Bisma'19

720 46 0
                                    

Beberapa orang yang memang berada di sekitar situ langsung membantu korban yang sudah tergeletak tak bernyawa di atas aspal. Beberapa yang lain juga membantu pelaku di dalam mobil yang juga luka-luka. Ada pula yang hanya berdiri meringis di pinggir jalan tanpa melakukan apa-apa. Suasana di daerah tiba-tiba mencekam. Semua orang sekarang sibuk membantu, hingga lupa tujuan awal sebelumnya.

Seperti Aulia dan Isma yang masih pada posisinya. Bedanya, kini Isma sudah terduduk di sebelah Aulia. Kedua kakinya lemas seketika melihat tabrakan itu terjadi di depannya. Ditambah orang yang membantunya beberapa jam yang lalu yang menjadi korbannya.

Aulia tersentak kaget melihat Isma yang duduk di sebelahnya. Ia langsung berjongkok dan melihat wajah Isma yang pucat. "Are you okay?"

"Isma, lo kenapa?" tanya Aulia ketika Isma menutup mulutnya rapat-rapat. Lambat laun, orang-orang semakin banyak yang berdatangan, melihat kecelakaan itu sehingga kini posisi mereka berdua duduk di antara kerumunan orang.

Aulia semakin panik ketika melihat satu tetes air keluar dari mata Isma. Tidak langsung bergerak, Aulia memikirkan apa yang harus ia lakukan dalam hitungan detik. Yang ada di pikirannya, mungkin Isma hanya masih terlalu terkejut karena itu terjadi tepat di hadapannya. Ia juga sama terkejutnya dengan Isma, akan tetapi, mungkin mental Isma lebih lemah. Hingga suara Isma mampu membuatnya paham mengapa perempuan itu sampai terjatuh.

"Dia cowok yang bantuin gue tadi."

Tanpa berpikir panjang, Aulia langsung membantu Isma berdiri. Memapah tubuh Isma menjauh dari kerumunan orang. Setelah mendudukkan Isma, Aulia mengeluarkan ponselnya.

Ia harus mengantar Isma pulang.

***

Langit sudah mulai gelap. Keadaan lalu lintas saat itu pun cukup padat.

Hanya ada suara radio dengan suara minim di dalam mobil itu. Tiga manusia yang berada di dalam tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Isma dan Aulia duduk di bangku belakang. Di depannya seorang laki-laki driver Grab Car yang Aulia pesan beberapa menit yang lalu duduk di balik kemudi.

Tangan kiri Aulia mengusap lengan kiri atas Isma sejak mereka masuk ke dalam mobil. Perempuan yang berada dirangkulannya itu sudah tidak manangis dan mulai tenang.

"Minum dulu, Ma?" tawar Aulia menyodorkan botol minum yang ia beli di mini market tadi.

Isma menggeleng sebagai jawaban. Ia berucap dengan lirih. "Maaf jadi ngerepotin lo."

Aulia semakin mengusap lengan Isma. "Nggak apa-apa, kok. Untung ada gue."

Tepat setelah itu, suara dering ponsel di dalam mobil terdengar cukup keras. Aulia yang yakin itu bukan ponsel miliknya langsung menoleh ke samping. Isma tampak bergeming dengan ponselnya. Ia juga yakin bawa itu bukan ponsel milik driver.

"Angkat, Ma. Kali aja nyokap lo."

Di sampingnya, Isma menghela napas. Sebenarnya ia tidak ingin diganggu atau banyak bergerak. Yang ia butuhkan berbaring di atas tidur dan istirahat. Seakan tenaganya terkuras habis tanpa tersisa. Padahal ia tidak melakukan apapun. Akhirnya perempuan itu mengubah posisi duduknya dan mengambil ponsel di rok seragamn. Aulia menurunkan tangannya memberi Isma ruang bergerak dan memerhatikan perempuan itu.

"Halo?" Isma menjawab telponnya.

"Gue lagi di jalan mau pulang." Suara Isma sedikit serak khas orang yang baru menangis.

"Gue –" Isma tidak melanjutkan ucapannya. Ia kembali menangis. Ia menutup mulutnya dengan tangan kiri agar suara isakannya tak terdengar. Semakin Isma membekap mulutnya, semakin tangisan itu pecah.

Bima & Isma [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang