Dua puluh tujuh

479 63 30
                                        


Just close your eyes, the sun is going down,

You'll be allright, no one hurt you now,

Come morning light, you and i'll be safe and sound...

(SAFE AND SOUND – Taylor Swift)

▽△▽△▽

Hal pertama yang Alondra bisa kenali beberapa saat setelah kelopak matanya terbuka adalah langit-langit gelap ruangan tempatnya berbaring. Rasa nyeri segera menyergap sekujur tubuhya tatkala ia mencoba untuk bergerak bangun dari posisi tidurnya. Jam dinding di seberang ruangan menunjukkan waktu sudah hampir tengah malam.

Ia sangat mengenali ruangan ini.

Bukan.

Bukan ruangan dingin di salah satu rumah sakit.

Ini kamar tidur Tion yang ada di sebuah pulau milik laki-laki itu.

Tidak ada siapapun disini dan itu hal yang memang ia harapkan ada, namun ketika ia melirik kearah pintu berkaca buram di kanan ruangan, ada siluet dua orang berpakaian hitam sedang berdiri di sisi kiri dan kanan pintu, berjaga diluar.

ia mengingat kembali apa yang terjadi sebelum ia tak sadarkan diri, namun sepertinya kali ini otaknya memblokir akses terhadap memori apapun yang berkaitan dengan kejadian seminggu belakangan. Satu kilasan memori yang berhasil ia ingat adalah Ketika Tion memeluknya saat matahari menenggelamkan diri di cakrawala saah satu tebing dekat Pantai Melasti, Bali.

Seketika ia ingin sekali pria itu ada di sisinya.

"cinta,"

Alondra berkedip, mencari sumber suara.

Seseorang kini telah berdiri beberapa meter dari pintu masuk dengan dua penjaga tadi. Wajahnya disembunyikan oleh gelapnya ruangan.

"apa yang kau tahu tentang cinta?" Alondra menggali lebih dalam, mencoba mencari dan mengingat dimana ia pernah mendengar suara ini sebelumnya. "bagiku, cinta adalah perasaan yang kuat yang aku rasakan tiap kali melihatmu."

Tenggorokannya bergerak menelan saliva yang hampir membuatnya tersedak Ketika menyadari pemilik suara yang kini berdiri di ujung tempat tidurnya.

Itu dia.

"ibu?"

Lucu sekali, ia berada di tempat yang ia inginkan dan bertemu dengan seseorang yang juga sangat ingin ia temui sejak lama.

"Alondra," wanita itu mendekat ke sisi kiri Alondra, memeprlihatkan sosoknya, menajamkan memori gadis yang berbaring di hadapannya. "half of my soul."

Wajahnya sama persis dengan yang ada di mimpi Alondra waktu itu. Semuanya. Matanya, hidungnya, bibirnya, pipinya, dagunya. Sedikit perubahan ada pada keriput halus yang muncul di kedua sudut mata hitam pekat yang ia warisi sebagian.

"ibu.."

Mendadak ada sesak yang bergejolak di dada Alondra, mendadak ada panas yang melingkupi dua bola matanya, mendadak kepalanya menjadi penuh dengan sesuatu yang tak ia perkirakan akan terjadi sebelumnya. Disampingnya, berdiri perempuan yang selama ini ia impikan untuk bertemu. Disampingnya, berdiri alasannya tetap ingin bernafas di muka bumi. Disampingnya, berdiri seseorang yang ia ingin dekati namun terasa begitu jauh. Tak tersentuh.

Kekacauan kini terjadi di benak Alondra.

Kekacauan massive yang hanya bisa dilakukan oleh seseorang selain Tion.

"tidak apa-apa, nak. Semua akan baik-baik saja."

Air mata jatuh satu persatu tanpa mengenal malu, membasahi pipi Alondra yang dihiasi bekas luka yang beberapa waktu lalu mengering. Rona pink masih terlihat di pipi gadis itu walau samar. 'rona yang sama dengan yang Vin miliki' batin Lian. Ia hanya seperempat meter jauhnya dari belahan jiwanya. Buah hati satu-satunya. Sumber kebahagiaan terbesarnya.

EMOTIONLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang