38. Need explanation

448 72 9
                                    

Matthew menyerahkan Macbook dihadapan Marcus, sebuah panggilan video call telah terhubung, layar Macbook tersebut menampilkan wajah seseorang yang enggan Marcus lihat untuk saat ini. Dirinya terlalu malas menanggapi semua ocehan pria tua tersebut.

"Sialan kau anak muda? Apa yang kau pikir sedang kau lakukan." umpatan kasar langsung menyebur tepat ketika wajah Marcus terlihat dilayar. Dengan gerakan santai, Marcus justru melipat kedua tanganya di belakang kepala, menyandar pada punggung kursi.

"Aku hanya ingin bersenang-senang sebentar." sahut Marcus malas.

"Dengan cara melakukan hal tidak penting."

"Oh! Itu bukan urusanmu pak tua."

"Untuk apa kau melakukan itu semua? Hah! Kau tidak perlu repot-repot mengenalkannya pada banyak orang. Semakin dia tidak terlihat, semakin besar peluang kita untuk menjeratnya. Tidak akan ada banyak orang yang tau keberadaannya."

"Ingat tujuan awal kita!" Ancam pria itu dengan suara nyaris meledak.

"Apa kau buta? Yang aku lakukan saat ini juga menjeratnya. Tidak akan ada satupun orang yang berani menyentuhnya jika dunia tahu bahwa wanita itu milikku, hanya milikku." Marcus menekankan setiap kalimat yang diucapkannya, seolah tidak ingin ada bantahan. "Kuberitahu padamu, biarkan aku melakukan apapun yang kuinginkan, kau tidak kuizinkan untuk ikut campur, atau anak buahmu yang bodoh itu akan kembali padamu tinggal nama."

"Yang harus kau lakukan hanyalah duduk manis sambil menghisap cerutumu sepanjang waktu. Kau hanya perlu menerima hasilnya, jadi bersabarlah." Tambahnya lagi, disertai senyuman miring disudut bibirnya,

"ANAK SIALAN!!"

Marcus terkekeh, lalu mematikan video call tersebut dengan cepat.

***

Renesya memandang pantulan wanita di dalam cermin dengan tatapan tak percaya. Benarkah itu dirinya? Ia mengerjabkan kelopak matanya berkali-kali, demi memastikan apa yang dilihatnya saat ini sungguh nyata. Tubuhnya terbalut Blue Satin Ball Gown, dengan aksen lace di sekitar pinggang dan taburan swarovski yang menghiasi setiap lekukan indah tubuhnya. Rambutnya ditata sedemikian rupa dengan helai curly yang dibiarkan jatuh dikedua sisi wajahnya. Make up natural semakin menyempurnakan riasannya malam ini. Tidak lupa sepasang high heels berwarna senada dengan gaun, menghiasi kedua kakinya.

Seumur hidupnya, Renesya belum pernah memakai pakaian semewah ini. Tidak, sebelum ia bertemu dengan pria itu. Renesya benar - benar tidak mengerti jalan pikiran Marcus. Bukankah mereka pernah sepakat, jika pernikahan di atas kertas ini hanya akan menjadi rahasia mereka berdua? Lalu untuk apa semua ini? Terlau banyak pertanyaan yang muncul, membuat kepala Renesya terasa pening.

Tadi Matt sempat datang untuk memanggil Grace, mengajak sahabatnya itu keluar lebih dulu ketika para asisten desainer dan make up masih bekerja keras merubahnya menjadi seperti sekarang ini. Satu persatu dari mereka pun keluar meninggalkan Renesya setelah pekerjaannya selesai. Dan tibalah dirinya seorang diri di dalam kamar suit room ini. Wanita itu tidak tahu apa yang harus dilakukannya, tidak mungkin dirinya keluar sendirian menuju pesta tersebut, sudah pasti ia tidak mengenal siapapun, Renesya masih waras untuk tidak mempermalukan dirinya sendiri dengan bertindak bodoh.

Suara notif pesan masuk di ponselnya membuat Renesya tersadar dari lamunan. Tangannya terulur meraih benda pipih yang tergeletak di atas meja rias di depannya. Ponsel pemberian Marcus yang hanya menyimpan nomornya dan nomor pria itu. Hingga sekarang Renesya tidak mengetahui bagaimana nasib ponselnya sendiri.

He's Bastard : Sudah siap istriku? 😍😍

Renesya mengernyitkan kening membaca sebutan tersebut. Tentu saja ia tau, pria ini sengaja mempermainkannya, lebih tepatnya menggodanya.

Me : Damn! You 👊👊

Tidak sampai lima detik, sebuah balasan sudah masuk ke dalam ponsel Renesya.

He's Bastard : Jadilah istriku yang manis untuk malam ini, sayang! 😘😘

'Sayang'

Sebutan-sebutan manis yang Marcus lontarkan justru membuat Renesya bergidik. Adakah yang bergeser dari otak pria itu? Atau, apa mungkin Marcus telah mengatur sebuah rencana untuk mempermalukanya malam ini? Bisa jadi pria itu ingin membalas perbuatan Renesya tadi pagi yang sengaja mengerjainya. Renesya  menggelang kuat, tidak! sungguh, ini tidak lucu. Untuk apa Marcus repot-repot melakukan ini semua hanya untuk membalas sebuah abon cabe di sandwich dan segelas susu asin, ini sungguh menggelikan.

Renesya mengetikkan kembali sebuah balasan untuk Marcus.

Me : In Your Dream, huh!😕

"Sayangnya aku sedang tidak bermimpi darling." Renesya tersentak kaget ketika sebuah suara berbisik di samping telinganya. Wanita itu membulatkan matanya mendapati Marcus sedang berdiri menjulang, tepat di belakangnya dengan senyuman lebar.

SIAL! Ryenne yang sejak tadi sibuk menunduk menatapi layar ponsel, sampai tidak menyadari kehadiran Marcus di kamar ini.

"Ayo. " Marcus memberi isyarat pada Renesya, agar wanita itu segera mengalungkan tangannya pada lengan Marcus.

"Para tamu sudah berdatangan sayang, kita harus menyambut mereka dengan baik. "

"Kau berhutang banyak penjelasan padaku tuan ." Renesya berdiri, wanita itu terlihat enggan, terpaksa mengalungkan tangannya pada lengan Marcus. Pria itu hanya menyeringai menanggapi ucapan Renesya barusan.

Renesya meringis tertahan. Entah sandiwara apa yang tengah dilakoni pria disampingnya ini. Mau tidak mau, Renesya harus mengikuti permainan Marcus. Ia tidak lupa, segala kesialan yang terjadi ketika dirinya membantah keinginan Marcus. Seperti insiden penculikan yang baru saja ia alamai, tentu saja Renesya masih sangat trauma. Ia tidak ingin kejadian buruk menimpanya untuk kesekian kalinya lagi. Renesya akan mencoba berdamai dengan dirinya sendiri, membiarkan Marcus melakukan apapun sesuka hatinya.

Chieva
15 Maret 2023

Amor Impredecible - [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang