Dua puluh

901 95 14
                                    

A L O N D R A

Beberapa bulan sebelum aku akhirnya keluar dari PHRCS, agen Hazley, untuk yang entah ke berapa kalinya mengajariku hal yang ia sebut sebagai perasaan. Sesungguhnya aku sudah muak dengan pelajaran itu karna seberapa sering kalipun agen Hazley mencoba, aku tak akan dapat mengerti mengenai perasaan. Tapi ternyata ada satu perasaan yang membuatku tertarik.

Perasaan takut.

Ketika kujalani hidupku di luar PHRCS, jauh dari agen Hazley, aku mengamati banyak hal di diri manusia. Salah satunya adalah hadirnya perasaan takut di diri mereka, dan hal itu sebenarnya mempengaruhi tiap tindakan yang mereka lakukan.

Ternyata perasaan ini berperan besar dalam hidup manusia.

Misalnya rasa takut akan menyebabkan manusia lebih hati-hati, lebih waspada. Namun terkadang itu membuat mereka melebih-lebihkan sesuatu. Membayangkan apa yang tak terjadi. Dan itu sebenarnya cukup bodoh. Mereka seharusnya tidak berlebihan karena rasa takut. Mereka seharusnya bisa mengontrol rasa takut itu dan tak membiarkan perasaan itu mempengaruhi tindakan mereka.

Waspada boleh, berlebihan jangan.

Nyeri.

Hal pertama yang kurasakan ketika kesadaranku kembali adalah rasa nyeri yang berasal dari kakiku dan rasa panas yang berasal dari lenganku. Sementara hal lain yang kusadari adalah bahwa setengah tubuhku terendam di air. Telingaku juga berdenging, dan hal itu adalah hal yang paling menyebalkan yang tak pernah ingin aku rasakan.

Tapi lebih baik aku mendengarkan dengingan ini daripada suara Olea.

Ia tidak pernah aku harapkan kehadirannya.

Aku harus menutup kemungkinan untuk ia kembali lagi. Olea tidak boleh kembali.

Kuedarkan pandangan ke sekeliling dan bersyukur bahwa setidaknya aku bisa selamat dari ledakan barusan. Kepulan asap muncul dari air, seakan air itu adalah api. Lalu tatapanku jatuh pada peti hitam yang setengahnya terendam air, hanya beberapa meter jauhnya dari posisiku berada.

Peti barkode.

Dari bentuknya yang masih utuh, kurasa barkode yang rapuh itu akan aman-aman saja di dalam walaupun baru saja terkena ledakan.

Sayangnya kakiku yang terjepit batu sialan ini membuatku tidak bisa meraihnya, dan entah kenapa batu ini terasa seribu kali lebih berat dari kelihatannya. Setiap pergerakan yang kulakukan membuat kakiku semakin ngilu, tapi jika aku terus berdiam diri saja maka aku tidak dapat melakukan kemajuan apapun dalam misi ini.

Jadilah dengan sisa tenaga yang kupunya, aku mendorong batu itu dengan menggigit bibir bawahku agar tak sedikitpun suara dapat terselip keluar dari mulutku.

Ketika berhasil terbebas dari batu itu, aku dapat melihat seberapa parah luka yang dihasilkan dari ledakan beberapa saat lalu. Kurasa aku telah kehilangan banyak darah. Izinkan aku untuk mengasihani diriku sendiri.

Untungnya, dengingan di telingaku berangsur menghilang. Membuatku dapat mendengar suara apapun, sekecil apapun.

"Agen 143 ke pusat, can you hear me?"

Aturan pertama dalam misi rahasia, selalu lakukan kontak ke pusat. Setiap kontak yang dilakukan amat sangat penting. Transmisi antar agen dan bahkan kapten pesawat atau kapal akan tercatat dalam sebuah recorder yang nantinya akan di analisis jika terjadi sesuatu yang salah.

Tak ada jawaban. Hanya suara deru air terjun dan binatang malam yang terdengar.

"agen 143 melapor ke pusat, bisakah kalian mendengarku?"

EMOTIONLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang