Marcus mengumpat ketika dirinya tidak menemukan keberadaan Renesya di ruangan manapun, bukankah dia sudah memperingatkan bahwa hari ini tidak usah pergi ke kantor? kenapa cepat sekali gadis itu perginya, padahal Marcus hanya meninggalkannya sebentar untuk mengambil minuman layak di dapur, bukan susu rasa super asin yang dibuatkan gadis itu, benar-benar sialan memang, pagi ini gadis itu sukses membuat kesabaran Marcus nyaris menguap.
Kenyataan bahwa Renesya lagi-lagi tidak menghiraukan ucapannya membuat Marcus merasa kesal. Lihat saja apa yang ia lakukan nanti. Marcus tidak pernah main-main dengan ancamannya.
Untuk kesekian kalinya Marcus kembali meneguk minuman rasa buah yang tadi diambilnya dari kulkas, mulutnya masih terasa panas akibat sandwich sialan super pedas yang sengaja gadis itu sodorkan untuknya, seorang Renesya sudah berani mencari gara-gara dengannya, Marcus menyeringai licik.
Jika di ingat-ingat lagi, tindakan gadis itu tentu saja didasari sebuah alasan, apakah dia marah karena Marcus menyinggung soal payudaranya? Yach! Mau bagaimana lagi, Marcus hanya mengatakan sebuah fakta yang terlihat jelas di hadapannya, bukan salahnya jika gadis merasa tersinggung dengan apa yang ia ucapkan.
Lagipula terlihat sangat bodoh sekali karena gadis itu tidak menyadari keanehan apapun yang berusaha Marcus tutupi, dia terlampau sangat polos, saraf sensitifnya sangat mudah diperrmainan, Marcus sangat tahu meskipun bibir gadis itu berkata tidak, tapi lain hal dengan tubuhnya yang merespon sebaliknya, ketegangan yang menguar dari tubuh gadis itulah yang membuat Marcus harus berhenti, sebuah ketegangan yang mengindikasikan penantian dan kepasrahan, Marcus sangat yakin jika saja ia meneruskannya maka tubuh gadis itu tidak akan pernah sanggup menolaknya.
Tapi tidak! Marcus lebih memilih berhenti, dia tidak suka memaksakan kehendak tanpa sebuah persetujuan yang terucap langsung dari bibir seorang wanita. Selama ini para wanitalah yang rela memohon dan meminta untuk ia sentuh, bukan malah sebaliknya, Marcus tidak menyukai penolakan dari bibir.
Marcus bersumpah, dia sendiri yang akan memastikan, bahwa seorang Renesya juga akan bertekuk lutut di bawah kuasanya, terus memohon dan meminta agar Marcus menyentuhnya dimanapun yang gadis itu inginkan.
Marcus meraih ponsel yang tersimpan di saku celana triningnya, dengan gerakan cepat jemarinya mendial sebuah nomor yang sering dihubunginya, lalu menemelkan benda pipih berbentuk persegi itu ke telinganya.
"Lakukan sekarang."
Sedangkan di tempat lain, seorang gadis berjalan cepat menuju sebuah lift agar ia bisa segera turun dari lantai paling atas gedung tersebut, sesekali ia menengok ke arah belakang, memastikan tidak ada seseorang yang mengikutinya. Mengabaikan penampilannya yang jauh dari kata baik -baik saja, wajah polos tanpa polesan make up apapun, rambut kusut yang belum tersisir sepenuhnya, serta kemeja kusut yang lengannya tergulung separuh, tas tangan yang tergamit di lengannya secara asal-asalnya, jangan lupa heels 5 senti yang belum terpasang sempurna di kakinya.
Lift didepannya terbuka, Renesya segera melangkah masuk, ia meringis ngeri tatkala mengamati pantulan dirinya pada dinding lift, hanya satu kata yang dapat mewakili penampilannya saat ini 'berantakan'. Tapi Renesya tidak peduli, dia harus cepat-cepat pergi sebelum Marcus berhasil menghentikan niatnya, gadis itu bahkan mengabaikan fakta bahwa ia belum mandi.
Saat berada di dalam kamar tadi Renesya hanya memikirkan ide bagaimana caranya agar ia bisa cepat -cepat menghindari Marcus, Renesya tidak siap menerima amukan pria itu karena telah berani mengerjainya, dan akhirnya Renesyabpun memutuskan hanya mengambil keperluan seadanya untuk dibawa ke kantor, setelah itu langsung melesat pergi meninggalkan penthouse milik Marcus, ia berencana mandi dan membenahi penampilanya di apartement Grace
Renesya bahkan rela memilih jalan memutar dan tidak turun menggunakan lift khusus yang biasa Marcus pakai karena terlalu khawatir pria itu mengejarnya. Dan di sinilah ia saat ini, berada di dalam lift umum yang biasa dipakai orang banyak dalam gedung itu, Renesya hanya bisa berdoa semoga tidak ada orang lain yang menyusul masuk ke dalam lift yang sama dengannya, ia terlalu malu tentu saja, penampilannya saat ini sungguh memalukan. Renesya mengetuk-ngetukkan kakinya merasa tidak sabar ketika melihat angka yang bergerak turun di atas pintu lift, dan Renesya harus merutuk dalam hati katika harapannya tidak terkabul, ketika tepat di lantai lima pintu lift terbuka menampakkan gerombolan wanita yang terdiri dari lima orang melangkah sambil tertawa cekikikan, saling bergosip, mereka semua memasuki lift yang Renesya tumpangi, dan terpaksa membuat Renesya memundurkan tubuhnya semakin ke sudut.
"Sepertinya aku tidak asing denganmu?" Salah seorang dari mereka menoleh kebelakang, menatap pada Renesya, kening wanita itu mengerut dalam melihat penampilan Renesya.
"Bukankah ia yang waktu itu terlibat masalah dengan Anthony Ruseel?" yang lain ikut bersuara. Membuat Renesya semakin tidak nyaman, kali ini ia benar-benar menyesali keputusannya karena tidak memakai lift khusus saja.
"Apakah sekarang ia beralih menjadi simpanan Marcus?" wanita berambut pirang ikut bertanya penuh rasa penasaran. "Mungkin sebagai ungkapan terimakasih karena Marcus telah membantunya lari dari masalah, lihat saja tampilannya." Wanita itu berdecih.
"Kau tenang saja tidak lama lagi, nasibnya akan sama seperti kita, Marcus tidak pernah serius dengan wanita manapun." Ingin sekali Renesya menggunting satu-satu mulut sialan wanita-wanita dihadapannya ini. berani sekali merendahkannya, mereka tidak tahu saja jika posisinya saat ini jauh lebih tinggi di atas mereka, dan catat Renesya tidak akan pernah sudi menjadi sama seperti mereka, tidak akan!
Tapi Renesya memilih diam saja, ia melawan keras gejolak panas dari dirinya yang ingin memprotes, tidak ada gunanya melawan, itu hanya akan menghabiskan tenaga.
Renesya terselamatkan oleh pintu lift terbuka, pertanda bahwa mereka sudah sampai di lantai dasar, dengan cepa ia menerobos wanita-wanita jalang itu, melangkah keluar lebih dulu dari kotak besi yang mirip seperti neraka dalam beberapa saat tadi.
Renesya mengembuskan napas lega tatkala dirinya sudah berhasil keluar dari gedung tersebut, ia harus cepa-cepat menemukan sebuah taksi, sebelum lebih banyak lagi orang-orang yang melihatnya dengan tatapan aneh akibat penampilannya yang benar-benar kacau.
Gadis itu memutuskan berjalan perlahan menyusuri trotoar sambil menunggu taksi lewat, ia tidak ingin hanya berdiri seperti orang bodoh dipinggir jalan. Renesya tidak menyadari sebuah mobil hitam yang melaju pelan dari arah belakang, mobil tersebut berhenti lalu seorang pria ber jas hitam keluar dari dalamnya, melangkah mendekati Renesya dari arah belakang tanpa menimbulkan suara, dan dengan gerakan cepat telapak tangan besar pria itu meraih Renesya, membekapnya dalam kungkungan lengan kuatnya, menarik tubuh Renesya, semua terjadi begitu cepat hingga Renesya tidak mampu melawan, tubuhnya ditarik secara paksa, dan dimasukkan kedalam mobil hitam tersebut.
Chieva
24 November 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Impredecible - [ On Going ]
RomanceRenesya Clark adalah seorang editor di sebuah perusahaan penerbitan di pusat kota New York dan juga seorang penulis yang gemar menulis genre cerita romance young adult, dengan konflik ringan lovey dovey ala remaja belasan tahun. Sebuah bencana bagi...