Bisma'3

1.5K 65 0
                                    

Setelah melewati ulangan harian matematika yang mendadak, akhirnya bel istirahat terdengar seantero sekolah. Suaranya akan terdengar lebih indah pada saat-saat dimana otak terasa akan meledak dalam sekejap. Isma langsung menghambur ke kantin begitu guru yang sudah menyuapkan angka-angka misteri itu keluar kelas. Bahkan langkahnya lebih cepat dari guru tersebut. Tak peduli dengan Laras yang terus meneriakinya di belekang.

"Gue cuma mau menyelamatkan rambut gue biar nggak keriting gara-gara matematika," jawab Isma begiu Laras duduk di depannya dan bertanya mengapa pergi begitu saja.

"Lebay lo, Asep."

Isma hanya tekekeh. Tak hanya dirinya yang bernapas satu-satu, Laras pun begitu. Mungkin karena mereka datang lebih awal, kantin belum penuh dengan siswa-siswi. Namun dari arah pintu masuk, bisa terdengar suara riuh para manusia yang sebentar lagi akan memenuhi kantin.

"Pesen makanan cepet! Entar kaburu rame, ribet." Titah Isma.

"Sendiri-sendiri, ah! Lo suka ribet kalo mesen bakso." Tolak Laras yang tahu bagaimana menyusahkannya Isma jika sudah memesan bakso. Seperti tidak pakai seledri dan bawang goreng, garamnya sedikit, dan bakso yang kecil-kecil.

"Nanti tempat duduk kita ditempatin, bego. Udah sana, hari ini gue ngak mesen bakso. Terserah lo, dah."

Laras berdecak namun tetap bangkit dan meninggalkan Isma yang tersenyum menang.

Isma mengeluarkan ponselnya di saku rok abu-abu dan melihat notifikasi yang muncul setelah ia mengaktifkan data terlebih dahulu. Ada satu pemberitahuan yang menarik perhatiannya dan terbukalah aplikasi Instagram.

@bipralingga (Bima Pralingga) started following you.

Tujuh belas menit yang lalu? Batinnya begitu melihat kapan notifikasi itu datang. Kagak belajar apa ini anak?

Iseng, Isma mencoba mengirim pesan pada laki-laki itu lewat Instagaram.

ismaaapramu: Ciee stalking much:p

bipralingga: Gue cuma iseng nulis nama lo di kolom pencarian. Eh, nongol muka lo di sana

ismaaapramu: Iseng atau sengaja?:b

bipralingga: Sengaja tapi iseng, gimana tuh?

ismaapramu: Niat itu namanya:) btw, temen lo yang demen sama raisa itu gimana? Seneng gak?

bipralingga: Kayak yang pernah gue bilang, dia beringas kalau udah nyangkut raisa. Dia aja ngerengek minta dateng hari sabtu, padahal kan acaranya hari minggu

ismaaapramu: Biar apa anjir?

bipralingga: Biar ditanya:)

"Apaan sih," secara spontan, Isma terkekeh membaca pesan terakhir yang Bima kirim. Jokes yang biasa. Namun dengan menambahi tanda senyum di akhir, mengingatkan Isma pada senyum khas dari laki-laki itu. Seorang remaja yang duduk sambil memegang ponsel dan tersenyum pasti sangat sering ditemukan. Akan tetapi, tidak dengan duduk di tengah keramaian kantin seperti ini, kan?

"Kenapa lo anjir senyam-senyum sendiri?" sahut Laras langsung, begitu ia datang membawa nampan berisi dua mangkuk bakso.

Isma menatap heran dua mangkuk yang ada di atas nampan tersebut. "Lah, bakso?"

Sambil membenarkan posisi duduknya dan mengambil garpu dan sendok di depannya, Laras menyahut. "Sotonya ngantri. Yang sepi bakso doang."

"Oh," Isma mengangguk. "Padahal hari ini gue bener-bener nggak mau makan bakso."

Laras menyahut tanpa menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengaduk. "Tai kamu, Dit."

Satu kebiasaan Laras memanggil Isma dengan sebutan 'Dit' yang diambil dari kata Pramudita. Alasan ia tidak mau memanggil Isma dengan 'Ma' karena katanya, ia serasa memanggil Mamanya.

Bima & Isma [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang