menuju kegelapan Telaga Hitam
Namun hati ini takkan lepas dari mahkotamu

Cangkang dari sajak-sajakku membalut belulang aksara
Lara hati kala mengingat apa yang tak pernah mengetuk di daun pintu
Kau dan aku bukan mahluk abadi

Namun, hal itu belum merapat di dermaga
Masih terombang-ambing di lautan
Semoga ia bingkas dan lindap di gelapnya palung Mariana

Sampai suatu hari nanti
Kau berhenti menguntai lembayung bersamaku
Sampai saat itu pula kau takkan beranjak dariku

Setialah pada hujan yang mempertemukan kita
Di antara ilalang yang menguning
Di pinggiran telaga hitam yang senyap

Aku akan berteriak hanya untuk tolehan kepalamu
Bersua bersama gemintang sunyi
Menantimu datang dengan sajak rinduku

Mungkin seperti biasa, kau hanya akan terdiam
Membiarkanku meraba dalam gelap
Namun itulah dirimu

Kelopak mawarmu, Wanita Hujan
Kerling anggrek bulan di matamu
Harpa dewi cinta di tiap bunyi pita suaramu

Serang, 9 Maret 2017.

Wanita HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang