Wanita Hujanku, Belum juga kau beranjak dari pintu
Sudah kurasakan rindu
Bukan besutan hati yang pilu
Namun titisan lidah yang keluKelak kau akan pergi untuk waktu yang lama
Menyisakan berutas-utas temali jelaga
Yang menjerang di pelupuk kalbu nirwana
Yang mengikat kencang kedua mata hati asmaraAku akan menantimu di daun pintu angkasa
Mengurai penantian di daun jendela senja
Menampar-nampar nyamuk yang biasa kau cabut nyawanya
Memamah biak gelas demi gelas Mona bersama purnamaAkan kurindukan tiap helai rambutmu
Yang senantiasa menghalangi leher jenjangmu
Biarlah aku berkabung pada peraduan sunyi tanpamu
Mengibarkan bendera setengah tiang dari kelambuBisikan demi bisikan jangkrik menggawangi
Seiring langkah kakimu menuju pelangi
Kubiarkan ngengat-ngengat mencuri kursi
Yang biasa kududuki sambil memangku dirimu di malam sunyiLekaslah kembali pada dekapanku yang buta
Belai tiap-tiap simpul syarafku kala aku merana
Meskipun aku bukanlah yang sempurna
Namun memberikanmu yang terbaik, wajib hukumnyaSampai jumpa lagi di dipan tengah malam
Jangan lupakan tiap sajak-sajakku yang temaram
Lentera hatiku meredup kala nafasmu terpejam
Akan kembali berpijar kala tawamu tersaji di atas nampan pualamSerang, 12 Maret 2017.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Hujan
PuisiKumpulan puisi yang didedikasikan untuk "Wanita Hujan". mungkin akan sedikit lebay atau bahkan gila. Tapi, ya mau bagaimana lagi, aku memang sudah gila sejak lahir.