49. Be Sulky

524 92 5
                                    


💞Tekan Vote sebelum baca  💞

.

.

.

.

Sudah cukup kelengahannya selama lima hari ini. Renesya tidak akan membiarkan Marcus bersuka cita menjarahnya lagi dan lagi, menjarah tubuhnya lebih tepatnya. Siklus yang harus ia alami hanya seputar ranjang, makan dan tidur.

Sungguh menyebalkan! Untuk apa mereka jauh - jauh ke pulau pribadi jika kegiatan yang dilakukan hanyalah seputar ranjang. Pria itu dengan sejuta rayuan mautnya selalu berhasil membuat Renesya tak berkutik dengan akhir yang sama. Apalagi jika bukan untuk melampiaskan hasrat laki-lakinya.

Renesya harus mengakui bahwa dirinya memang benar - benar telah jatuh kedalam pesona pria itu. Ia tidak yakin setelah ini apakah benteng pertahannya masih tetap sama? Renesya meringis merutuku hati dan otakknya yang saling bertolak belakang. Sudah jelas jawabannya bukan?

Apakah ia sudah jatuh cinta? Jawabannya Renesya tidak tahu? Ia tidak pernah mengalami perasaan sentimentil semacam ini, jatuh cinta adalah hal baru untuknya. Renesya belum bisa memastikannya. Jika kau terus memikirkannya apakah itu dinamakan jatuh cinta?

Yang dapat Renesya pertahankan saat ini hanyalah egonya. Ya! Dia tidak boleh kalah dengan Marcus. Bukan Renesya yang harus mengikuti segala keinginan pria itu, justru sebaliknya. Marcuslah yang harus mengikutinya.

Renesya mengernyitkan kening menatap tingkah aneh Marcus yang saat ini sibuk mondar mandir, kesana kemari hanya menggunakan selembar Celvin Klein di tubuhnya. 

"Berhenti mondar mandir, aku pusing melihatmu?" dengkus Renesya.

"Kau sudah tidak merajuk?" Mendengar suara Renesya, Marcus sontak naik ke atas ranjang lalu kedua tangannya mengguncang bahu Renesya, membuat wanita itu memutar mata.

"Kau menyebalkan!" Renesya menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Mengabaikan Marcus yang semakin terlihat bingung dengan tingkah istrinya. Apakah Renesya sudah hamil?? Kenapa dia jadi sensitif sekali?? Tapi mana mungkin bisa langsung hamil jika baru melakukannya dalam waktu lima hari saja. Ck!

Ini tidak bisa dibiarkan, mereka harus bicara. Marcus sudah tidak tahan karena sejak bangun tidur pagi ini Renesya tiba - tiba mengacuhkannya. Padahal tadi malam mereka baru saja melakukan sesi percintaan panas. Marcus tidak ingin mengambil resiko malam ini tidak bisa menyentuh Renesya. Ia harus menemukan cara  untuk meluluhkan wanitanya ini.

Itulah kenapa sejak tadi Marcus mondar mandiri memikirkan penyebab kenapa tiba - tiba Renesya judes lagi padanya. Ia mengira setelah rutin bercinta, Renesya akan menjadi istri yang baik dan penurut. Ternyata tidak sama sekali! Renesya tetaplah Renesya si gadis keras kepala. Ralat, dia bukan gadis lagi, tapi wanitanya.

Marcus harus memikirkan segala cara untuk membujuk Renesya agar tidak merajuk lagi. Oh sial!! Ia bahkan tidak tahu alasan Renesya merajuk.

Marcus menarik selimut yan menutupi tubuh Renesnya.
"Oh ayolah! Ini sudah siang, sampai kapan kau akan terus merajuk di atas ranjang seperti ini. Cepatlah bangun, mandi, lalu kita sarapan. Sarapan menjelang siang lebih tepatnya." Marcus meringis saat melirik jam di nakas sudah menunjukkan pukul 11.00 waktu setempat.

"Tidak ada gunanya mandi jika akhirnya kau membuatku berkeringat lagi." Renesya mengoceh seraya menarik kembali selimut yang sempat ditarik Marcus.

"Oh... jadi kau tidak ingin mandi dan ingin terus kubuat berkeringat di atas ranjang?" Marcus terkekeh, istrinya ini lucu sekali, kenapa harus merajuk jika hanya ingin dipuaskan. Marcus akan dengan senang hati menurutinya.

Bukannya senang Renesya justru mendelik seraya mencubit pinggang Marcus keras. "Dasar otak selangkangan."

"Lalu apa yang kau inginkan sayang?" Marcus justru ikut bergabung di dalam selimut Renesya lalu melingkarkan lengannya pada pinggang istrinya. Mengecup ringan tengkuk Renesya lembut.

"Bebaskan aku."

"Haaaah??" Marcus tersentak mendengar ucapan Renesya. Bebaskan?? Apakah artinya Renesya ingin pergi darinya?? Tidak!! Ini tidak boleh terjadi. Renesya belum boleh pergi dari sisinya, belum saatnya. Dan Marcus tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

"Untuk satu itu aku tidak akan bisa melakukannya sayang, kau bisa merasakannya bukan? Dengan posisi seperti ini saja milikku dibawah sana sudah sangat menginginkanmu. Hmmm."

"Jadi sampai kapan kita hanya mengahabiskan waktu di ranjang, ranjang , lalu ranjang lagi huh? Aku harus keluar dari pulau ini agar kau tidak semena - mena pada tubuhku." Renesya menghempaskan tangan Marcus yang berada di pinggangnya. Mendengar perkataan Renesya membuat Marcus mulai mengerti alasan wanitanya ini merajuk.

"Hei! Mana mungkin aku semena - mena dengan tubuhmu, bukankah kita sama - sama menikmatinya?"

"...... "

Renesya diam, enggan menanggapi ucapan Marcus.

"Maafkan aku yang begitu terlena dengan tubuhmu hingga membuatku lupa diri, sebenarnya aku sudah memiliki sebuah kejutan lain untukmu."

"Kau ingin tahu apa?" Marcus berusaha memancing Renesya agar kembali bersuara namun wanita itu masih tetap diam.

"Kita harus bergegas agar kau bisa segera tahu, yang harus kita lakukan lebih dulu adalah mandi dan makan." Marcus mengangkat tubuh Renesya, lalu membawanya ke kamar mandi

"Yak!! Turunkan aku, aku bisa berjalan sendiri!" teriak Renesya.

***

Satu jam berlalu, akhirnya Renesya berhasil keluar dari kamar mandi setelah peperangan singkatnya bersama Marcus di dalam sana. Tepat seperti dugaannya, Marcus tidak akan melepaskannya dengan mudah. Pria itu selalu berhasil memanfaatkan situasi dengan sangat baik.

Cengiran Marcus terpampang di hadapan Renesya saat pria itu terus mengekorinya kesana kemari saat ia sedang sibuk berpakaian, benar - benar kurang kerjaan.

Suara ketukan pintu membuat Marcus menoleh. "Itu pasti makanan kita." Marcus yang sudah rapi dengan celana pendek dan kaus tanpa lengannya berjalan membuka pintu. Seorang koki yang bertugas khusus melayani tamu yang menginap di bungalau pulau ini mengirimkan troli berisi penuh dengan berbagai macam kudapan.

"Selamat menikmati tuan."

"Terima kasih."

Setelah koki itu pergi, mereka mulai menikmati makan pagi sekaligus siang di kursi yang menghadap minibar kecil. Bungalau ini memang bukan hanya menyediakan sebuah kamar saja. Tapi juga terdapat ruang santai yang menyatu dengan area dapur dan minibar. Sebuah jendela besar berada di samping kanan dan  kiri, menghadap langsung ke arah laut. Segala macam benda yang tertata di tempat ini kebanyakan berbahan kayu berplitur cokelat. Memperjelas tema furnitur di bungalau ini memang didesain bergaya tropis.

"Setelah makan, bersiap - siaplah. Kita akan meninggalkan pulau ini?"

"Kita akan pulang ke New York?" Renesya akhirnya mau bersuara. Setelah terakhir kali Marcus  hanya mendengar desahan wanita itu saat dikamar mandi tadi.

"Kita memang akan pergi dari sini, tapi bukan untuk pulang ke New York?"

"Lalu?"

"

Tidak usah banyak bertanya, nanti juga kau akan tahu."

Renesya kembali mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Marcus. Kenapa pria ini selalu bermain teka - teki dengannya? Renesnya malas sekali menebak - nebak.

Chieva
03/11/2023

Gambar tempat saat mreka sedang makan bisa diliat di Mulmed...

Seneng - senengnya tinggal 1 part lgy...stelah itu back to realita hhhhh.....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Amor Impredecible - [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang