Teruntuk, Wanita Hujanku

29 2 0
                                    

Senja tenggelam di langit barat ..
Kini si juwita malam bertakhta di antara jutaan binar intan permata di permadani hitam ..
Kedua bibirku tengah dipagut mesra oleh Mona dan Nyi Iteung ..
Mereka seolah enggan membiarkan otak ini terlarut dalam kepulan bayang-bayang wanita hujanku ..
Mereka seolah enggan menggadaikan angan ini tentang wanita hujanku ..

Disini, aku bersajak ..
Bernapaskan senja yang sudah terlarut bersama si juwita malam ..
Menggamit segala asa yang kutuang padamu, wanita hujanku ..
Sejenak bertakhta dalam pandangan mata ..
Selamanya bersemayam dalam jiwa ..
Sesaat terdiam dalam helaan senja ..
Selamanya bertakhta dalam hembusan surga ..

Malam kian larut ..
Tarian selendang Nyi Iteung semakin menggodaku ..
Menendang-nendang indera penciumanku dengan aromanya yang syahdu ..
Namun, yang aku nikmati bukan tariannya ..
Bukan juga kemolekannya ..
Bukan pula aromanya ..
Melainkan kerinduan yang tertanam di ladang senja ..
Yang kau tuang bersama binar matamu ..
Yang kau sinari dengan pelangi di kedua bibirmu ..
Yang kusirami dengan air mata rindu ..
Yang kusemai dengan sajak jelaga ..

Adakah di pelupuk matamu tergenang sajakku yang kau bajak dengan tutur lembut tingkah lakumu ..
Adakah di kerlingan matamu terbias rinduku yang kau manjakan dengan sapaan hangatmu kala mentari belum berdiri ..
Akankah kita bersua di padang ilalang lagi?
Tempatku bersimpuh dalam nadi yang usang ..
Atau, akankah kita bercengkrama di tepian telaga hitam?
Tempatku berjudi dengan pekatnya rindu di tengah malam yang hitam ..

Serang, 8 Januari 2017.

Wanita HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang