"RAIN JANGAN KABUR LO!" teriakan Adara mengejar Rain keluar kelas. yang dikejar pun bersembunyi di balik tubuh Alvina.
"Awas Vin!" Adara mendorong Alvina namun Rain kembali menarik tubuh gadis itu untuk di jadikan tameng. Berkali-kali mereka melakukan hal yang sama membuat Alvina menggeram kesal.
"Lo berdua bocah banget sih!" seru Alvina.
"Tuh si Rain duluan masa dia nistain bias gue." Rengek Adara seperti anak kecil.
Rain melotot mendengar hal itu lalu keluar dari persembunyiannya. "Eh lo duluan yang mulai! Pake segala bilang bias gue item lagi!" Rain memukul pelan kaki Adara menggunakan tongkat pel yang sempat ia ambil tadi.
"Wah beneran ngajak war!" teriak Adara sambil memukul lengan Rain. Dan terjadilah perang antara mereka berdua. Keduanya sama-sama adu mulut dan tak mau ada yang mengalah.
Alvina hanya menggelengkan kepalanya. Ia heran mengapa ia bisa berteman lama dengan mereka. Kejadian seperti ini memang sudah sering terjadi. Tenang saja mereka tak berantem sungguhan. Mereka akan berhenti Setelah merasa kelelahan.
Alvina melangkahkan kakinya menuju bangku panjang di depan kelasnya. Memperhatikan Rain dan Adara yang saling cubit menyubit. Sesekali ia tertawa saat melihat celotehan lucu dari kedua sahabatnya itu.
"Sakit bege!" seru Adara mengusap bekas cubitan Rain di pipinya.
"LAGIAN LO MUKUL TULANG KERING GUE SAKIT TAU!"
"YA MAAF!"
"YA SELOW!"
"YA INI UDAH SELOW!"
"YA UDAH!"
"YA IYA!"
Semua orang yang berada di sekitar mereka menutup kedua kupingnya. Tak terkecuali Alvina. ia tak ingin kupingnya sakit mendengar teriakan kedua sahabatnya itu.
Beberapa menit kemudian Rain dan Adara berhenti berdebat. Nafas keduanya sama-sama tak beraturan. Tiba-tiba Rain berjalan mundur menjauhi Adara. Lalu berteriak. "Bakso bulat seperti pala D.O!"
"BIARIN BOTAK YANG PENTING IMUD, DARI PADA LO MAGADIR!!" Adara balas berteriak seraya menampar lengan Rain dengan cukup keras.
"Anjir! Sakit gebleg!" Rain mengusap-usap lengannya. Adara hanya menjulurkan lidahnya meledek Rain. Lalu dengan tiba-tiba Rain membalas pukulan Adara tadi lebih keras menggunakan senjatanya. Adara yang tak terima pun membalas Rain lagi. Perang pun kembali berlanjut.
"ANJIR DARA ITU SAPU MASIH BARU OGEB! BELOM PERNAH DI PAKE! JANGANKAN DI PAKE LUNAS AJA BELOM!" teriak seseorang dengan mata yang memancarkan kekesalan. Siapa lagi kalau bukan Diva, seksi kebersihan di kelas.
"DIEM!!" teriak Adara dan Rain bersamaan tepat di depan wajah Diva.
Alvina tertawa melihat Diva yang mati kutu. Jangan kan Diva dirinya yang dekat dengan mereka saja tak berani menghentikan mereka. Karena jika Adara dan Rain sedang bertengkar mereka akan berubah menjadi singa betina.
"Emang beneran belum lunas?" tanya Alvina yang masi berusaha meredam tawanya.
"Baru gue ambil tadi pagi di mang Udin, eh udah di mainin." Diva duduk di samping Alvina.
"Ko belom?" tanya Alvina penasaran.
"Duit kas ga ada, anak-anak susah banget di tagih." Gerutu Diva.
Tak jauh dari situ ada beberapa orang yang tengah memperhatikan Alvina. Meraka adalah Alvaro, Ezra, Dodon dan Reza. Mereka ada di situ sejak Adara dan Rain bertengkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain
Teen FictionAlvina Florien menyukai kaka kelasnya sendiri. Memang itu hal yang lumrah. Ia hanya bisa memandanginya dari jauh dan berharap suatu saat nanti ada keajaiban yang membuatnya dekat dengan sang pujaan hati. Sampai suatu hari permainan Truth or Dare ya...