Renesya menolehkan kepalanya cepat, sorot matanya mendelik tajam pada Marcus." Apa maksudmu?"
"Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku nona, kita harus membuat kesepakatan."
Marcus semakin mendekatkan map biru ke tangan Renesya yang masi bersedekap di depan dada."Bacalah dulu."
Renesya meraih map tersebut dengan enggan, jemari Renesya membukanya secara perlahan lalu membacanya, catat dia tidak bermaksud mengikuti keinginan pria sialan di depannya ini, tapi membayangkan dirinya akan dikurung seterusnya dalam penthouse ini membuat tubuhnya bergidik ngeri, dia tidak ingin selamanya terjebak di tempat ini, berusaha kabur secara paksa juga percuma karena pada akhirnya Marcus akan membuatnya kembali ketempat ini.
Bagaimanapun juga Renesya harus berhasil melepaskan dirinya dari Marcus tidak peduli apapun caranya, dan langkah pertama yang harus dia ambil adalah menuruti keinginan pria itu.
Keheningan menyelimuti atmosfer di antara mereka, sepersekian detik Marcus dapat melihat kening gadis itu mengernyit dalam seolah otaknya dipaksa untuk berpikir mencerna dengan baik setiap klausul yang telah dia buat didalam surat perjanjian itu, nampak samar, sudut bibir Marcus tertarik ke atas, Kali ini dirinya benar-benar yakin, setelah gadis itu membaca semua klausul yang dia ajukan sudah pasti gadis itu tidak akan menolaknya.
Renesya mendongkan wajahnya menatap Marcus dalam, bibirnya tergerak nampak ingin mengucapkan sesuatu namun belum ada suara apapun yang keluar, gadis itu terlihat menelah ludahnya susah payah sebelum membuka mulutnya lagi.
"Kau yakin dengan semua klausul yang kau ajukan ini?" tanya Renesya sinis.
Dalam Klausul tersebut Marcus menyebutkan secara jelas bahwa Renesya akan menerima kembali secara resmi proyek novelnya yang sempat ditangguhkan, dan dirinya juga bisa kembali menjadi editor di perusahaan penerbitan tempatnya pernah bekerja, dan klausul lain yang membuat gadis itu cukup tercengang adalah, syarat mutlak bahwa dirinya harus tinggal bersama di penthouse milik Marcus selama tiga bulan dan menjalani status suami-istri mereka serta menuruti semua keinginan pria itu. Renesya tidak menyukai bagian menuruti semua keinginan pria itu, bagaimana kalau nanti pria itu menyuruhnya melakukan hal yang macam-macama? Baiklah untuk poin tersebut Renesya bertekad ingin mengajukan penyanggahan.
Salah satu klausul lainnya yang membuat perut Renesya serasa mulas seketika adalah bahwa dirinya memiliki kesempatan untuk melakukan riset mengenai novel dewasa yang akan dia kerjakan dengan memanfaatkan Marcus yang memiliki status sah sebagai suaminya. Renesya diperbolehkan melakukan apa saja dan meminta apapun kepada pria itu selama tidak menyalahi aturan tertulis yang akan mereka sepakati. Dan puncak dari kesepakaatan mereka adalah hutang finansial yang Renesya miliki pada Marcus akan dianggap lunas dengan pemotongan 50% dari royalti yang akan Renesya terima dari penjualan novelnya nanti. Dan setelah semua itu selesai mereka bisa bercerai. Ini sungguh gila bukan?
"Kau bisa memikirkannya sendiri." Renesya tersentak mendengar suara Marcus, sejak tadi otak gadis itu dipenuhi dengan baris-baris kalimat pada kertas di dpannya ini, satu kesimpulan yang Renesya dapatkan, pria ini memang benar-benar gila, dan dia semakin tidak mengerti maksud Marcus melakukan semua ini padanya.
"Aku tidak mengerti klausul bagian mana yang menguntungkan dirimu." Renesya merasa semua ini teraasa aneh , setiap poin yang dia baca hanya menitikberatkan keuntungan baginya, lalu sebenarnya apa yang pria ini inginkan?
"Well! kau terlalu polos nona."
"Tentu saja aku mendaptkan banyak keuntungan, dengan adanya kau disini, aku bisa memanfaatkan apapun yang bisa kau lakukan untukku, memasak, mencuci dan.....," Marcus mendekatkan bibirnya pada telingan Renesya."Melayaniku di ranjang tentunya." Marcus menjauhkan wajahnya lalu menyeringai puas tatkala melihat pipi memerah Renesya.
"Tidak usah malu, bukankah hal itu juga yang sedang kau butuhkan, lagipula kita memang suami istri, ini merupakan win win solution yang sangat menarik, bukankah begitu nona?" Marcus menaikkan sebelah alisnya, menunggu respon gadis itu.
Renesya tidak memiliki pemillihan kata apapun yang tepat untuk mendebat mulut sialan pria ini, bibirnya seolah kelu dan terkatup rapat, sulit mengeluarkan sepatah katapun, sedangkan ucapan pria ini sungguh vulgar membuat tubuhnya memanas dari ujung kepala hingga kaki.
Marcus mendekatkan tubuhnya, kedua tangannya berada di samping kanan dan kiri wajah Renesya, menumpu pada dasbor ranjang di belakang tubuh Renesya. "Dan kalung ini akan menjadi jaminan agar kau tidak kabur dari perjanjian kita, aku akan mengembalikannya setelah kesepakatan kita berakhir." Dengan gerakan cepat dan tanpa Renesya dapat hindari , Marcus menarik lepas kalung perak berbandul biru muda itu dari leher Renesya. membuat gadis itu tersentak.
"Tidak!! kembalikan kalung itu." Renesya berusaha merebut kembali kalung tersebut tapi Marcus dengan gesit menghindarkannya dari tangan gadis itu.
"Benda itu sangat penting untukku."
"Well! karena ini sangat penting untukmu aku akan menyimpannya."
"Kembalikan Mark!" Renesya mendesis tertahan, pria ini benar-benar menyebalkan, Renesya tidak mengerti untuk apa Marcus menginginkan kalungnya segala.
"Tenang saja, aku akan menyimpannya dengan baik, kau hanya perlu berlaku manis dan menaati semua keinginamu, maka kalung ini akan baik -baik saja, mengerti nona." Seringai Marcus muncul lagi. Marcus menduga benda ini pasti sangat berarty bagi gadis itu, karenanya Marcus sengaja merebutnya. Setelah itu dia menjauh dari tubuh Renesya, meninggalkan raut wajah kesal Renesya yang seolah ingin mencakar wajah tampannya hingga tak berbentuk.
Chieva
19 Desember 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Impredecible - [ On Going ]
RomanceRenesya Clark adalah seorang editor di sebuah perusahaan penerbitan di pusat kota New York dan juga seorang penulis yang gemar menulis genre cerita romance young adult, dengan konflik ringan lovey dovey ala remaja belasan tahun. Sebuah bencana bagi...