Marcus tersenyum mengejek tepat setelah pintu di depannya terbanting dengan suara keras, "ini menarik!" gumamnya lirih seraya menuang kembali wine dari botol ke dalam gelas kristalnya, mengguncangnya perlahan, lalu disesapnya cairan kemerahan tersebut sedikit demi sedikit, menikmati sensasi panas merayapi tenggorokannya.
Marcus menghitung dalam diam, setiap detik jarum jam yang berputar menjadi saksi bisu keyakinan dirinya bahwa apa yang selalu dia inginkan pasti akan terwujud, entah itu harta, wanita, maupun tahta. semuanya memang telah terbukti dengan pencapaian yang telah ia raih hingga sejauh ini.
Segalanya telah dia miliki, seluruh asset miliknya tidak akan habis, justru semakin lama akan terus berkembang, dan dengan sendirinya wanita manapun kini bertekuk lutut dibawah kuasanya dan dengan senang hati Marcus akan mempermainkan mereka semua. Baginya, wanita adalah sebuah biduk yang bisa ia jalankan sesuka hati, wanita tidak akan banyak berkicau jika mulut mereka telah disumpal dengan benda yang bernama uang. Uang memang merupakan segalanya, seberapa banyak pun manusia tidak akan pernah puas untuk dapat memilikinya, itulah yang sedang Marcus lakukan saat ini, segala cara akan dia halalkan demi uang, tidak peduli benar maupun salah, karena hanya uang yang akan membuatnya disegani oleh golongan manapun.
Dia sedang menunggu─ menunggu sesuatu yang memang sedang dinantikannya. Lihat apa yang akan terjadi? tenang saja, kau pasti akan tahu sendiri nantinya. Seringai itu kembali muncul karena tepat seperti dugaannya, hanya dalam waktu beberapa menit, pintu ruangan exclusive itu diketuk oleh seseorang.
"Masuk!"
James─Asisten kepercayaannya masuk dengan langkah tergopoh-gopoh. "Maaf Sir! ada keributan di bawah!" Marcus mengerutkan keningnya tidak suka. "Apa maksudmu?"
"Seorang wanita membuat marah tamu VVIP kita, saya tidak tahu harus menjelaskannya detailnya seperti apa, yang pasti anda harus turun tangan mengatasi masalah ini."
"Baiklah! aku akan segera kesana."
Marcus melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan tersebut, menuju ke area Club eksklusif miliknya yang hanya dipenuhi tamu-tamu khusus dari kalangan atas, seharusnya keributan sekecil apapun tidak boleh terjadi di dalam sana, privasi setiap tamu harus sangat terjaga, jika tidak tentu saja akan mempengaruhi reputasinya selama ini sebagai pemilik club sekaligus rumah bordil paling exclusive di New York.
Marcus Jo adalah satu-satunya pemilik rumah bordil yang memiliki izin resmi bisnis prostitusi di kawasan New York, pria muda nan sukses ini juga memiliki julukan Man of Raider ─ si penjarah segala, yang berani menghalakan segala cara apapun untuk mendapatkan keinginanya. Luminious adalah nama klub dan Rumah Bordil miliknya, dua tempat tersebut tergabung menjadi satu dalam sebuah gedung yang berbeda lantai. tidak dapat dipungkiri bahwa tempatnya ini memang menjadi tujuan favorit bagi para pesohor negeri.
Para tamu yang mendatangi klub dan rumah bordilnya bukan hanya kalangan jetset berkantong tebal, bahkan para selebritis ternama sekelas Motley Crue Vince Neil serta politisi berpengaruh dalam negeri sering mengadakan pesta rahasia di tempatnya tersebut.
Apapun dapat mereka lakukan di dalam genung berlantai puluhan ini, semua fasilitas telah marcus sediakan lengkap. Pelayanan yang baik dan keamanan yang ketat demi menjaga privasi para tamu adalah prioritasnya, "Itulah sebabnya Marcus juga memiliki layanan antar jemput khusus bagi para pelanggan VVIP-nya, sebuah mobil limosin berkaca gelap anti tembus pandang, keamanan yang dijaga ketat melalui pintu masuk pribadi, dan sebuah landasan helikopter diatap gedung.
Pemandangan tak menyenangkan langsung tertangkap oleh retina Marcus tepat saat dia sampai di ruangan klub khusus bagi tamu-tamu pentingnya, "Apa yang terjadi?" Marcus berjalan mendekati kerumunan orang-orang di sekitar Mr. Russel. salah satu politisi negeri ─ Anthony Russell yang dia kenal penuh wibawa dan bijaksana pada khalayak umum kini terlihat menyedihkan dengan tampilannya yang bisa dikatakan sangat mengkhawatirkan. Pria setengah baya itu terduduk di sofa dengan kondisi nyaris tak sadarkan diri, kepalanya terluka parah , terlihat pelipisnya mengalir darah.
"Cepat panggil ambulan, dan pastikan tidak ada media yang tahu kejadian ini." intruksi Marcus kepada pelayannya.
"Baik Sir."
"Salah satu pelacurmu memukulnya dengan botol minuman." sahut seorang pria tambun berkumis tebal yang saat ini memegangi lengan Mr. Russel. Mata hitam kelam Marcus membulat sempurna
"Tidak! aku baru melihat wanita itu, dia bukan salah satu diantara kami." Caroline ─ salah satu wanita penghibur ikut menimpali, dan temannya yang lain mengangguk mengiyakan.
"Mungkin saja dia salah satu teman dari pelanggan disini."
"Kemana perginya dia?" sergah Marcus, mata hitam kelamnya berkilat marah.
"Ke arah sana." jawab Carol.
"Kau harus pastikan menemukan wanita sialan itu dan buat dia mendekam di penjara atau tempat ini hanya akan tinggal nama."
Mau tidak mau Marcus hanya bisa mengiyakan keinginan tersebut. Masalah ini harus dia selesaikan dengan jalan yang tepat agar semuanya tidak menjadi kacau. Marcus melangkahkan kakinya pergi menuju ke arah yang di tunjuk salah satu pelacurnya.
Chieva
18 Maret 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Impredecible - [ On Going ]
RomanceRenesya Clark adalah seorang editor di sebuah perusahaan penerbitan di pusat kota New York dan juga seorang penulis yang gemar menulis genre cerita romance young adult, dengan konflik ringan lovey dovey ala remaja belasan tahun. Sebuah bencana bagi...