Renesya duduk meringkuk di bawah bayang-bayang gelap sebuah lorong panjang yang sepi, entah dimana dia sekarang bahkan tidak tahu, otaknya terlalu sulit mencerna semuanya. Dia hanya ingin berrsembunyi, sembunyi seaman mungkin agar tidak ada satu orang pun yang bisa menemukannya. Gadis itu memejamkan matanya erat seraya menahan diri agar tangisnya tidak pecah. Tidak! Dia tidak boleh menangis, ini hanya mimpi buruk gadis itu yakin besok semuanya akan kembali seperti semula, mimpi buruk ini akan cepat berakhir.
Sayangnya semua ini terasa sangat nyata, gadis itu bahkan menyadari aroma pekat bau anyir yang melekat di telapak tangannya. Ya Tuhan! Apa yang baru saja dia lakukan? Mungkinkah dia telah membunuh seseorang. Tidak! Itu bukan salahnya, dia tidak sengaja melakukan itu, dia hanya ingin membela diri. Gadis itu menggeleng kuat disela isakannya menahan tangis.
Tiba-tiba saja bayangan itu kembali berputar-putar di kepalanya. Renesya berjalan dengan langkah terseok-seok tanpa tahu arah, tubuhnya membentur beberapa orang yang sedang sibuk meliukkan tubuhnya menikmati hentakan music disko, beberapa umpatan tertuju padanya karena Renesya mengganggu aktivitas mereka, dia nyaris kehilangan keseimbangan. Pandangan matanya hampir menggelap, keringat dingin mengucur deras dari sela pori-pori kulitnya.
Renesya sangat ketakutan, dia bahkan tidak tahu kemana kakinya melangkah, yang dia inginkan saat ini hanyalah segera pergi dari tempat mengerikan ini, hingga sebuah cengkraman kuat membuat langkahnya terhenti seketika, menariknya kebelakang membuat tubuhnya berputar arah. Tubuh Renesya membentur dada bidang seorang pria paruh baya yang kini melingkarkan lengannya kuat pada pinggangnya. "Kau akan kemana cantik? ayo kita bersenang-senang dulu." Renesya menengang dalam cengkraman pria tua asing yang tidak dikenalnya. Dia berusaha memberontak ingin melepaskan diri tapi pria itu justru menarik Renesya dan memaksanya agar mengikuti langkahnya.
"Lepaskan aku!" Renesya masih berusaha memberontak tapi usahanya sia-sia, tubuhnya justru dihempaskan begitu saja pada sofa beludru yang berada di sudut, menjauh dari pandangan orang-orang yang msih sibuk meliukkan tubuhnya di lantai dansa. Kepalanya pening, rasa takut semakin menderanya, Renesya berusaha sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak terjatuh, dia harus kuat, dia harus bisa keluar dari situasi ini, dalam hati Ryenne berharap semoga ada seseorang yang bisa menyelamatkannya.
"Temani aku malam ini honey, aku akan membayarmu berapapun yang kau mau."
Pernyataan tersebut membuat amarah Renesya tersulut, dia bukan wanita murahan, pria tua ini sudah salah mengiranya. ""Kau salah orang sir! Aku bukan pelacur yang kau maksud, carilah wanita lain, aku akan pergi!" Dengan gerakan cepat beranjak dari posisi duduknya. siap melangkahkan kakinya, namun lagi-lagi gerakannya tertahan, pria tua itu menarik pergelangan tanganya, mendudukkannya kembali dengan paksa.
"Aku tidak peduli, malam ini kau adalah milikku!" tekan pria tua itu seraya mendekatkan wajahnya hendak mencium Renesya, gadis itu berusaha menjauhkan tubuhnya tapi pria itu justru menarik pinggangnya semakin mendekat.
Renesya sangat ketakutan tanpa pikir panjang sebelah tangannya meraih botol wine di atas meja lalu dengan cepat menghantamkannya pada kepala bagian belakang pria tua tersebut. pria tua itu mengaduh, seketika itu juga cengkraman pria itu dipingganganya mengendur. Renesya segera mengambil kesempatan itu untuk melarikan diri. berlari cepat meningalkan tempat tersebut, ya dia harus bersembunyi, sejauh mungkin agar tidak ada satu orang pun yang bisa menemukannya.
Renesya terus berlari tanpa arah, hingga dia menemukan sebuah pintu hitam yang tertutup rapat, Renesya berusaha membuka pintu tersebut, berhasil dia segera masuk dan justru kini dihadapnya terpampang sebuah lorong panjang seolah tak berujung. Renesya kembali melangkahkan kakinya, berlari sekuat tenaga dia tidak peduli kemana lorong ini akan membawanya pergi, yang pasti dia harus menjauh dari orang-orang mengerikan tersebut. Nafasnya kini putus-putus dia mulai kehabisan tenaga.
Renesya jatuh terduduk di sebuah sudut gelap, dia sudah tidak kuat berlari lagi, dia meringkukkan tubunya, berusahaa menyembunyikan diri, berharap tidak ada seorang pun yang dapat menemukannya di tempat ini.
Keheningan yang sejak tadi dia rasakan kini seolah menghilang, gadis itu mendengar sesuatu, sesuatu yang seolah akan menerkamnya saat ini juga, suara langkah yang perlahan demi perlahan mendekatinya, setiap bunyi satu langkah itu seolah merenggut pernapasannya, apa hidupnya akan berakhir seperti ini, dia semakin meringkuk ketakutan tatkala suara langkah kaki itu semakin jelas mendekat ke arahnya. Gadis itu benar-benar putus asa, dia tidak bisa pergi kemanapun apalagi melarikan diri, kini posisinya seolah terkungkung dalam labirin, tanpa adanya jalan keluar. gadis itu semakin frustasi hingga tak mampu menguasai dirinya hingga tanpa dia sadari kesadaran seolah terengggut dari dirinya.
Marcus berjalan melewati lorong-lorong panjang yang menghubungkan setiap ruangan dengan yang lainnya, bangunan miliknya ini memang memiliki banyak lorong dan pintu-pintu rahasia yang jarang di ketahui oleh siapapun, ya tentu saja semua ini dibuat dengan tujuan tertentu, lorong-lorong panjang dan pintu-pintu rahasia ini hanya digunakan pada situasi-situasi tertentu saja, misalkan saat tamu sangat penting yang ingin merahaiakan kunjungannya, dan hal tersebut untuk menghindari para media yang dapat menyabrkan skandal kapanpun dan dimanapun, karena itulah tempat dibuat sedemikian rupa dengan tujuan-tujuan terntu.
Marcus yakin gadis itu tidak akan pergi jauh, pasti masih ada di sekitar ini, dia tidak akan pernah bisa keluar dari gedung ini tanpa ada orang dalam yang membantunya. seringai muncul tatkala Marcus teringat Grace dan Mathew tentu saja kedua pasangan tersebut saat ini sedang sibuk sendiri dan melupakan keberadaan Renesya.
"Kemana perginya gadis sialan itu?" geram Marcus disela desisan. Pria itu tidak sampai berpikiran bahwa gadis itu akan membuat kekacauan sejauh ini.
Dia terus melangkah melewati lorong-lorong perlahan demi perlahan dan selalu memeriksa sudut-sudut tersembunyi. sayangnya Marcus tidak menemukan appaun. Langkah kakinya hampir mencapai lorong paling ujung, mata hitamnya kini seperti menangkap sesuatu dia semakin mempercapat langkahnya, dan benar saja dia menemukan gadis itu merinngkuk tak sadarkan diri di lantai.
Marcus meraih tubuh Renesya,,
menyelipkan kedua tangannya di belakang punggung dan dibawah lutut gadis itu, membopongnya dengan kedua tanganya, lalu membawanya pergi dari tempat gelap itu."Dasar gadis merepotkan!
Chieva
25 Maret 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Impredecible - [ On Going ]
RomanceRenesya Clark adalah seorang editor di sebuah perusahaan penerbitan di pusat kota New York dan juga seorang penulis yang gemar menulis genre cerita romance young adult, dengan konflik ringan lovey dovey ala remaja belasan tahun. Sebuah bencana bagi...