Enam belas

1.1K 126 11
                                    

You got me hooked up on the feeling,

You got me hanging from the ceiling,

Got me up so high I'm barely breathing,

So don't let me, don't let me, don't let me, don't let me go..

(GANGSTA – Kehlani)

▽△▽△▽

A L O N D R A

Suara desiran ombak terdengar samar di telingaku, membujukku untuk segera membuka mata dan bangun dari tidurku. Aku bergerak merubah posisi tidur miring menjadi terlentang dan memaksa mataku untuk terbuka. Ah.. rasanya enak sekali dapat tidur tanpa gangguan. Biasanya kalau bukan Mrs atau Mr Thiago, Logan pasti tak pernah absen menggangguku pada jam-jam tidur. Mungkin ada baiknya aku mengambil cuti dari menjadi konsultan detektif dan pergi berlibur untuk memberikan diriku sedikit istiharat.

Atau banyak.

Ketika akhirnya mataku terbuka, aku menatap langit-langit berwarna biru malam dihiasi titik kecil yang bercahaya. Entah designer seperti apa yang disewa Tion untuk mendekorasi rumahnya, namun langit-langit kamarnya benar-benar indah. Persis seperti menatap langit cerah di malam hari.

Tunggu.

Saat mataku sudah terbiasa dengan kegelapan ruangan, aku bisa melihat detail lainnya yang membuatku menyadari sesuatu.

Itu bukan langit-langit ruangan.

Aku memang sedang menatap langit malam.

Whoah.

Langit-langit kamar Tion tembus pandang. Kurasa ada atap lain yang dapat diatur untuk terbuka dan tertutup sesuai yang Tion mau.

Kurasa aku butuh secangkir kopi hangat dengan banyak creamer di dalamnya.

Setelah aksi pembantaian sadis pagi tadi, yang membuatku meringis menahan mual, kami pergi ke sebuah rumah milik Tion yang berada tak jauh dari lapangan itu. Lebih tepatnya, rumah ini berada di pinggir sebuah tebing dengan balkon dan kolam renang utama menghadap ke laut. Kau bisa melihat sunset dari sini. Singkatnya, spot rumah ini benar-benar strategis dan indah.

Kadang aku iri pada Tion.

Tentu saja sesampainya di rumah ini aku langsung mencari satu-satunya hal yang aku butuhkan.

Tempat tidur.

Tion berjanji akan membiarkanku tertidur setelah kami berdua sarapan. Memasak bukanlah hal yang sulit bagiku, ditambah banyak bahan makanan yang segar yang bisa di olah di mansion ini membuat semuanya menjadi lebih mudah. Karena Tion tidak menginginkan siapapun disini selain kami berdua – bahkan asisten dan anak buahnya tidak ia izinkan berada di arean ini - maka aku yang mendapat tugas untuk memasak. Kuputuskan untuk hanya membuat sandwich dan smoothie untuk kami berdua.

Setelahnya aku tertidur lelap sekali.

"berapa lama aku tidur?" tanyaku pada pemilik mata yang berbeda warna itu.

Tion masih berada di tempat yang sama saat terakhir kali aku melihatnya.

Di sampingku.

Bedanya kali ini ia sedang menorehkan pensil digital yang dipegangnya di atas sebuah iPad. Tangannya begitu cekatan membuat garis demi garis, pola demi pola. Aku masih tak mengerti bagaimana seseorang bisa menuangkan apa yang ada di pikirannya ke dalam bentuk gambar.

EMOTIONLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang