Akankah ada detik madu?
Kau meniti noktah temaram menuju cahaya
Bersamaku dalam belantara anak manusiaGemintang berjajar di angkasa
Kala kau terdiam
Biarkan kukecup keningmuHingga saat ini aku menantikannya
Bersembunyi di bawah bayang-bayang diriku
Dalam sunyi bersama bayang-bayangmuSampai detik khatam
Saat itu pula aliran sajakku untukmu akan lunas
Saat itu pula tambatan jangkar senja akan bungkamMungkin, aku akan melupakan napasku dan napasmu yang beradu di Padang Ilalang
Mungkin, aku akan menghilang menuju kegelapan Telaga Hitam
Namun hati ini takkan lepas dari mahkotamuCangkang dari sajak-sajakku membalut belulang aksara
Lara hati kala mengingat apa yang tak pernah mengetuk di daun pintu
Kau dan aku bukan mahluk abadiNamun, hal itu belum merapat di dermaga
Masih terombang-ambing di lautan
Semoga ia bingkas dan lindap di gelapnya palung MarianaSampai suatu hari nanti
Kau berhenti menguntai lembayung bersamaku
Sampai saat itu pula kau takkan beranjak darikuSetialah pada hujan yang mempertemukan kita
Di antara ilalang yang menguning
Di pinggiran telaga hitam yang senyapAku akan berteriak hanya untuk tolehan kepalamu
Bersua bersama gemintang sunyi
Menantimu datang dengan sajak rindukuMungkin seperti biasa, kau hanya akan terdiam
Membiarkanku meraba dalam gelap
Namun itulah dirimuKelopak mawarmu, Wanita Hujan
Kerling anggrek bulan di matamu
Harpa dewi cinta di tiap bunyi pita suaramuSerang, 9 Maret 2017.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Hujan
PoetryKumpulan puisi yang didedikasikan untuk "Wanita Hujan". mungkin akan sedikit lebay atau bahkan gila. Tapi, ya mau bagaimana lagi, aku memang sudah gila sejak lahir.