Waktu menunjukan pukul 08.30 tapi teriknya matahari mampu membuat para siswa dan siswi baru yang berada di tengah lapangan mengoceh kepanasan. Ada yang modus mengikat tali sepatu padahal ingin jongkok dan ada juga yang terang-terangan duduk di tembok penyangga yang berada di paling belakang.
Diantara mereka yang seperti cacing kepanasan terlihat seorang gadis dengan dua pita biru di kepalanya tengah memperhatikan kaka pembina yang sedang memberi arahan untuk para peserta MOS. Dia terlihat berbeda dengan murid lainnya. Jika orang-orang yang tengah kepanasan itu menatapnya dengan ogah-ogahan maka ia menatapnya dengan mata berbinar dan tatapan memuja.
"Ganteng," ia bergumam kecil, "Keren lagi." Gadis itu terus memperhatikan dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya.
"Aelah segitu doang lo bilang ganteng, nih ya Alvina Florien yang cantik tapi masih cantikan gue, lo liat deh tampang dia serem banget judes lagi." sahut seseorang di sebelahnya.
Orang yang bernama Alvina itu pun menoleh dan menatap orang tersebut yang ternyata adalah sahabatnya sendiri Adara dengan mata yang tajam.
"Eh Dar dia tuh ganteng banget kali, liat deh hidungnya mancung, matanya tajem,alisnya tebel kaya ulet bulu. Dan lo bilang dia serem? Mata lo rabun kali." Jawabnya dengan geram.
"Tapi kalo di liat-liat emang ganteng sih," Kata Adara yang langsung di hadiahi sebuah cubitan kecil lengannya dari Alvina.
"Dasar labil!" ejeknya. Yang membuat Adara menatapnya dengan kesel.
Alvina melannjutkan kembali aktifitasnya, menatap sang kaka pembina yang tampan bak dewa yunani. Sampai akhirnya ia tersadar bahwa ia melupakan sesuatu. Sesuatu yang penting sampai membuatnya menegang.
"Aduh Dar mampus gue!" ruruknya membuat Adara mengernyitkan dahi bingung.
"Mampus apanya?" tanya Adara.
"Ck gue lupa bawa nametag." Alvina mulai panik. Pasalnya saat pendaftaran kemarin sudah di beritahukan jika saat MOS lupa membawa nametag yang sudah diberikan, maka akan mendapatkan hukuman dari para anggota OSIS.
"Ko bisa?" tanya Adara.
"Ketinggalan di meja makan," jawabnya. Keringat dingin pun mulai mengalir dari kening turun ke leher.
"Si Rain kemana?" tanya Alvina seakan baru menyadari bahwa salah satu sahabatnya hilang.
"Tuh di bela-" ucapan Adara terhenti saat melihat sahabatnya sedang tertidur dengan kepala bersandar di tembok dan terduduk di lantai lapangan. Rain memang memiliki kebiasaan yang unik. Yaitu iya bisa tidur dimana saja dan dengan posisi gimana pun tanpa ia sadari. "Nih anak kebiasaan pasti tadi malem dia begadang lagi nonton drakor,"
Dengan geram Alvina menghampiri Rain yang tengah tertidur dengan posisi duduk di ubin lapangan dan kepala yang disandarkan di tembok.
Saat sudah di hadapan Rain alvina berjongkok dan membisikan sesuatu sambil menepuk pelan pundaknya "Rain bangun! Ada Lee Min Ho!"
"HAH! MANA LEE MIN HO?!" teriak Rain yang langsung membuat kedua sahabatnya tertawa terbahak-bahak sekaligus mendapatkan tatapan sinis dari siswi yang lain.
"Hahaha ngakak gue jir," Alvina berusaha menahan tawanya.
"WOI! CEWE TIGAAN YANG PALING BELAKANG!" seru kaka pembina yang tadi.
Mereka yang merasa terpanggil langsung menegang dan spontan memutar kepalanya memastikan siapa yang dipanggil. Dalam hati mereka merapalkan doa supaya bukan mereka yang dipanggil.
Lalu dengan berani Alvina menunjuk diri "Kita ka?"
"IYA LO BERTIGA! CEPET MAJU!" perintahnya.
Mampus gue hari ini!
***
4 April 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain
Teen FictionAlvina Florien menyukai kaka kelasnya sendiri. Memang itu hal yang lumrah. Ia hanya bisa memandanginya dari jauh dan berharap suatu saat nanti ada keajaiban yang membuatnya dekat dengan sang pujaan hati. Sampai suatu hari permainan Truth or Dare ya...