Pujangga Bercangklong

22 1 0
                                    

Aku
Pujangga bercangklong
Berselendang asap tembakau yang menari riang di atas bara
Bernapaskan nikotin yang menguning di padang geligi
Hanya mampu menampar langit-langit fana dengan sajakku

Bukan beludru terlebih sutera
Hanya jalinan benang dari daun kehidupan petani lereng gunung
Bukan emas terlebih permata
Hanya abu sisa kenikmatan dan kepuasan setelah bercumbu riang bersama buah keringat para jelata

Kau
Wanita hujan yang mendesir di semilir angin malam
Membelai tiap pokok perdu yang tertunduk manja
Gaunmu, lembayung senja di pantai Belitong
Binar matamu, berlian Swarovski
Senyummu, busur panah nirwana

Bukan jelaga, bukan ranting-ranting kerontang
Tapi bunga mawar di antara rapat parlemen padang ilalang
Bukan kusut masai apalagi porak poranda
Bak lukisan Renaissance, keindahanmu tak terbantahkan dosen penguji sidang skripsi

Jika dipadankan
Pujangga bercangklong dan wanita hujan
Bagai Chernobyl pasca khatam dengan matahari terbenam di Raja Ampat
Bagai tornado yang muntab dengan tarian cendrawasih
Bagai diare berkepanjangan dengan sunyinya konser metal cacing di perut yang tengah kekenyangan

Entah apa yang ada di buku-buku jari Tuhan
Siapa, apa, bagaimana, kenapa, kapan dan dimana
Hanya Ia yang tahu rencananya sendiri
Aku hanya mewarnainya dengan kebinalanku bersama sajak-sajak anugerah rembesan air PAM
Berharap bisa membelai pipi wanita hujanku

Serang, 20 Februari 2017.

Wanita HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang