WARNING!!!
Part ini sangat amat alay dan ga jelas :'D juga mengandung typo yang bertebaran.
happy reading
------
Entah kenapa semenjak Alvina mengetahui bahwa Alvaro sudah mempunyai pacar, ia merasa hidupnya di sekolah terasa hampa. Apa lagi ia sering melihat sang pujaan hatinya sedang berjalan beriringan, bergandengan tangan, bahkan mengumbar kemesraan bersama pacarnya. Itu membuatnya merasa seperti di neraka.
Alvina berjalan melewati koridor menuju kelasnya berada. Tadi ia di minta oleh bu Imas untuk mengambil buku catatan yang di kumpulkan kemarin di atas mejanya di ruang guru.
Untuk menuju kelasnya, otomatis Alvina harus melewati kelas XI IPA 3 yang berada di sebelah kelasnya. Alvina mempercepat langkahnya karna takut melihat Alvaro bersama kekasihnya yang memang akhir-akhir ini sering Alvina lihat mereka sedang berada di luar kelas.
Ia bernafas lega karna hal yang ia takutkan tidak terlihat di sana. Namun tiba-tiba kelegaannya hilang seketika saat ia melihat Diana sedang berlari ke arahnya, ternyata pikirannya salah diana berlari ke arah taman belakang sekolah yang lorong berada di sebelah Alvina.
Tak mau ambil pusing Alvina kembali berjalan menuju kelasnya. Baru beberapa langkah, ia kembali di kejutkan oleh tubrukan seseorang dari depan dan ia pun terjatuh bersama buku-buku tang ia pegang.
"Woi kalau jalan tuh liat-" ucapannya terhenti saat ia mendongak dan melihat siapa yang menubruknya.
"Sorry gue ga sengaja,"
Yap Alvaro lah yang menabraknya tadi. Dengan tergesa-gesa Alvaro membantu Alvina mengambil buku-buku yang berjatuhan tadi. Setelah itu ia langsung berlari ke arah taman belakang tanpa mengatakan apapun lagi.
Dengan hati yang dongkol Alvina kembali berjalan sambil mencibir tak jelas.
"Hih main kejar-kejaran di kira suting film india kali,"
***
Di saat hampir semua murid di kelas X IPA 3 keluar untuk beristirahat, lain hanya dengan Alvina dan teman-temannya. Mereka memilih untuk di kelas memakan makanan yang di beli tadi pagi. Mereka malas untuk ke kantin, berdesak-desakkan atau pun mengantri hanya untuk membeli makanan.
"Vin lo ko ga pernah nongol sih di grup sekolah?" Tanya Rain dengan tangan yang sibuk membuka roti.
"Iya Vin perasaan di grup sekolah dulu lo tukang nyepam deh." Adara ikut menyahut.
"Hehehe malu gue, ada ka Varo."
"Lo jadi sider?" Rain berfikir sejenak "Jangan bilang lo juga ga berani ngechat ka Varo?"
"Ck udah deh jangan permasalahin kaya gituan, tak berrfaedah. " ucap Alvina menekan kata terakhirnya.
Rain menatap Alvina dengan kesal lalu melempar secuil roti ke arahnya. "Ini penting buat pdkt bego!"
"Serah lo deh," Alvina mengibaskan tanannya. "Nih gue mau cerita,"
Rain dan Adara langsung berhenti makan dan menatap Alvina dengan serius.
"Tadi kan gue di suruh sama bu Imas buat ngambil buku catetan, pas gue mau balik ke kelas gue ngeliat ka Diana lari ke arah taman belakang di belakangnya ada ka Varo. Terus ga sengaja ka Varo nabrak gue dia juga bantuin ngambil buku yang jatoh, dan setelah itu dia langsung pergi ngejar ka Diana." Alvina menjelaskan kejadian tadi.
"Dia ga minta maaf gitu?" Tanya Adara.
"Dia minta maaf, dia bilang sorry gue ga sengaja gitu."
"Mereka kenapa main kejar-kejaran?"
"Ya mana gue tau lah Dar."
"Korban film India kali," Celetuk Rain asal.
"Nah gue juga awalnya mikir gitu," Sahut Alvina dengan riang dan langsung berhigh five ria dengan Rain. Adara yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya.
"DARA ADA YANG NYARIIN LO!" Tiba-tiba ada suara teriakan berasal dari pintu kelas dan hampir secara bersamaan mereka bertiga menoleh ke asal suara dan mendapati Dissa sedang berjalan ke arah mereka.
"Dar lo dicariin sama anak jurnalis, mereka ada di luar." Dissa mengulang ucapannya.
"Ya udah, gue nyamperin mereka dulu," ujar Adara yang di balas anggukan singkat dari Alvina. Adara memang mengikuti ekskul jurnalistik dan dia tidak jadi mengikuti ekskul basket karna saat seleksi untuk masuk ekskul itu ia tidak bisa sama sekali. Jadilah ia tidak di teerima di ekskul basket.
Dissa duduk di bangku yangg tadi di tempati Adara dan mulai memakan makanan yang ia bawa dari kantin. "Kasian gue sama si Dara,"
"Kasian kenapa?" Alvina mengerutkan keningnya heran.
"Kasian aja, kemarin pas seleksi basket dia langsung ditolak gitu aja," Dissa terkekeh membayangkan kejadian beberapa hari yang lalu.
Alvina dan Rain juga ikut terkekeh mendengar itu.
"Lagian emang si Daranya aja ko yang ga bisa main baket, itu bukan bidangnya.Kalau kaya jurnalistik tuh baru keahliannya. Walaupun dia orangnya rada-rada miring gitu-gitu dia bisa dibilang kutu buku loh." Jelas Rain dengan di selingi oleh tawanya.
Dissa kembali terkekeh, ada sedikit rasa tidak percaya mendengar Adara yang notabennya cewe yang jauh dari kata pendiam adalah seorang yang kutu buku.
"Padahal kalau Varo kemaren ada, Dara bisa loh masuk basket."
"Oh ya emang ka Varo kemana seleksi kemaren? Ko dia ga ada, padahal kan dia kaptennya?" tanya Alvina yang memang dari kemarin pertanyaan itu terus menghantui pikirannya.
"Dia kemaren nganterin ka Diana, tau deh kemana."
"Emang segitu cintanya ya ka Varo sama ka Diana?" Rain ikut bertanya.
"Kayanya sih gitu. Kalau ga cinta ga mungkin dia mau di suruh nungguin ka Diana di rumah sakit sampe ngelewatin dua hari ga jadi panitia MOS di tambah lagi pas hari pertama masuk dia rela terlambat cuman untuk beli makanan yang ka Diana mau padahal dia itu ga pernah telat dari SD." Mungkin menurut Dissa itu adalah sebuah penjelasan tapi itu malah terdengar seperti luapan rasa kesal yang sudah lama ia pendam.
Alvina tersenyum miris mendengar penjelasan Dissa, Seharusnya ia sadar untuk tidak lagi menyukai Alvaro. Otaknya selalu bilang untuk berhenti tetapi tidak dengan hatinya. Hatinya selalu mengatakan untuk terus bertahan.
***
1 Mei 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain
Teen FictionAlvina Florien menyukai kaka kelasnya sendiri. Memang itu hal yang lumrah. Ia hanya bisa memandanginya dari jauh dan berharap suatu saat nanti ada keajaiban yang membuatnya dekat dengan sang pujaan hati. Sampai suatu hari permainan Truth or Dare ya...