Dengan santai Alvina berjalan menuju kelasnya. Hari ini ia terlihat begitu ceria, berbeda dengan hari sebelumnya. Siapa yang tidak senang ketika mendengar bahwa orang yang kita sukai telah putus dengan kekasihnya? Pasti senang bukan? Begitu juga dengan Alvina. Ia benar-benar merasa senang, persetan dengan omongan bahagia di atas penderitaan orang lain, toh bukan dirinya saja yang merasa senang bahkan hampir semua perempuan di kelasnya merasakan hal yang sama dengannya.
Alvina tekejut saat melihat segerombolan kaum hawa sedang berkumpul mengelilingi meja Dissa. Semua siswi di kelasnya termasuk Adara dan Rain ada di situ di tambah beberapa dari kelas lain yang tak Alvina kenal.
Mereka pasti lagi ngegosip ck ketinggalan gue.
"Gue ketinggalan banyak ya?" tanyanya.
"Ngga ko baru mulai buru cepetan duduk." Jawab Dissa menuruhnya duduk.
Dissa menghirup nafas dalam-dalam mengambil ancang-ancang untuk menceritakan yang menurutnya sangat penting.
"Jadi gini kemaren pas gue mau pulang tiba-tiba Varo nyamperin gue. Dia cerita sama gue kalau Diana sama dia udah putus. Terus yang mutusinnya itu ya si Diananya, itupun dengan alesan yang ga jelas. Ya Varo ga terima di putusin gitu aja terus dia ngejar Diana ke taman belakang tapi dia telat gara-gara nabrak orang jadi Diana ngilang gitu aja deh."
Dissa terdiam sejenak. "Varo bilang yang nabraknya itu cewe anak kelas sini, terus katanya mereka juga pernah di hukum bareng di ruang galeri."
"Siapa?" tanya Nadia salah satu teman sekelas mereka.
"Dia ga tau namanya siapa cuman tau kelasnya," jawab Dissa.
"Emang kapan ka Varo telat? Dia kan Osis masa telat?" Diva anak kelas sebelah ikut bertanya.
"Ck Osis juga manusia kali, pernah telat dan pernah punya kesalahan. Lagian dia waktu itu telat juga gara-gara nungguin ke rumah sakit dulu jenguk Diana."
"Gue yang nabrak," ucap Alvina santai dan langsung di beri tatapan bertanya dari teman-temannya.
"Ko bisa?" Rizka bertanya dengan kepala yang di condongkan ke arah Alvina. Semuanya pun mengangguk mengiyakan pertanyaan Rizka.
Ia menghela nafas jengah "Kemaren pas gue ngambil buku catetan dia ga sengaja nabrak gue dan... dia emang lagi ngejar ka Diana,"
"Lo jatohnya kaya gimana? Jangan bilang lo kaya di sinetron di ditangkep terus tatap-tatapan?!"
"Ngga Riz astagfir... jangankan kaya gitu, dia cuman bilang sorry abis itu pergi."
"Ketakutan banget lo Riz," Dissa terkekeh di akhir ucapannya.
"Secara gue itu fans istimewannya ka Varo jadi wajar kalo gue kaya gitu." Sahut Rizka dengan mengibaskan rambutnya bangga. Dia memang sangat mengidolakan Alvaro.Ia benar-benar murni hanya mengidolakan tanpa rasa apapaun.
"Oh ya tadi malem lo kemana? Ko ngilang?"
Rizka gelagapan menjawab pertanyaan Dissa "Em itu anu hp gue anu itu apa, hp gue ke kolam."
"Ko bisa?"
"Ck itu pas lo bilang ka Varo pegat ga sengaja gue ngejatohin tuh hp." Keadaan pun menjadi hening lalu tiba-tiba Rain tertawa memecahkan keheningan.
"Ko malah ketawa? Harusnya lo tuh ngehibur gue biar gue ga sedih! Tau ah mendingan gue ke kantin." Dengan kesal Rizka keluar dari kelas, tangannya terus menggosok-gosok pipinya yang memerah.
Alvina dan yang lainnya pun ikut tertawa melihat Rizka yang salah tingkah.
***
Suara apa lagi yang di tunggu-tunggu para pelajar Indonesia selain bel pulang? Suara surgawi itu baru saja terdengar dua menit yang lalu di kelas X IPA 3, mengakhiri pelajaran yang sangat membosankan. Semua murid langsung berhamburan keluar kelas padahal guru pengajar pun masih berada di kelas. Belum lagi suara teriakan Diva sang seksi kebersihan yang menggema ke seluruh ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain
Teen FictionAlvina Florien menyukai kaka kelasnya sendiri. Memang itu hal yang lumrah. Ia hanya bisa memandanginya dari jauh dan berharap suatu saat nanti ada keajaiban yang membuatnya dekat dengan sang pujaan hati. Sampai suatu hari permainan Truth or Dare ya...