Bisma'7

1.1K 55 0
                                    

Isma membuka matanya sambil menghela napas panjang. Lampu kamar sudah mati, tinggal lampu tidur di atas nakas sebelah kasurnya yang masih menyala. Jam sudah menunjukan hampir tengah malam, namun Isma masih belum juga bisa tidur. Padahal besok hari Senin. Meskipun sudah berbagai posisi ia coba dari terlentang, hadap kanan, hadap kiri, sampai tengkurap pun tidak bisa membuatnya tidur.

Akhirnya perempuan itu mengangkat tubuhnya dan duduk di atas kasur. Mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar untuk mencari sesuatu yang bisa menemaninya. Hanya ponsel dalam keadaan charger yang sekiranya bisa menemaninya sampai ia bisa benar-benar merasa mengantuk. Ia lantas menyambar benda berbentuk persegi panjang dengan case berwarna toska itu dan mencabut kabel yang terhubung langsung ke listrik.

Hal yang pertama kali Isma lakukan adalah membuka pesan dari operator. Dengusan kecil keluar dari sela bibirnya. Lalu ia membuka aplikasi Line dan melihat dua pesan masuk dari Akbar yang datang tiga jam yang lalu. Isma tidak berniat membuka pesan itu, entah kenapa. Melihat nama Akbar di ponselnya sudah tidak lagi membuat matanya berbinar senang. Sudah tidak lagi merasakan jantungnya berdegup kencang melihat Akbar mengirim pesan padanya.

Lagi pula, Isma sedang mencoba untuk tidak berharap lagi pada laki-laki yang sudah dikenalnya hampir satu tahun itu. Fase yang sangat sulit dijalani setelah sebelumnya ia sepenuhnya menaruh harapan pada Akbar. Ia sadar hubungannya dengan Akbar berjalan di tempat, tidak ke mana-mana. Laki-laki itu tidak menuntun Isma untuk bisa masuk ke dalam dunianya. Isma pun tidak akan memaksa masuk. Biarkan saja Akbar mengunci pintu dunianya tanpa ingin Isma memasukinya.

Sebenernya Isma tidak terlalu mempermasalahkan status--meskipun ia ingin sebuah kepastian. Namun di satu sisi ia merasa takut. Takut jika tiba-tiba Akbar pergi. Pertanyaannya, apakah ia bisa menahannya? Memangnya Isma siapa? Pacar bukan, kan? Isma tidak mau itu terjadi. Ketika di mana semuanya sudah terasa hambar, mereka jalan masing-masing dan tidak mempertahankan itu. Seolah ketika sudah memilih pergi, hatinya yang sudah tergores bagaikan angin lalu. Tidak perlu diperjuangkan. Itu, kan, yang selalu menjadi masalah jika sepasang manusia menjalani hubungan tanpa status yang pasti?

Lagi-lagi Isma menghela napas kasar. Memikirkan Akbar hanya akan membuatnya semakin tidak bisa tidur. Isma kembali menggulir layar ponselnya sampai satu pesan yang menarik perhatiannya. Pesan itu datang pukul 18:44.

Bima Pralingga: Ma, dimana?

Perempuan itu mengernyit. Ada perlu apa Bima sampai mengirim pesan dan menanyakan keberadaannya tadi sore? Tetapi saat bertemu tadi, Bima tidak membicarakan hal yang penting.

Karena tak kunjung menemukan jawaban, Isma menutup Line dan membuka aplikasi Instagram. Dengan iseng Isma membuka Instagram Bima. Foto terakhir yang Bima upload adalah foto laki-laki itu bersama keluarganya--termasuk pengantin, di acara resepsi pernikahan kakaknya minggu lalu. Kakak Bima yang Isma tahu namanya Indri, tampak begitu cantik dengan balutan kebaya yang tampak begitu megah dan elegan.

Isma akui dirinya sedikit menyesal tidak ikut Bunda ke pelaminan untuk bersalam dan memberi selamat kepada pengantin waktu itu. Mungkin ia bisa melihat langsung bagaimana cantiknya Indri. Tampak familier. Mungkin karena wajahnya seperti Bima versi perempuan. Sangat mirip.

Ada beberapa foto Bima bersama ketiga temannya yang sempat bertemu dengannya di cafe tadi. Ada juga foto Bima yang berdiri yang menjulang dengam view yang lumayan jauh. Ada sesuatu yang lagi-lagi menarik perhatiannya. Sebuah foto seorang perempuan menyenderkan kepalanya di bahu seorang laki-laki yang pastinya Bima. Akan tetapi, wajah keduanya tidak sepenuhnya terlihat. Tidak ada caption yang menemani foto itu. Hanya ada komentar teman-temannya.

gianhardian: Oh jadi bang bima punya yang baru. Yang kemaren kemana?

abiaaaan: Ogty Bima absen futsal gara2 ngedate sama yang baru

Bima & Isma [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang