Alvina duduk di barisan paling pojok bersama kedua sahabatnya. Kepalannya ia letakkan di lengan kiri untuk bantalan di atas meja. Matanya tepejam dan nafasnya tidak beraturan. Terlihat sekali bahwa ia tengah kecapekkan.
Sekarang ia tengah berada di kantin, sebenarnya sekarang ia sudah di perbolehkan pulang karna kegiatan MOS hari ini hanya perkenalan dan pembagian gugus saja. Saat tadi selesai menyelesaikan hukumannya Alvina mendapat pesan dari Adara untuk singgah dulu ke kantin.
"Lo kenapa si Vin? Cape?" Adara bertanya sambil menyuapkan sesendok bakso ke mulutnya sendiri.
"Gue kan habis dihukum Dar, ya jelas lah gue cape." Alvina mengangkat kepalanya dengan tidak bersemangat.
"Twapwi kwan lo dwitwemwenin swama kwakwa gwanteng." Rain menyahut dengan mulut penuh dengan makanan.
"Kalo lagi makan jangan ngomong!"
Rain hanya menyengir dengan pipinya yang masih mengembung mendengar nasihat Alvina.
"Maksud gue, kan lo tadi ditemenin sama cogan masa iya cape," ucap Rain setelah menelan makanan yang ada di mulutnya.
"Lagian ya Vin, bukannya lo suka ya sama kaka Osis itu?" sahut Adara.
"Iya gue suka sama dia, bahkan kayanya gue jatuh cinta pada pandangan pertama deh," Alvina tersenyum sendiri saat mengucapkan itu dan tatapannya menerawang ke atas. Ia tidak sadar kedua temannya sekarang tengah melihatnya dengan pandangan terkejut.
Dan saat menoleh Alvina heran melihat kedua sahabatnya yang mematung dengan ekspresi terkejut bahkan Adara membuka mulutnya lebar-lebar.
"Kenapa sih? Gue salah ngomong ya?" Tanya alvina heran.
"Waw rekor dunia," Adara yang tersadar duluan langsung menatap Alvina dengan tatapan takjub dan bertepuk tangan. "Akhirnya seorang Alvina Florien merasakan jatuh cinta.
"Dar kayanya kita kudu bikin selametan deh," sahut Rain yang baru tersadar dari keterkejutannya.
"Lebay banget lo berdua. Lagian siapa sih yang ga suka sama dia ganteng baik lagi, tadi aja dia mau nemenin gue," ia tersenyum sendiri, merasa kagum dengan Alvaro. Karna biasanya kaka kelas akan sangat galak dan jahat kepada peserta MOS, tapi tidak dengan Alvaro walaupun cerewet dan menyuruhnya ini itu, tetap menurut Alvina Alvaro adalah anggota Osis yang paling baik.
"By the way ko lo berdua tau kalau gue tadi di temenin sama ka Alvaro?" Alvina yang sadar langsung menatap tajam kedua temannya.
"Hehehe itu tadi gue sama Rain niatnya mau nyamperin lo pas udah keluar dari aula tapi ga jadi deh," kata Adara cengengesan dan Rain hanya menyengir kuda andalannya
"Terus lo berdua kenapa ga bantuin gue?!" Alvina mencondongkan mukanya ke arah kedua sahabatnya dan menatap mereka seakan ingin menerkam keduanya.
"Kata si Dara katanya jangan di samperin nanti takutnya ganggu lo yang lagi pedekate." Rain menjelaskan.
Alvina menghela nafas merasa lelah dengan kedua sahabatnya yang rada geser.
"Udah ah gue mau balik," Alvina berdiri dari tempat duduknya seraya menggendong tasnya.
"Lo mau balik Vin? Ga mau ikut kita dulu?" Adara bertanya tetapi tatapannya sibuk menatap bakso yang tengah ia makan.
"Mau kemana?"
"Ke rumahnya Dara, gue pengen minta drakor yang baru," jelas Rain dengan alis yang dinaik turunkan.
Alvina terdiam beberapa saat berfikir untuk menerima tawaran kedua temannya atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain
Fiksi RemajaAlvina Florien menyukai kaka kelasnya sendiri. Memang itu hal yang lumrah. Ia hanya bisa memandanginya dari jauh dan berharap suatu saat nanti ada keajaiban yang membuatnya dekat dengan sang pujaan hati. Sampai suatu hari permainan Truth or Dare ya...