"Rain lo ga ikut latihan?" tanya Alvina saat melihat Rain berjalan menghampirinya yang sedang mengambil seragam basket di loker miliknya.
Rain menggelengkan kepalanya. "Ngga, nyokap udah jemput di depan."
"Oh, kalo gitu salam ya buat nyokap lo bilang aja dari Alvina Grande."
"Najis!" cibir Rain membuat Alvina terkekeh.
"Ya udah gue balik dulu ya Vin," Rain menepuk pundak Alvina dan berjalan setelah mendapat anggukan dari sahabatnya itu.
Sepeninggal Rain, Alvina langsung bergegas ke kamar mandi untuk berganti baju karna sebentar lagi latihan pasti akan di mulai.
---
Sekarang Alvaro tengah berada di pinggir lapangan basket, memperhatikan seorang gadis yang sedang bermain dengan bola berwarna orenye itu. Tak terfikir olehnya jika kekasihnya bisa bermain basket. Bahkan mungkin bisa di bilang jago, di lihat dari cara bermainnya yang lincah. Ya gadis itu adalah Alvina.
Alvaro berjalan menghampiri Alvina.
"Jago juga lo mainnya," Alvina berhenti mendribble bola saat mendenar suara Alvaro.
"Ya gitu deh," ujarnya sambil terkekeh.
"Tapi masih hebatan gue." Ucap Alvaro dengan percaya diri.
Mendengar itu Alvina menaikan satu alisnya. "Oh ya?"
"Lo ga percaya?" tanya Alvaro dan Alvina hanya menggelengkan kepalanya. "Oke, kita tanding sekarang buktiin siapa yang lebih jago." Lanjut Alvaro.
"Ngga deh ka nanti cape duluan sebelum latihan." Tolak Alvina.
"Gini deh kalo gue kalah lo bakal gue traktir nonton, tapi kalau gue menang lo harus temenin gue besok."
"Oke."
"Kita main 10 menit aja biar nanti ada waktu istirahat." Jelas Alvaro "Siap?" lanjutnya dan diangguki Alvina.
Mereka berdua sudah siap di posisi masing-masing. Lalu Alvina memulai dengan mendribble bola yang ada di tangannya dengan cepat, berusaha mendobrak pertahanan Alvaro. Tiba- tiba Alvaro memblock Alvina. Namun Alvina bisa mengatasinya dengan melakukan teknik pivot untuk melepaskan diri dari Alvaro dan langsung melempar bola kedalam ring.
Alvina tertawa lalu menjulurkan lidahnya ke arah Alvaro membuatnya mendengus kesal.
"Semangat Vin!!!" teriak Dissa dari salah satu kursi penonton. Serempak mereka menoleh ke arah Dissa. Di situ ada beberapa anggota ekskul basket. Alvina melihat sekitar ternyata banyak para murid yang menonton mereka termasuk Diana.
"Mereka sejak kapan di situ?" tanya Alvaro.
Alvina tak menjawab pertanyaan itu, ia mulai mendribble bola yang sudah ada di tangannya. Alvaro tersadar dan mulai kembali bermain, ia menoleh ke arah Alvina di belakangnya, sedang mendribble bola dengan pace yang berubah-ubah.
Alvina ingin melakukan shooting namun tiba-tiba saja Alvaro menarik ikat rambutnya dari belakang. Spontan Alvina menengok, saat itulah Alvaro dengan cepat mengambil bola yang ada di tangan Alvina dan melemparkannya kedalam ring.
Para siswi yang sedari tadi memang heboh melihat Alvaro semakin heboh melihat cowo itu berhasil mencetak point.
"Curang!!!" teriak Alvina menatap tajam Alvaro.
"Bebas dong." Alvina menghentakan kakinya mendengar jawaban Alvaro. ia menyesal karna dari awal permainan ini tidak memakai peraturan.
Waktu hanya tersisa 3 menit lagi membuat keduanya semakin serius. Kini Alvaro tengah mendribble bola dengan menyilangkan. Alvina dengan cepat mengambil jeda diantara dribble itu lalu merebut bolanya. Ia menggiring bola itu menjauhkannya dari Alvaro. Alvina tertegun melihat Alvaro yang entah sejak kapan sudah berada di hadapannya, tengah tersenyum manis ke arahnya. Alvaro terlihat begitu tampan sekarang, apa lagi di tambah dengan keringat yang bercucuran di wajahnya. Sekarang Alvina benar-benar menyadari jika Alvaro benar-benar tampan. Ia terpesona sampai melupakan pertandingan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain
Teen FictionAlvina Florien menyukai kaka kelasnya sendiri. Memang itu hal yang lumrah. Ia hanya bisa memandanginya dari jauh dan berharap suatu saat nanti ada keajaiban yang membuatnya dekat dengan sang pujaan hati. Sampai suatu hari permainan Truth or Dare ya...