Ramai, satu kata yang dapat mendeskripsikan keadaan di panti asuhan Permata hati saat ini. Sebuah panggung sederhana berdiri di tengah halaman depan. Dan jangan lupakan bagaimana ricuhnya anak-anak panti yang sedang bersiap untuk tampil. Beberapa anak berlari kesana kemari, padahal mereka sudah berpakaian rapih dan bahkan di beri sedikit polesan di wajah mereka.
Sudah hampir satu jam Alvina duduk. Tapi acaranya tak kunjung dimulai. Entah acara apa ini Alvina sendiri pun tak mengetahuinya. Ia bedecak kesal melihat kedua sahabatnya yang asyik membicarakan para penyanyi dari Negeri Gingseng hingga melupakan dirinya.
"Dar," panggilnya menepuk pundak Adara. Yang di tepuk menoleh dan memberikan tatapan bertanya.
"Gimana hubungan lo sama ka Ezra?" tanya Alvina hati-hati.
"Iya Dar gimana?" tanya Rain.
Adara mengernyitkan dahi heran. "Hubungan? Emang gue ada hubungan apa sama ka Ezra?"
"Bukannya lo deket sama ka Ezra?" Alvina kembali bertanya yang diangguki oleh Rain.
"Iya sih, cuman ya gitu," raut wajah Adara berubah sendu. "Emang kenapa nannya kaya gitu?" tanya Adara heran.
Rain menatap Alvina lalu menggeleng memberi isyarat. Adara yang melihat Alvina menatap Rain juga ikut menatap Rain. Gadis itu pun hanya menyengir ditatap Adara.
"Oh iya, tapi ka Ezra sering nanyain lo Vin," ujar Adara kembali menoleh ke arah Alvina.
Alvina sedikit kaget mendengar itu. "Nanyain gue? Nanya gimana?"
"Ya kaya makanan kesukaan lo, lo suka apa terus hobby lo apa lo orangnya kaya gimana dan dia juga nanya lo itu beneran suka atau ngga sama ka Varo." Jelas Adara.
Alvina terdiam mencoba mencerna apa maksud Ezra menanyakan dirinya lewat Adara. Entah kenapa atmosfir di anatara mereka berubah menegangkan. Ketiganya sama-sama terdiam dan berfikir.
"Mungkin itu disuruh ka Varo, mungkin aja ka Varo malu buat nanya langsung," sahut Rain mencoba mencairkan suasana.
"Iya juga sih, mungkin ka Varo gengsi buat nanya langsung ke gue atau ke Alvina." ucap Adara.
Rain menangguk membetulkan ucapan Adara. Alvina hanya mengangkat bahunya acuh.
"Itu mama lo lagi ngobrol sama siapa?" tanya Rain mengalihkan pembicaraan.
Alvina mengikuti arah yang di tunjuk Rain. Mamanya terlihat tengah berbincang tak jauh dari tempatnya duduk dengan seorang wanita yang sama sekali tak Alvina ketahui. Dari wajahnya saja terlihat jika dia bukan asli orang Indonesia.
"Kayanya gue pernah liat deh mukanya, tapi dalam versi yang lain." Gumam Rain sambil memperhatikan orang itu.
Mendengar itu Alvina mengerutkan dahinya bingung "Maksud lo?"
"Ga tau gue kaya pernah liat mukanya, tapi beda bukan dia,"
"Emang dia siapa Vin?" tanya Adara.
"Ga tau, gue belum pernah liat dia," jawab Alvina sambil menggeleng. Alvina memang mengenal teman-teman mamanya karena sering mengantar Risa. Namun ia tak mengenal wanita itu. Rasa penasarannya pun muncul untuk mengetahui siapa orang itu. Pasalnya wanita itu memiliki wajah khas orang Eropa dan juga sangat cantik di usianya yang terbilang sudah tidak muda lagi.
"Kepo gue," Gumam Alvina sambil beranjak pergi meninggalkan kedua sahabatnya.
"Ikut Vin, gue juga kepo." ujar Rain mengejar Alvina diikuti Adara di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain
Novela JuvenilAlvina Florien menyukai kaka kelasnya sendiri. Memang itu hal yang lumrah. Ia hanya bisa memandanginya dari jauh dan berharap suatu saat nanti ada keajaiban yang membuatnya dekat dengan sang pujaan hati. Sampai suatu hari permainan Truth or Dare ya...