PART 15

86 17 6
                                    

"Lo yakin Dar mau ngabisin semuanya?" tanya Alvina melihat makanan-makanan di hadapan Adara.

"Cilok, mie ayam, gorengan, siomay, batagor, es teh manis, jus jambu." Rain menggelengkan kepalanya "Lo kesurupan Dar?" tanyanya heran.

"Stres gue sama pelajaran fisika tadi, apa lagi habis ini olahraga jadi wajar kalo gue makan banyak buat persiapan." Adara menaik turunkan alisnya dan mulai memakan ciloknya.

"Lagian gue bingung sama Pak Irwan gue kan baru beberapa bulan masuk, masa udah di suruh tes kaya begituan." Gerutunya berpindah memakan mie ayam karna ciloknya sudah habis.

Saat pelajaran fisika tadi Pak Irwan, guru Fisika memberikan soal kepadanya, hanya kepada Adara. Katanya itu merupakan tes untuk masuk ke club yang memang di khusus kan untuk persiapan Olimpiade dan Adara terpilih untuk mewakili kelasnya.

Alvina dan Rain tertawa melihat Adara. Diantara mereka bertiga memang Adara lah yang paling pintar. Bahkan saat kelulusan SMP kemarin, pemegang nem tertinggi di sekolahnya adalah Adara.

"Dara.... dara.... banyak orang yang mau kaya lo tapi lo malah ga mau," ucap Alvina sambil memakan baksonya.

"Tapi aku tuh ga bisa di giniin," ucap Adara dengan mendramatisir.

Rain memutar bola matanya "Mulai deh dramanya."

"Oh ya lusa nanti di panti ada acara, lo berdua dateng ya!" Alvina meminum minumannya sampai habis lalu melanjutkan makannya kembali.

"Acara apa?" tanya Rain.

"Gue juga ga tau sih cuman kata mama nanti anak-anak pada nampilin bakat gitu, terus juga bakalan banyak para donatur yang dateng." Jelas Alvina.

"Dafin ikutan tampil ga?" tanya Adara yang sekarang sibuk dengan siomaynya.

"Ikutlah, malahan dia bakalan nyanyi solo."

"Dia nyanyi apa Vin? Jadi kangen Dafin gue."

"Nah itu dia masalahnya mama ga ngasih tau dia nyanyi apa,"

Meraka pun kembali melanjutkan makannya.

"Eh Vin kata Dissa kemaren habis ka Varo nganter ka Diana dia jemput lo ke sini, bener?"

"Loh bukannya kemaren Vina pulang bareng ka Ezra?" tanya Adara heran mendengar pertanyaan Rain sebelumnya.

Kedua pertanyaan membuat Alvina tersedak baksonya yang pedas itu. Ia tebatuk-batuk sampai mukanya memerah dan matanya mengeluarkan air. Dengan segera Rain memberikan minuman Adara. Alvina langsung meminumnya sampai kandas.

"Lo sih Rain, nangis kan dianya." Tuduh Adara kepada Rain saat melihat Alvina menyeka air yang keluar dari matanya.

"Dia kepedesan bego." Adar terkekeh mendengar seruan Rain.

Alvina berdehem untuk membersihkan tenggorokannya. Aish ia melupakan kedua sahabatnya yang bisa bertanya tentang itu kapan saja.

"Lo tau dari mana gue pulang bareng ka Ezra?"

"Dia yang bilang, katanya pulang latihan kemaren dia liat lo sendirian, emang ka Varo kemana?"

Seketika Alvina gelagapan, bingung mau menjawab apa. tapi dalam hati ia bersyukur karna sepertinya Ezra tak menceritakan yang sebenarnya. Karna jika mereka berdua tahu, pasti mereka akan mencaci maki Alvaro sejak pagi.

"Hah? Oh itu, ka Varo ga jadi jemput gue karna ada urusan dia udah telpon gue ko."

"Urusan apa?" tanya Rain. Entah kenapa atmosfir diantara mereka berubah menjadi menegangkan.

The PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang